Bab 5

137 33 4
                                    

Kenan Pov

Hari ini Aku mendatangi sebuah lapangan yang berada di tengah-tengah pemukiman warga,tanah lapangan bukan milik pemerintah melainkan milik pribadi dari salah satu warga sekitar,si atas nama di sertifikatnya sudah meninggal dan tanah ini di jual oleh anaknya.

Rencananya Aku akan membeli dan membangun apartemen disana,ini proyek pertamaku di Indonesia dan Aku harap semua berjalan sesuai dengan rencana.

Mobilku sudah terparkir,sekretarisku tengah menelfon dari anak si pemilik tanah,Aku melihat banyak potensi usaha di sini,jadi rencanaKu semakin bulat,Aku akan menawar harga hingga mendapatkan tanah ini.

Aku melihat sosok yang tidak asing lagi,lantas Aku segera membuka kaca mata hitamku untuk memastikan jika yang Aku lihat memang benar Dia.

"Aruna"ucapku lirih

Bibirku tersenyum tipis,perasaanku tiba-tiba saja menjadi hangat setiap kali bertemu dengan gadis itu.

Aku melambaikan tangan kananku,berharap Dia menyadari keberadaanku.

"Bapak mengenal gadis itu?"tanya Willy

Aku mengangguk dengan cepat,"Arunaaa"panggilku

Langkahnya terhenti,lalu kedua mata Kami bertemu saling menatap.Dia berjalan ke arahku,lagi-lagi Tuhan sangat baik.

"Kenan disini?"tanyanya

Aku mengangguk,"Kenalin Dia Willy,sekretarisku"ucapku memperkenalkan sosok Willy yang berdiri di sampingku.

"Aruna"

"Willy"

"Kok bisa disini?"tanyanya lagi

"Ada urusan sedikit,rumah Kamu di sekitar sini?"balasku

Aruna mengangguk,wajahnya yang manis membuat siapa saja tidak akan bosan memandangnya.

"Dimana?"tanyaku sekarang

"Ada di blok D"jawab Aruna

"Pak sebentar lagi orangnya datang"ucap Willy

"Iyah,Kita tunggu disini saja"jawabku

"Kenan mau bertemu dengan seseorang?"tanya Aruna

"Iyah,pemilik tanah lapangan ini"jawabku

Aruna terlihat terkejut,"Kamu kenal dengan pemiliknya?"tanyaku

"Bukankah ini tanah milik Abah Ling?yang Aku tahu sih begitu,tapi Abah Ling sudah meninggal setahun yang lalu"jawab Aruna

"Tepat,dan anaknya akan menjual tanah ini"ucapku

"Yaaah sayang sekali"gumam Aruna

Aku mengerutkan dahi,begitu juga dengan Willy sekretarisku,Kami sama-sama bingung dengan ekspresi Aruna,gadis itu terlihat tidak suka jika tanah ini di jual.

"Padahal lapangan ini selalu ramai setiap sore,banyak anak-anak kecil bermain disini,mereka pasti sedih jika tanah ini benar-benar di jual"ucap Aruna

Aku tersenyum,perasaanku semakin menghangat ketika mendengar ucapan Aruna,mungkin karena gadis itu calon psikolog,jadi apa yang keluar dari bibirnya terkesan halus dan sangat sopan,tidak sama sekali menyinggung perasaanku.

"Ya Tuhan!!"

Aku terperanjat kaget mendengar teriakan Aruna.

"Kamu kenapa?"tanyaku cemas.

"Aku harus memberikan ini pada Paman Ahong sebelum ke kampus"jawabnya

"Mohon maaf Aku harus pergi terlebih dulu,semoga harimu menyenangkan"lanjutnya sembari membungkukan badannya sedikit.

"Aruna-"

"Aku harus pergi sekarang,semoga Kita bisa bertemu di lain waktu"potongnya dengan berlari

Aku menggelengkan kepala,bibirku tertarik simpul membentuk senyuman.

Aruna Pov

"Selamat pagi Paman"sapaku dengan nafas terengah-engah akibat lari.

"Aruna?"

"Minum dulu"ucap Paman Ahong dengan mengulurkan sebuah botol air mineral padaku.

"Terimakasih Paman"balasku sesaat setelah menghabiskan setengah botol dari isinya.

"Kamu kenapa?"tanya Paman Ahong

"Aku hanya ingin mengantarkan sarapan untukmu,ini dari Ayah"jawabku

"Terimalah,Ayah sudah memasakan masakan ini spesial untukmu"lanjutku

Paman Ahong terkekeh,"Rifat benar-benar yaa?"gumamnya

"Ayah juga menyampaikan terimakasih karena semalam Paman mengantarku pulang sampai rumah"ucapku lagi.

"Ayahmu sudah mengatakan hal itu-"balas Paman Ahong

"Hah?"

"Semalam setelah Aku mengantarmu,Rifat menelfonku,memastikan jika Aku benar-benar mengantarmu atau tidak?"tutur Paman Ahong

"Bajingan itu ternyata benar-benar menjadi Ayah yang baik untumu"lanjut Paman Ahong

Aku tersenyum mendengar umpatan Paman Ahong pada Ayah.Tidak sedikit yang mengatakan jika Ayahku adalah seorang bajingan,tapi secara bersamaan mereka juga mengakui jika Ayahku adalah pahlawan.

"Paman,apa Kau tahu?"

"Tentang apa?"tanya Paman Ahong

"Lapangan yang berada di perempatan ujung jalan akan di jual"jawabku

"Lalu?"tanya Paman

"Aku sedikit kecewa pada anak Abah Ling,Aku sudah memiliki rencana,kelak Aku akan membeli tanah itu"jawabku

Paman Ahong kembali terkekeh,"Aruna-Aruna,Kamu ini ada-ada saja"ucapnya

"Hai dengarkan Aku bicara dulu,Aku ingin membeli tanah itu untuk Aku dirikan sebuah sekolah sekaligus taman bermain anak-anak"ungkapku

"Aku do'akan semoga tanah itu benar-benar bisa Kamu beli"balas Paman Ahong

"Sepertinya tidak mungkin,karena tadi sudah ada seorang pengusaha yang akan membeli tanah itu"ucapku sedikit kecewa.

"Tau darimana?"tanya Paman Ahong

"Dari orangnya,Aku mengenal pengusaha itu Paman"jawabku

"Jangan bersedih,suatu saat Kamu pasti bisa mewujudkan mimpimu itu Aruna,Kamu akan menjadi orang hebat"balas Paman Ahong

Aku tersenyum dan menganggukkan kepala,rasanya kepercayaanku kembali pulih setelah mendengar ucapan Paman Ahong.

To be continue,,

The Summer HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang