Aruna Pov
Saat melihat sosok Kenan berdiri di seberang jalan jantung terasa sangat berdebar,ternyata Kenan masih menjadi sosok yang cukup spesial.
Lambaian tangannya,senyum di bibirnya terlihat sangat indah meskipun Aku berdiri dari kejauhan.
"Hai apa kabar?sudah lama Kita tidak bertemu"ucapnya setelah berhasil menyeberang jalan.
"Aku baik,Kamu?"tanyaku
"Sedikit kacau,tapi setelah melihatmu Aku merasa cukup baik"jawabnya
Aku terkekeh,gombalan apa lagi ini Tuhan?kuatkan pertahanan hatiku.
"Sibuk apa?"tanyaku
"Bagaimana jika Kita duduk disana?"balasnya sembari menunjuk pohon besar yang rindang.
Aku pun mengangguk,pada akhirnya langkah Kami berjalan beriringan.
"Beberapa hari ini Aku sibuk dengan pekerjaan di kantor,memenangkan tender dan berusaha agar sahamku bertambah"ungkap Kenan
"Lalu sedikit menyelesaikan masalah keluarga"lanjutnya
"Keluarga?apakah salah satu keluargamu ada yang sakit?"tanyaku
Kenan tersenyum,Kaki kanannya menendang botol minuman bekas hingga terlempar cukup jauh.
"Mereka semua sehat"jawab Kenan
"Ini hanya masalah biasa,yang umum terjadi di dalam rumah"lanjut Kenan
Aku hanya menganggukan kepala,sedikit mengerti meskipun kalimat yang di ucapkan Kenan ambigu.
"Apa Kamu sedang bertengkar dengan mereka?"tanyaku mencoba menebak.
Langkah Kami terhenti,Kenan menatapku,Aku pun membalasnya,mencoba membaca dari raut wajah pria tampan itu.
"Maaf jika Aku lancang dan tidak sopan"lanjutku
Kenan menggeleng,"Kamu hampir benar"ucapnya
"Hampir?"tanyaku sekali lagi.
"Terkadang Tuhan menaruh satu penjahat dalam suatu rumah,ah bukan!maksudku keluarga"ucap Kenan
"Dia sosok manusia yang egois,melakukan sesuatu yang di anggapnya wajar tapi tanpa sadar itu melukai seseorang"lanjut Kenan
"Apa tidak apa-apa duduk di atas rumput seperti ini?"tanyaku saat Kami sudah sampai di bawah pohon.
Kenan mengangguk,lalu menaruh pantatnya di atas tanah yang tertutup oleh rumput hijau,Kami tengah berada di sebuah taman.
"Ken"
"Hmm"
"Mungkin keadaan yang tengah Kamu hadapi hanya persoalan salah faham atau beda pendapat"ucapku
"Jangan mudah mengatakan seseorang itu jahat,terlebih itu anggota keluarga Kita sendiri.Bisa jadi mereka yang tidak cocok untuk Kita"lanjutku
Kenan menatapku "Kamu benar,Dia memang tidak cocok untuk Kami"ucapnya.
"Aku tidak tahu masalah apa yang tengah Kamu hadapi,tapi Aku berharap semuanya bisa cepat selesai dengan baik"balasku
"Terima kasih Aruna"ucap Kenan
Aku mengangguk,lalu mengeluarkan susu fermentasi yang Aku bawa dari rumah.
"Untukmu"kataku
Kenan menerima susu fermentasi satu paket yang berisi lima botol kecil.
"Ini"
"Ambilah"
Kenan tetap saja diam,"Ambil sedotannya"ucapku lagi
"Hah!ah iya"balas Kenan
"Tusuk yang paling ujung"ucapku memberi perintah.
Kenan melakukan sesuai dengan intruksiku.
"Nah iyah benar,minumlah"lanjutku begitu pun denganku,Aku pun melakukan hal yang sama,pada akhirnya Kami menikmati susu fermentasi di bawah pohon.
Kenan Pov
Aku tersenyum ketika menyadari saat ini tengah menikmati susu fermentasi bersama Aruna,sekarang botol terakhirku,sedangkan Aruna masih tersisa dua botol lagi.
"Aruna"
"Hmm"
"Dulu ketika usiamu masih kecil,apa Kamu pernah bertemu dengan seorang anak laki-laki di depan sebuah toko baju?"tanyaku
Aruna terlihat seperti sedang berfikir,Aku berharap Dia mengingat sesuatu.
"Sepertinya tidak,Aku tidak mengingat apa-apa"jawab Aruna
Aku tersenyum getir,tapi entahlah hatiku tetap mengatakan jika Aruna adalah Dia,meskipun berulang kali logikaku menolak.
"Kenapa tidak Kamu habiskan?"tanyaku saat susu fermentasi milik Aruna tersisa satu botol.
"Aku sudah kenyang"jawabnya
"Boleh Aku habiskan?"tanyaku
Aruna tersenyum dengan mengangguk cepat,"Habiskan saja"jawab Aruna.
Jika saja bertemu dengan Aruna berdampak setenang ini,Aku merasa menyesal.Menyesal kenapa tidak mengajaknya bertemu dari beberapa hari yang lalu?Aku seperti menemukan obat penawar saat ini.
Aku memang sedikit melupakan jika Aruna adalah calon psikolog,Dia sudah lebih banyak tahu cara membaca situasi dan hati lawan bicaranya.
"Temani Aku"
"Kemana?"tanya Aruna
"Ke suatu tempat,malam ini Aku akan membuat hari yang cukup berkesan dalam hidupmu"jawabku.
Aruna tertawa,kedua pipinya sampai terlihat merah.
"Percaya sama Aku Aruna"lanjutku
"Oke-oke,Aku percaya sama Kamu"balasnya
Aku pun tersenyum,merasa senang karena Aruna menerima ajakan Aku kembali.
To be continue,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
The Summer Hope
RomanceSuara bayi perempuan menangis di tengah malam,hanya berselimut tipis seadanya,bayi itu sangat cantik,berkulit putih bersih juga memiliki dua lesung pipi. "Bayi siapa ini?"tanya Rifat Rifat adalah seorang pria berusia 30 tahun,pekerjaan Dia sebagai...