Bab [55] Second Chance

1.2K 84 13
                                    

Uhuy, dobel update, Gaes🥳

.
.
.
.
.
.
.

“Eung? Siapa yang mandi sepagi ini?” gumam Aditya dengan mata yang masih tertutup rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eung? Siapa yang mandi sepagi ini?” gumam Aditya dengan mata yang masih tertutup rapat.

Tidur nyenyaknya terganggu oleh aroma vanila yang menguar begitu lembut. Aditya yang masih enggan bangun itu hanya menggeliat, kemudian menyamankan posisi dan kembali tidur. Ternyata kamar Masayu terasa sangat nyaman. Di mana-mana aroma vanila yang membuat Aditya betah berlama-lama di dalamnya.

Setelah semalam terjadi perdebatan panjang, akhirnya dengan terpaksa Masayu mengizinkan Aditya untuk tidur satu ranjang dengannya. Awalnya Masayu menolak keras usulan Aditya, karena dia tahu bahwa anak sulung Lugas Abdi Pradipta itu akan melancarkan modus agar Masayu luluh. Rubah licik yang sayangnya memiliki wajah begitu tampan itu, tahu betul bahwa Masayu adalah tipikal perempuan yang mudah luluh—entah kalau sekarang.

Akan tetapi, karena kasihan melihat Aditya tidak nyaman tidur di sofa, Masayu mengizinkan Aditya untuk tidur bersamanya di ranjang. Tentu saja dengan syarat, yaitu, ada guling yang akan memisahkan mereka. Aditya setuju-setuju saja. Toh, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di sepanjang mereka tidur. Jangan berpikiran kotor kalian, ya!

Suara pintu kamar mandi dibuka membuat Aditya sadar sepenuhnya. Memang matanya tidak terbuka, tetapi dia sudah terbebas dari jerat rasa kantuk.

“Kau mau ke mana, Ay?” tanya Aditya.

Allahuakbar!”

Hampir saja Masayu terpeleset karena suara Aditya yang tiba-tiba.

Astagfirullah!” pekik Masayu lagi ketika melihat Aditya tidur tengkurap tanpa mengenakan kaos alias shirtless. Ditambah lagi selimut yang Aditya pakai hanya sebatas pinggang, jadi tidak bisa menutupi punggung shirtless sang suami.

“Kenapa kau—”

“B—berhenti di sana!” Masayu kembali memekik, menahan Aditya agar tidak menghampiri dirinya.

“Kenapa, Ay?” Aditya bangkit yang tentu saja membuat Masayu semakin menutup matanya, enggan melihat keindahan tubuh sang suami. “Kenapa kau menutup matamu?”

“P—pakai bajumu, Mas!” sungut Masayu setengah gugup. Maklum, baru kali ini dia berada dalam satu kamar dengan Aditya. Jika sebelumnya kejadian seperti ini yang dia tunggu-tunggu, maka, kali ini tidak sama sekali.

Rasa sakit yang diberikan oleh Aditya terlampau menyakiti hatinya. Terbesit keinginan untuk memberikan kesempatan kepada sang suami, tetapi nuraninya menolak secara mentah-mentah. Enak saja, sudah dihina habis-habisan dan diselingkuhi, masa mau memaafkan semudah itu.

Jika kalian hendak berkata bahwa ‘Rasulullah saja pemaaf’, maka, Masayu akan dengan lantang membalas bahwa dia bukan nabi atau rasul yang punya kesabaran seluas semesta. Dia hanya manusia biasa yang merasa sangat tidak pantas jika disandingkan dengan manusia semulia Rasulullah. Dan lagi, sesabar apa pun manusia biasa ini juga bisa marah, murka dan segala bentuk gejolak emosi lainnya.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang