Bab 24

101 32 7
                                    

Kenan Pov

"Ken-kenan?"

Aku segera menarik pinggangnya,membawanya ke dalam pelukan,mencium sedikit tengkuknya yang sudah lama Aku rindukan (tapi dulu).

"Aku sangat merindukanmu sayang"ucapku

"I-iyah tapi kenapa tidak memberi kabar sih kalau Kamu akan datang ke Apartemen?"tanya Inggrid.

"Aku tadi ke rumahmu,tapi pembantu disana mengatakan jika Kamu tidak di rumah,Aku sudah bisa menebak Kamu ada disini"jawabku

"Aku boleh masuk?"lanjutku

Inggrid tersenyum,"Tentu saja boleh"balasnya

Saat Aku masuk ke dalam,Aku melihat meja ruang tamu ada dua cangkir kopi yang sudah habis,lalu ada asbak dan sisa rokok yang masih tercium aromanya.

"Baru ada tamu?"tanyaku

"I-iyah"jawabnya

"Siapa?"

"Ehmm itu teman kampus,Rio sama Vivi"jawab Inggrid

"Kamu mau minum apa?"lanjutnya

"Aku lapar,bisakah Kamu membuat sesuatu untukku?atau Kita mau pesan saja?"tanyaku

"Tidak perlu,di dalam ada bahan makanan,biar Aku masak sebentar"jawabnya

"Good girl"balasku memuji

Inggrid tersenyum,kemudia Dia pergi ke arah dapur.Aku pun segera mengecek puntung rokok yang tersisa di asbak,membaca tulisan kecil yang terdapat di batang rokoknya.

"Jadi Papa baru saja dari sini hmm"gumamku lirih setelah tahu jika merek rokok itu adalah milik Papa.

                                   ***

"Bagaimana?enak tidak?"tanya Inggrid

"Enak,enak sekali"jawabku

"Terimakasih yaa?"lanjutku

Inggrid mengangguk dan tersenyum,Aku pun kembali menikmati makanan yang sudah Inggrid masak untukku.

"Rencananya minggu ini Aku akan ke Paris"ucapku

"Bisnis?"tanya Inggrid

"Iyah,apa Kamu mau ikut bersamaku?"tanyaku

Inggrid diam,Aku pun mengamati gerak geriknya melalui ekor mataku.Gadis itu terlihat bingung.

"Setelah pekerjaan selasai,Kita bisa liburan disana,Aku akan membelikan semua yang Kamu mau"ucapku

"Sungguh?"tanya Inggrid

Aku pun mengangguk cepat,"Nanti Aku coba tanya ke Mami Papi yaa?Aku berharap mereka mengizinkan"ucap Inggrid

Aku kembali mengangguk dengan tersenyum kecut,semuanya sudah bisa Aku baca jika yang di maksud Inggrid adalah meminta izin pada Papa,bukan kedua orang tuanya.

Aruna Pov

Malam ini Aku berada di minimarket Paman Ahong,Aku harus menggantikan Beliau karena tadi siang penyakit Asmanya kambuh.

"Selamat datang-"

"Kenan?"

Pria itu tersenyum hangat padaku,"Kamu sendiri?"tanyanya

Aku mengangguk,"Paman sedang sakit,Aku harus menggantikan Beliau berjaga"jawabku

"Totalnya jadi seratus sembilan ribu"lanjutku yang menyebut nominal dari total belanja pelanggan.

"Uangnya seratus sepuluh ribu,jadi kembali seribu ribu yaa?"kataku

"Iyah"

"Boleh Aku membantumu?"tanya Kenan

Aku terkejut,detik selanjutnya Aku sadar belum mengucapkan terimakasih pada pelanggan minimarket.

"Terima kasih Bibi sudah berbelanja di toko Kami"ucapku

"Sama-sama"balas si pelanggan.

"Apa tugasku malam ini?"tanya Kenan

"Tidak perlu,semua barang sudah Aku masukan ke dalam gudang"jawabku

"Baiklah,Kamu duduk biarkan Aku yang bekerja"balas Kenan

"Kamu?"tanyaku

"Kenapa?jangan Kamu anggap Aku tidak bisa melalukan pekerjaan seperti ini"jawab Kenan dengan intonasi tinggi,Aku pun tersenyum.

"Komputer ini sudah tua,mungkin usianya hanya selisih beberapa tahun dari usia Paman Ahong,berbeda dengan komputer yang ada di kantormu"ucapku

"Jangan meremehkan Aku.Usiaku dan Kamu masih tua Aku,lulusan universitas luar negeri juga"balas Kenan

"Baiklah,terserah Kamu saja.Aku tahu Kamu butuh hiburan saat ini,semoga komputer tua ini bisa sedikit menghibur lukamu"kataku

Kenan terbelalak,sedangkan Aku tertawa melihat wajahnya yang semakin kesal akibat ulahku.

                                    ***

"Apa keuntungan minimarket ini sedikit hah?sampai-sampai tidak bisa membeli komputer yang lebih layak?"ucap Kenan terlihat sangat kesal,sedangkan Aku justru menikmati makanan yang Ia pesan untuk Kami melalui aplikasi.

"Kamu harus sabar,komputernya hanya perlu perlakuan lembut saja,jika Kamu marah-marah seperti itu Aku yakin sebentar lagi komputernya tidak akan bisa membaca data"balasku

"Aruna!tolong bantu Aku,antrian pembelinya sangat panjang,sedangkan komputer ini tidak bisa di ajak kerja sama"ucap Kenan seolah memohon.

Kedua mataku terbelalak,Aku baru sadar jika antrian di kasir begitu panjang?bagaimana bisa tiba-tiba seramai ini?

"Kakak tidak perlu terburu-buru,Kami masih sabar menunggu kok"ucap salah satu pelanggan

Seketika Aku ingin tertawa,sedangkan Kenan justru melototiku.

"Kamu yang memasukan barang ke dalam kantong plastik yaa?"ucapku

Kenan mengangguk patuh,sepertinya Dia benar-benar putus asa menghadapi komputer tua milik Paman Ahong.

To be continue,,,

The Summer HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang