Bab [45] Trivial Reasons To Survive

1.9K 118 2
                                    

Berlin, Jerman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berlin, Jerman.

“Salah satu anak buah saya memberi informasi bahwa Tuan Sadewo kini sedang berada di Indonesia, Tuan.”

William atau yang sering dipanggil Liam, melapor pada atasannya. Dia telah bekerja dengan sang atasan sejak hampir sembilan tahun lalu. Pengabdiannya kepada sang atasan sudah termasuk paling lama, bahkan terhitung sejak perusahaan sang tuan belum sebesar sekarang.

“Oh, benarkah, Liam?” tanya Sang tuan yang diberi anggukan kepala dari Liam. “Pria tua licik itu pasti sedang merencanakan sesuatu.”

“Anda benar, Tuan. Sepertinya Tuan Sadewo masih belum puas melihat kehancuran Anda bertahun-tahun lalu,” kata Liam yang langsung membungkam mulutnya sendiri, karena dia baru sadar jika dia salah bicara.

Sang tuan, Adnan Jauza Rahmani, terkekeh geli melihat tingkah Liam.

“Tidak apa, Liam. Aku tidak tersinggung dengan ucapanmu barusan,” kata Adnan. Dia meraih pigura berisi foto keluarga kecilnya yang bahagia. Senyumnya perlahan luntur sembari mengusap foto tersebut. “Wajar jika Ayah mertua melakukan itu semua, karena aku telah menghancurkan sumber kebahagiaannya.”

Foto dalam pigura yang tengah dipandangi oleh Adnan adalah foto terakhir sebelum kejadian itu terjadi. Kejadian yang menjadi penyesalan terbesar seorang Adnan Jauza Rahmani. Andai waktu itu dia tidak termakan nafsu sesaat dan berakhir menyakiti istri serta anak-anaknya, mungkin dia kini sedang hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.

Rasa bersalah menghantui kehidupan Adnan selama hampir sembilan belas tahun ini. Wajah pucat sang istri serta tangis kedua anaknya masih melekat dengan kuat dalam ingatan. Sorot mata polos kedua anaknya begitu menyayat hati. Dua anak kecil itu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mereka masih terlalu dini untuk mengerti betapa bajingannya ayah mereka.

“Andai aku tidak berselingkuh, mungkin Nana dan kedua anak kami masih berada dalam dekapanku,” lirih Adnan penuh rasa sesal. Dia telah menyadari kebodohannya dulu. Namun, penyesalan tinggal penyesalan. Adnan hanya mampu menangis sembari memohon ampun pada Azhari di depan makamnya.

Walaupun suara Adnan cukup lirih, pendengaran Liam masih bisa menangkap ucapan penuh sesal itu. Dia tahu sendiri bagaimana penyesalan menyiksa Adnan selama ini. Liam tidak bisa berbuat banyak selain berusaha mencari keberadaan dua buah hati Adnan. Tidak ada jejak sama sekali. Informasi terakhir yang Liam dapat adalah Masayu dan Juan tinggal bersama Melissa di Malang. Itu pun dia dapat dua bulan setelah Masayu dan Juan pergi dari rumah Melissa.

Akibat dari menuruti hawa nafsunya, Adnan kehilangan keluarga kecil yang sangat dia cintai. Rasa bosan dan ketertarikan sesaat menghancurkan hidupnya hingga tidak bersisa. Satu tahun setelah kematian sang istri, Adnan pergi bersama selingkuhannya. Dia menetap di negeri Paman Sam dengan hidup bergelimang harta, tanpa memikirkan nasib kedua anaknya di Indonesia.

Kata orang, karma itu nyata. Dan, ya, memang benar. Adnan mendapatkan apa yang telah dia tanam di masa lalu. Selingkuhan yang telah dia nikahi secara siri pergi bersama selingkuhannya, membawa kabur uang dengan nominal yang cukup besar. Beberapa aset yang telah Adnan pindah namakan atas nama si selingkuhan pun langsung dijual. Bahkan mansion yang waktu itu ditempati oleh Adnan tidak luput dari target sang istri siri.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang