Bab [22] Possible Possibilities

3.2K 161 0
                                    

Sudah lewat tengah malam, tetapi, belum ada tanda-tanda kepulangan Aditya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lewat tengah malam, tetapi, belum ada tanda-tanda kepulangan Aditya.

Masayu menunggu sampai bosan di meja makan. Dia kembali mengecek ponselnya, siapa tahu sang suami memberi kabar kalau dia tidak bisa pulang.

“Ah, aku lupa.” Masayu tersenyum miris. “Mas Aditya belum membuka blokirnya.”

Semakin layulah Masayu. Dia merunduk sedih, menenggelamkan wajah dalam lipatan tangannya. Tahun ini kembali terjadi. Aditya lagi-lagi membuktikan bahwa dia menolak mentah-mentah hubungannya dengan Masayu.

Masayu menegakkan tubuh sembari menyeka air mata yang membasahi pipinya.

It’s okay, Masayu. Tenangkan dirimu.”

Masayu menghirup udara hingga paru-parunya terisi penuh kemudian menghelanya. Dia melakukan hal yang sama beberapa kali hingga merasa sedikit tenang.

“Sepertinya kali ini aku akan merayakannya bersama dengan Arini lagi seperti tahun lalu.” Masayu tersenyum miris.

Masayu meraih ponselnya lantas mengirimkan pesan singkat pada Arini kalau dia otw ke apartemennya. Sebelum benar-benar berangkat ke apartemen Arini, Masayu menyimpan makanan-makanan yang terhidang ke dalam lemari pendingin. Mubazir rasanya kalau makanan sebanyak ini harus dibuang sia-sia.

Masayu sudah siap dengan pakaian rapi. Kue bertuliskan ‘Happy Anniversary’ sudah berada dalam pelukannya. Dia pun sudah memesan taksi daring di ponselnya.

Beberapa menit berselang, taksi pesanan Masayu datang lalu melesat menuju apartemen Arini. Masayu baru tahu fakta bahwa Arini sudah pisah rumah dengan sang suami dan sedang menyiapkan surat perceraian. Hal ini terjadi karena suami Arini ketahuan main gila dengan atasannya di kantor. Dan usut punya usut, atasan suami Arini adalah mantan kekasihnya saat masih di dunia perkuliahan.

Masayu turut sedih. Dia belum menjadi sahabat yang baik untuk Arini. Maka dari itu, Masayu berjanji untuk terus berada di samping Arini sampai perempuan itu bangkit dari rasa terpuruk.

“Terima kasih, Pak.”

“Sama-sama, Mbak.”

Masayu memasuki lobi apartemen dan menyapa beberapa staf jaga malam. Sebelum masuk ke area apartemen, Masayu sudah cek suhu badan dan log in di aplikasi PeduliLindungi. Ya, aplikasi ini wajib terinstal dalam ponsel masyarakat Indonesia. Tujuannya agar mempermudah semua orang untuk mengecek segala hal mengenai covid-19, pandemi sialan yang sejak akhir 2019 merebak ke seluruh dunia.

Masayu kini sudah sampai di unit nomor tiga puluh lantai enam.

“Kenapa perasaanku tidak enak, ya?” gumam Masayu saat melihat pintu apartemen Arini sedikit terbuka. “Apa ada perampok?”

Muncul pemikiran buruk dalam benak Masayu. Kini dia mengkhawatirkan kondisi sang sahabat. Takutnya, kemungkinan terburuk seperti adanya penyusup atau perampok ke dalam apartemen sahabatnya, benar-benar terjadi. Meskipun agak mustahil, mengingat apartemen ini merupakan apartemen paling elite di kota Surabaya, tetap saja kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Pandangan pertama yang Masayu lihat adalah kemeja putih, dasi hitam dan sepatu hak tinggi berwarna hitam, berserakan di ruang tamu apartemen.

“Apa mereka tidak jadi berpisah?” gumam Masayu.

Semakin mendekati kamar Arini, Masayu melihat celana kain hitam lengkap dengan gesper serta gaun kurang bahan yang pastinya milik Arini, berserakan di area dapur.

Masayu meletakkan kue yang dia bawa serta tas selempangnya ke atas meja. Dia ragu hendak bertahan di sana atau pergi dari apartemen Arini, memberikan waktu kepada pasangan suami-istri itu.

Masayu tidak sepolos itu. Dia yakin kalau sahabatnya sedang berhubungan intim dengan sang suami. Terbukti dari desahan dan teriakan yang agak menggelikan di telinga Masayu. Maklum, meskipun sudah punya suami, dia belum pernah disentuh oleh Aditya.

Jangankan disentuh, ditatap pun bisa dihitung menggunakan jari.

“Aku pulang lagi saja—”

Masayu tidak melanjutkan ucapannya karena suara lenguh penuh kenikmatan itu terdengar familier di telinganya. Suara ini bukan suara suami Arini, karena suami sahabatnya itu agak serak-serak basah. Namun, ini suaranya cukup manis dan sepertinya Masayu kenal suara ini.

“T—tidak mungkin, ‘kan, kalau ini suara Mas Aditya?”

.
.
.
.
.
.
.

“Semua orang berhak bahagia. Termasuk kalian.”

***

Bersambung....

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang