13. Mengenal Aksa

113 27 1
                                    

Jangan lupa baca note di akhir ya!


"Yang terlihat bahagia belum tentu baik-baik saja"

-o0o-

Puluhan panggilan tak terjawab membuat Aksa resah. Sudah pukul 9 malam dia belum mendengar suara Falee. Saat dia tiba di rumah, rumor tentang Falee terkunci di gudang menyebar luas hingga sampai ditelinga Aksa.

Telponnya tidak dijawab, ditambah rumor itu cukup menjadi alasan bahwa Aksa harus menemui Falee di rumahnya. Setelah motornya sampai didepan rumah Falee, buru-buru dia berdiri di depan pintu utama.

"Permisi, Faleesha!" teriak Aksa seraya mengetuk pintu.

"Permisi!" teriaknya lagi saat tidak ada jawaban.

Tak berselang lama terdengar sahutan dari dalam. Ada setitik rasa lega kala mendengar suara itu.

Pintu terbuka, gadis hadapannya berdiri dengan mata sembab lelah menangis. Mata Aksa terbuka lebar melihat kondisi Falee.

"Kamu kenapa?" tanyanya memegang bahu Falee.

"Emang aku kenapa?" tanya Falee seraya memaksa senyuman.

"Kamu diapain sama mereka?" tanya Aksa, menatap sedih kearah Falee.

"Aku gapapa, Sa," jawab Falee.

"Aku udah pernah bilang, ayo bagi rasa sakit," balas Aksa menatap iba kearahnya.

"Aku be---"

"ARGH!!!" teriakan itu membuat fokus mereka teralihkan. Mata Falee kembali berkaca-kaca.

"Mending kamu pulang, Sa," usirnya secara halus.

"Ak---"

"ARGH!!!" Jeritan itu membuat Aksa masuk kedalam mendahului Falee. Tepat pintu disebelah tangga terbuka separuh, memberinya akses masuk kedalam.

Terlihat seorang pria meringkuk di kasur memegangi kepalanya kesakitan.

"ARGH!!" teriak Elang. Potongan memori itu berputar menghantui kepalanya. Suara jeritan tawa, tangis, dan sepenggal bunyi masa lampau membuat kepalanya seakan ingin meledak.

Aksa menghampiri Elang yang kesakitan disana.

"Ayo kerumah sakit!" titah Aksa. Dia membantu Elang bangun dari tidur. Falee membantu dari sisi kiri. Mereka bersama ke rumah sakit.

Sedalam apapun luka yang diukir Elang dalam hidup Falee. Hati Falee akan selalu mencintai Elang.

"Dia kakak yang selama ini bikin kamu nangis?" tanya Aksa sembari memapah Elang.

"Enggak, dia bikin aku bahagia," bantah Falee.

"Sifat baik kamu bakal jadi boomerang diri sendiri. Pada akhirnya, cuman kamu yang akan tersakiti," sahut Aksa.

"Kamu salah, Sa," jawab Falee. Bibirnya menyunggingkan seutas senyum tipis diantara sisa air mata.

"Sedalam apapun luka yang diukir kakak, sampai kapanpun aku cuman bisa cinta sama kakak," imbuhnya.

"Walau kamu tau pada akhirnya kamu menderita?" tanya Aksa menatap sendu kearahnya.

Falee mengangguk setuju. Lukisan senyum itu tak lelah hadir disana. "Penderitaan ini nggak akan hadir sampai akhir. Dia cuman lagi sakit, suatu hari nanti dia akan sembuh dan kembali menjadi Garuda Cakrawala," jawab Faleesha penuh harapan.

Aksa mengerutkan kening. Bukankah nama pria ini adalah Elang?

"Garuda Cakrawala?" gumam Aksa penuh tanda tanya.

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang