Bab [25] Endless Pain

4.1K 206 0
                                    

“Apa kau gila, Masayu?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa kau gila, Masayu?!”

Terakhir yang kudengar adalah kalimat bentakan itu. Setelahnya, aku benar-benar tidak ingat apa pun, sampai akhirnya aku terbangun di kamar mewah yang penuh dengan aroma mawar. Kamar yang begitu asing untukku. Seumur hidup, aku belum pernah menapaki tempat semewah ini.

Hampir satu jam aku terbangun di tempat ini, belum ada satu orang pun yang masuk kemari. Aku hanya ingin tahu sekarang aku sedang ada di mana. Apa aku sudah ada di surga atau bagaimana. Pasalnya, terakhir aku ingat ada mobil yang menuju ke arahku malam itu. Entah berhenti atau menerjang tubuhku, aku langsung tidak sadarkan diri tepat setelah seseorang membentakku.

Klik!

“Pelan-pelan saja, Jungkook-a. Biar Hyeong yang mengurus pintunya.”

Ya! Kakimu awas, Jimin-ssi!”

Ssttt! Jangan berisik! Noona yang di dalam bisa terbangun karena jeritanmu, Bayi kelinci!”

Geurae?”

Beberapa lelaki memasuki kamarku setelah berdebat di ambang pintu. Aku sedikit paham bahasa yang mereka gunakan. Ya, walau tidak selancar Kak Tiana, aku paham sedikit kosakata bahasa Korea. Karena aku belajar langsung dari ayah mertuaku.

Ah, kalau ingat apa yang terjadi, membuat batinku sangat nelangsa. Aku bertanya-tanya pada angin, angan, bayangan, tanaman, semesta, dan semuanya.

Mengapa aku harus mendengar kegiatan menjijikkan Mas Aditya dan Arini?

Mengapa harus suami dan sahabatku?

Apa salahku?

Apa dosaku?

Dan mengapa harus aku?

Banyak pertanyaan yang aku sendiri bingung harus bertanya pada siapa. Aku rasa aku mulai gila karena memikirkan hal-hal merepotkan ini.

Kalau boleh memilih, aku ingin kembali ke masa di mana hanya ada aku dan Juan. Aku dan adikku bisa hidup tanpa sokongan baik dari keluarga Pradipta atau keluarga mendiang ibuku. Kami bisa hidup mandiri. Asal kami saling memiliki, semua hal di dunia ini mampu kami lewati dengan mudah.

Eo? Noona sudah bangun?”

Aku mendongak menatap pemuda yang memiliki wajah persis dengan Juan.

Ya! Apa dia bisa bahasa kita?” desis pemuda yang lebih pendek.

“Haruskah kita menunggu Noona?”

Sorot mataku tiba-tiba terpaku pada presensi pria yang aku tahu namanya Jung Hoseok. Mata itu, hidung itu, bibir itu, rahang itu, wajah itu dan semuanya yang ada pada Jung Hoseok sama persis dengan Mas Aditya.

Tiba-tiba hatiku kembali sakit mengingat kejadian malam itu. Teriakan menyebalkan dan menjijikkan itu kembali terdengar, membuat aku menutup telingaku rapat-rapat.

END || Reckless [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang