Bab [50] Arjuna's Dark Side

1.4K 108 4
                                    

Hihihi....

ALOOOOOOOHHHHAAAAA, YEOROBUN-DEUL💜💜💜💜

Semoga sehat selalu💜💜💜

.
.
.
.
.
.
.

Mau cerita dikit.
Gue pikir 'gong' dari skripsi itu revisi abis sidang. Ternyata ada 'gong-gong' yang lain yang lebih merepotkan 😭😭😭

Apa pun itu, alhamdulillah sidang lancar walaupun agak macet gara-gara diserang bab 3 sama dosen penguji 😭

Terima kasih atas doa kalian. Semoga Allah membalas doa kalian dengan keberkahan seumur hidup🙏🏻

.
.
.
.
.
.
.

“Berengsek!”
Keributan tidak bisa dihindari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Berengsek!”

Keributan tidak bisa dihindari. Jika Salman bisa menahan diri, maka, Arjuna tidak bisa. Melihat wajah Royan membuat jiwa liar seorang Arjuna langsung membara. Tanpa pandang situasi, kondisi dan tempat, Arjuna menghajar mantan suami Arini. Bahkan dia sampai melupakan statusnya sebagai seorang guru teladan. Persetan dengan guru teladan atau sebutan lainnya. Arjuna tidak bisa menahan diri untuk tidak menghajar Royan. Bukan soal Royan menyakiti Arini, karena demi Allah, Arjuna sangat amat sangat tidak peduli dengan Arini. Baik itu perasaan atau keadaannya, Arjuna tidak peduli. Yang memantik amarahnya adalah pria sialan bernama Royan Mahendra Atmaja yang secara sengaja melibatkan Masayu dalam rencana busuknya.

Tidak ada satu pun orang yang mampu menghalangi seorang pencinta menghabisi orang yang telah menghancurkan pujaan hatinya. Sama seperti yang dilakukan Arjuna, sang pencinta, yang memberi sedikit pelajaran kepada Royan karena telah menyeret Masayu dalam rencananya.

“Apa—” Royan terbaring tidak berdaya, menahan sakit di sekujur tubuh. Dia pikir perlindungan anak buah Dewinta bisa menjauhkannya dari hal macam ini. Namun, Royan lupa siapa yang sedang dia hadapi. “Apa salahku kepadamu?”

Tidak banyak orang yang tahu jati diri Arjuna sebelum menjadi guru. Tidak banyak yang tahu sisi hitam seorang Arjuna Muhammad Fareza. Pria tinggi semampai dengan wajah luar biasa rupawan itu, memiliki sosok kelam yang mungkin saat mengetahuinya, orang-orang akan sangat tidak ingin berurusan dengan ‘sosok hitam’ Arjuna.

“Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang berani menyentuh Masayu.” Arjuna mencengkeram rahang Royan dengan kuat, seolah hendak menghancurkan rahang rapuh tersebut. “Baik itu Aditya, kau atau aku sendiri. Tidak akan kubiarkan siapa pun yang mengganggu Masayu bisa hidup dengan tenang.”

Royan tersenyum miring mendengar ocehan Arjuna. “P—perempuan naif itu terlalu tergila-gila pada Aditya—uhuk!” Royan memang begini, walaupun tahu kondisinya terdesak, dia masih saja menjunjung tinggi keangkuhannya.

“Kau lebih menyedihkan karena mencintai perempuan yang sudah menjadi milik orang lain,” kata Royan dengan susah payah.

“Lebih menyedihkan mana?”

Arjuna menghempaskan tubuh Royan hingga membuat meja-meja kafe berantakan.

“Lebih menyedihkan mana, antara aku yang mencintai istri orang lain...” Arjuna menendang perut Royan. “...atau kau yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?”

Arjuna menghampiri Royan, berjongkok tepat di sampingnya.

“Lebih menyedihkan mana, aku yang mencintai milik orang lain atau kau yang rela menghancurkan orang lain demi kebahagiaanmu sendiri?”

Tanpa ampun, Arjuna menjambak rambut Royan dengan sangat kuat, memaksanya untuk bangun lantas kembali mengempaskan tubuh yang telah penuh luka tersebut ke lantai.

Sebelum mendarat dengan hantaman rasa sakit yang begitu mencekik, Royan sempat melihat ke sekitar. Dia ingin tahu di mana para anak buah Dewinta yang seharusnya mengawal, guna menghindarkan kejadian semacam ini. Namun, demi Allah, Royan tidak melihat satu pun di antara lima pengawal Dewinta.

“Harusnya kau ingat siapa aku sebelum ini, Royan.”

Lagi, Royan menerima tendangan keras dari Arjuna. Kali ini dia mendapatkannya di punggung. Royan hanya berdoa semoga tulangnya tidak akan ada yang patah.

“Karena sejak awal pun kau sudah tahu siapa dan seperti apa aku yang dulu.”

Arjuna membalik tubuh Royan yang tertelungkup dengan kakinya. Tanpa merasa kasihan sedikit pun, Arjuna menginjak dada Royan dan memberi tekanan sedikit.

“K—kenapa kau hanya menghajarku?” Royan bertanya dengan suara yang begitu lirih, sarat akan kesakitan mendalam. “A—asal kau tahu, A—Arini juga terlibat. Bahkan dialah yang m—membuat aku melakukan ini, Arjuna.”

“A—Arini mencintaimu, tetapi kau mencintai Masayu dan perempuan naif itu mencintai Aditya yang masih t—trauma dengan masa lalunya. R—rasa iri Arini tersimpan rapi selama dua tahun ini. K—karena semenjak Masayu mengajar di sekolah itu, Arini m—merasa bahwa Masayu adalah penghalang hubungan kalian.”

Royan terbatuk-batuk, merasakan sesak di dadanya.

“A—aku tulus mencintai Arini, tetapi d—dia mencintaimu. Maka, jangan s—salahkan aku jika aku kembali kepada Dewinta yang masih mencintaiku.”

“Tetapi bukan berarti kau berhak menghancurkan Masayu, dan membuat wanitaku hampir mati karena depresi, Sialan!” umpat Arjuna sembari menambah tekanan pada injakan kakinya. “Kau membuat aku hampir kehilangan Masayu, Sialan!”

“Kau—ugh!” Royan memekik ketika Arjuna kembali menambah tekanan pada injakan kakinya.

“Arjuna, sudah. Dia bisa mati.”

Salman mencoba meredam emosi Arjuna. Walaupun dia tahu hal ini agak mustahil, mengingat Arjuna kalau sudah emosi akan malih rupa menjadi sosok iblis menyeramkan, setidaknya mencoba daripada diam macam patung.

“Jangan mempermudah hukuman Royan dengan membuatnya mati begitu saja, Jun,” ucap Salman.

Arjuna perlahan kembali mendapatkan kewarasannya. Benar kata Salman. Akan sangat mudah bagi Royan jika dia mati begitu saja. Orang yang telah menyakiti Masayu-nya kudu mendapatkan sejuta derita dan kematian yang sangat menyakitkan.

Salman membawa pergi Arjuna, sementara seorang pemuda yang usianya jauh lebih muda dari Salman, Arjuna dan Royan, tengah duduk santai sembari menonton pertunjukan menarik di depannya. Pemuda bermarga Khan tersebut puas dengan ulah Arjuna. Mantan anak buah—ah, tidak. Arjuna sudah kembali—berhasil menunjukkan taring tajamnya lagi.

“Bereskan TKP dan saksi mata, Al.”

“Baik, Tuan muda.” Orang bernama Alfian mengangguk patuh.

Dengan sorot mata lemah, Royan menatap kosong langit-langit kafe.

“Ah, seharusnya aku tidak berurusan dengan anggota Agneepath.”

Setelahnya Royan kehilangan kesadaran.

.
.
.
.
.
.
.

"Semua orang berhak bahagia. Termasuk kalian."

***

Bersambung....

***

Ada bonus gambar nih dari bapak guru ganteng kita💃

Ada bonus gambar nih dari bapak guru ganteng kita💃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hehe 🌚

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang