Bab [64] Romance and Restlessness

804 54 7
                                    

Annyeong, Yeorobun
💜💜💜💜💜💜💜

.
.
.
.
.
.
.

Sebelum mulai, gue minta doa buat temen SMA gue yang beberapa waktu lalu kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Dia baru dimakamkan hari ini karena jenazahnya sempat hilang. Alhamdulillah, jenazah sudah ditemukan dan langsung dimakamkan secara Islam.

Ivan, Lo pasti udah ketemu sama Pak Mujahid, ‘kan? Tolong sampaikan salam, gue kangen bercanda sama beliau :)

Ivan, semoga amal dan ibadahmu diterima di sisi Allah SWT, aamiin.

Ivan, semoga amal dan ibadahmu diterima di sisi Allah SWT, aamiin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oho, jangan yang ini, Sayang.”

Aditya langsung merebut dua piring yang masing-masing berisi udang dan lobster. Kemudian menggantikannya dengan tiga piring berisi kerang hijau, cumi-cumi dan gurita bakar.

“Aku tahu kalau istriku ini tidak boleh makan udang dan lobster,” lanjut Aditya kemudian mencolek ujung hidung Masayu.

Masayu mendelik sembari mencebikkan bibirnya. Tampak kesal, tetapi sebenarnya dia sedang salah tingkah. Karena ulah Aditya barusan, Masayu yakin jika pipinya tengah bersemu merah. Sialan memang Aditya ini. Oh, Allah, maafkan Masayu karena mengumpati suaminya sendiri. Karena memang Aditya pantas untuk diumpati.

“A—apa?” Masayu gugup ketika tiba-tiba Aditya mendekatkan wajahnya.

“Apa barusan aku melihat wajah istriku memerah karena malu?” goda Aditya kemudian terkekeh pelan. “Tidak apa, toh, istriku cantik.”

Agak sulit dimengerti, semoga hari Aditya Senin terus.

Masayu berdeham pelan sembari menjauhkan wajah Aditya menggunakan telunjuknya. Tidak enak jika harus dalam posisi begini. Masayu tidak ingin membuat mereka jadi bahan tontonan orang-orang.

Keduanya memulai kegiatan makan siang. Aditya dengan udang dan lobster, sementara Masayu dengan kerang hijau, cumi-cumi dan gurita bakar. Tidak lupa pelayan mengantar satu bakul nasi berukuran sedang, ke meja dua pasangan suami-istri tersebut. Mereka makan dalam diam sembari sesekali menatap ke arah laut lepas.

‘Adek bakal suka pemandangan pantai saat malam hari,’ batin Masayu yang tiba-tiba kembali teringat kepada Juan. ‘Ah, jadi tidak sabar untuk melihat adik kecilku.’

“Aduh!” Aditya memekik, terkejut dengan sesuatu yang menciprat ke wajahnya. Ternyata cipratan tersebut adalah kuah pedas dari kerang hijau yang sedang dibuka oleh Masayu.

“O—ah, maaf, Mas.” Masayu menarik beberapa lembar tisu dengan panik, lantas menyeka kuah di wajah sang suami.

Sepertinya Aditya sedang demam hari ini. Iya, demam Masayu. Dia tengah menikmati wajah panik sang istri yang terlihat begitu menggemaskan. Terlintas dalam benaknya untuk setidaknya menggigit pipi Masayu, sebuah gigitan gemas.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang