Bab [83] Aditya Hope

647 47 4
                                    

“Bukankah sudah kubilang?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bukankah sudah kubilang?!”

Brak!

“Aku tidak mau bercerai dengan Masayu!”

Barusan adalah amukan Aditya yang ke sekian kali. Emosinya menjadi sangat tidak stabil setelah siuman dari masa kritis. Kabar tentang pengajuan berkas perceraian tentu saja telah sampai ke telinga Aditya. Pria itu masih berharap bisa kembali bersama dengan sang istri. Perasaan Aditya langsung hancur. Berkas perceraian telah lengkap, malah sudah naik ke pengadilan dan minggu depan adalah sidang mediasi antara keduanya.

“Tenangkan dirimu, Aditya!” Lugas memperingati sang putra.

Bohong jika Lugas telah memaafkan sang putra. Dia marah besar kepada Aditya, ingin melampiaskan segala emosi yang telah ia pendam sejak dulu. Namun, melihat betapa labilnya emosi sang anak sulung, membuat hati Lugas terketuk. Ayah mana yang ingin melihat kehancuran anaknya sendiri? Tentu tidak ada. Kalaupun ada, mereka hanya para bajingan dengan otak kosong yang tidak pantas hidup.

Gara-gara ego Aditya yang maha tinggi, Lugas kehilangan muka di depan Sadewo. Persetan dengan ditariknya saham Sadewo dari De Familie Van Pradipta. Karena penyesalan Lugas adalah tentang kelalaiannya dalam menjaga Masayu. Selain kepada Sadewo, Lugas pun telah berjanji di depan pusara sang istri untuk menjaga menantu pertama mereka.

Akan tetapi, kembali lagi kepada keadaan. Semua telah terjadi dan hancur berkeping-keping. Kesempatan kedua yang didapatkan oleh Aditya telah hangus. Tidak ada kesempatan ketiga dan seterusnya. Apalagi sekarang Masayu di bawah pengawasan Sadewo secara langsung. Tidak ada celah bagi si sulung Pradipta untuk mendapatkan kembali sang pujaan hati, belahan jiwa yang telah ia sia-siakan selama tiga tahun pernikahan mereka.

“Bagaimana aku bisa tenang, sementara berkas perceraian yang sama sekali tidak pernah aku tandatangani, telah naik ke pengadilan, Pi?!” sentak Aditya.

Plak!

“Berhenti membentak Papi, Bang!” Radeva membalas bentakan Aditya setelah menampar wajah sang kakak dengan sangat keras.

Sangat tidak adil ketika Lugas mendapatkan seluruh kemarahan Aditya. Padahal semua yang terjadi adalah ulahnya sendiri. Coba saja dia tidak mengagungkan egonya, mungkin mereka telah bahagia dengan segala kebahagiaan ala keluarga cemara pada umumnya. Namun, ya, yang namanya Aditya tetaplah Aditya. Pria keras kepala yang teguh dengan pendiriannya tentang perempuan.

Karena kesalahan orang lain, Aditya melimpahkan seluruh amarahnya kepada Masayu yang tidak tahu apa-apa. Gara-gara gadis keparat yang menyelingkuhi Aditya demi seseorang yang lebih kaya, membuat Masayu harus menanggung getahnya. Sangat tidak adil, bukan?

“Berhenti akting seolah-olah Abang yang paling menderita di sini!” sambung Radeva tetap dengan intonasi tingginya. “Ingat! Semua yang telah terjadi adalah kelakuan Abang sendiri!”

Aditya langsung bungkam mendengar makian sang adik. Dia membenarkan penuturan Radeva tentang semua yang terjadi. Aditya sadar, di sini yang bertanggung jawab penuh atas semua kekacauan adalah diri sendiri.  Semua hancur sejak Arini membawa kabar tentang kehamilannya. Ah, tidak juga. Karena semua telah hancur jauh sebelum pendeklarasian Arini tentang kehamilannya. Iya, semua telah hancur jauh sebelum masalah ini dan lagi-lagi, Aditya-lah satu-satunya alasan dari kekacauan yang ada.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang