Bab [43] Sadewo Hamengku Aksara

1.7K 124 8
                                    

Double update nih, Guys😌✨
Selamat membaca💜💜💜💜💜💜💜

.
.
.
.
.

Btw, kalian udah nonton film KKN di Desa Penari belum? Kalo gue, belum🤧

.
.
.
.
.

“Tidak, Azhari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Tidak, Azhari. Sekali Papa bilang tidak, ya, tidak!”

Kedua tangan Azhari terkepal erat. Dia merasa sudah menjadi anak baik seumur hidupnya. Dia telah menjadi anak penurut untuk kedua orang tuanya. Namun, permintaan sepelenya langsung ditolak mentah-mentah, seolah semua yang telah ia lakukan hanya sebuah omong kosong.

Azhari marah, Azhari kecewa. Dia marah kepada semua orang yang telah menolak hubungannya dengan Adnan. Semua orang kini telah berubah menjadi musuh di mata Azhari. Dan dia pun kecewa kepada dirinya sendiri, mengapa mau saja diperbudak oleh peraturan keluarga Aksara. Padahal, ia bisa saja memberontak.

‘Ah, ide yang bagus,’ batin Azhari.

“Baiklah kalau itu mau Papa. Azhari akan tetap pada keyakinan Azhari untuk menikah dengan Mas Adnan!”

Setelah bicara dengan nada tinggi dan sangat kasar barusan, Azhari melenggang pergi seolah dia telah melakukan hal yang benar. Pada kenyataannya, hari itu adalah awal dari penderitaan serta penyesalan Azhari hingga akhir hayat.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya ketika bajingan bernama Adnan itu minggat tanpa memikirkan nasib kedua buah hatinya, Sadewo menemui Erick serta Melissa di kediaman mereka di Malang.

“Enggak, Pa! Melissa tidak sudi menampung dua bocah keturunan Bajingan itu!”

Ini adalah ke sekian kalinya Melissa menolak kehadiran Masayu dan Juan. Sadewo hanya bisa menatap datar sang putri. Walau dia membenci Adnan, Sadewo tetap seorang kakek yang harus menjaga buah hati mendiang anaknya.

Apa yang Sadewo takutkan benar-benar terjadi. Dia tidak merestui hubungan Azhari dan Adnan dikarenakan insting seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Sadewo melihat gelagat aneh pada Adnan. Seperti ada sesuatu yang harus diwaspadai, karena ke depannya pasti berakibat buruk pada orang-orang di sekitarnya.

Ekonomi ditambah dukungan hitungan weton hanya alibi penguat agar Azhari tidak menikah dengan Adnan. Tetapi, ya, karena keras kepalanya seorang Azhari, semua terjadi begitu saja, bahkan lebih buruk.

Sadewo marah besar kepada Adnan yang telah menyelingkuhi putri sulungnya. Ditambah lagi, Bajingan itu memilih pergi dengan simpanannya entah ke mana. Pria sialan itu lupa siapa satu-satunya orang yang memberikan dia dukungan kala sedang berada dalam fase paling sulit. Dia lupa kalau telah memiliki dua buah hati yang harus dia urus. Sungguh, demi Allah, Sadewo sangat ingin membunuh Adnan saat ini juga dengan kedua tangannya sendiri.

“Ini bukan permintaan, Sa. Ini perintah dari Papa untuk kalian berdua!” tegas Sadewo.

Sadewo Hamengku Aksara adalah seorang ayah yang begitu tegas dan adil kepada keluarga kecilnya. Dia tidak pernah membeda-bedakan Azhari dan Melissa, karena bagi Sadewo kedua putrinya adalah permata yang paling berharga dalam hidup. Dia selalu mengajarkan kebaikan dengan cara yang begitu halus. Walau terkadang dia terlalu mengekang kedua anaknya, percayalah bahwa apa pun yang dilakukan Sadewo adalah semua kedua putri tercintanya.

Melissa kesal setengah mati. Namun, dia pun tidak kuasa melawan sang Papa. Pasalnya, ketika ayahnya telah berkata ‘A’ , maka, harus ‘A’. Tidak ada B, C, D, atau yang lain.

“Tetapi, Pa....” Lagi, Melissa mencoba peruntungan yang dia sendiri tahu kalau itu hal yang mustahil dikabulkan.

“Kami mau, Pa.”

Melissa langsung menatap suaminya dengan sorot kaget bercampur emosi. Dia kaget karena Erick langsung menyetujui soal hak asuh Masayu dan Juan diserahkan kepada mereka. Padahal sang suami sendiri tahu betapa besar kebenciannya kepada Adnan.

“Mas—”

“Tidak apa, Mel. Daripada hak asuh Masayu dan Juan jatuh ke tangan keluarga Pradipta yang jelas-jelas tidak memiliki hubungan darah dengan mereka,” ujar Erick berusaha memberikan pengertian kepada sang istri.

“Benar kata Erick. Keluarga Pradipta memang keluarga baik-baik. Namun, bagaimana pun Masayu dan Juan adalah cucu-cucuku, anggota keluarga Aksara.” Sadewo memperkuat argumen Erick.

“Kenapa tidak Papa saja yang mengurus dua bocah sialan itu?!” ketus Melissa.

“Ada sesuatu yang harusnya sudah Papa lakukan sejak dulu, yaitu, menghancurkan Bajingan Rahmani itu sampai akar.” Raut wajah Sadewo menggelap. Sorot mata pria paruh baya itu terlihat penuh dendam. “Dia telah bermain-main dengan keluarga Aksara. Maka, dia harus menanggung akibatnya.”

Melissa dan Erick terdiam. Tiba-tiba saja mereka ketakutan melihat dendam dalam sorot mata Sadewo. Sekarang Erick paham, kenapa banyak orang yang enggan bermain api dengan Sadewo Hamengku Aksara. Dia tampak begitu menyeramkan ketika diliputi amarah seperti sekarang.

“Dan Melissa....”

“I—iya, Pa?”

“Berhenti menyebut kedua cucuku dengan sebutan buruk macam barusan. Atau Papa sendiri yang akan merobek mulutmu. Paham?”

“P—paham, Pa.”

“Jadi....” Juan menatap sosok pria tua yang tampak masih sangat bugar di hadapannya ini. “...alasan Kakek tidak pernah menemui Juan dan Kakak bukan karena membenci kami?”

Sadewo terkekeh-kekeh. “Tentu tidak, Juan. Meskipun Kakek sangat membenci ayahmu, kalian tetaplah cucu-cucu Kakek,” ujar Sadewo lembut.

Mendengar penuturan sang kakek, membuat Juan menghela napas lega. Dugaan-dugaan buruk mengenai kebencian keluarga Aksara kepadanya dan Masayu hanya sebatas dugaan.

“Walau perusahaan milik ayahmu tidak lebih besar daripada perusahaan Kakek, tetap saja, menghancurkan perusahaan ayahmu membutuhkan waktu yang cukup lama dan sulit,” ungkap Sadewo.

Juan menganggukkan kepalanya tanda kalau dia memahami ucapan sang kakek. Keduanya terus bercengkerama hingga melupakan kehadiran orang lain di antara mereka, yaitu, Radeva.

Si bungsu keluarga Pradipta itu tengah diam di tempatnya duduk. Bukannya Radeva tidak suka Juan bertemu dengan kakek dari ibunya. Hanya saja, entah kenapa Radeva diserang oleh rasa takut, yang ketika membayangkan saja sudah membuat dada sebelah kirinya berdenyut nyeri.

‘Masanya sudah dekat, ya?’

.
.
.
.
.
.
.

“Semua orang berhak bahagia. Termasuk kalian.”

***

Bersambung....

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang