04. Pelangi bersama Aksa

174 29 0
                                    

Kamu nggak akan sadar titik pelangi kalo nggak cari tau---Aksa.

-o0o-

Suasana memburuk. Falee hanya diam sedangkan Aksa canggung memulai percakapan. Hujan belum sepenuhnya reda, sisa gerimis kecil yang menyelimuti bumi.

Falee menyiritkan kening saat Aksa memutar balik mobil. Mungkin, tujuan Aksa berubah.

"Kita mau kemana, Sa?" tanya Falee. Jawaban Aksa hanya mengangkat bahu seraya tersenyum tipis. Hal itu membuat Falee menyiritkan keningnya bingung. Entah kemana Aksa akan membawanya. Kini, Falee hanya memikirkan bagaimana cara menghadapi Elang setelah pulang.

-o0o-

Matanya tak berhenti menatap sebuah lukisan indah milik sang maha kuasa. Falee duduk di atas ayunan seraya menatap pelangi disana. Berkali-kali hatinya mengucap terima kasih pada Aksa yang telah mengajaknya kemari. Ukiran itu memang terlihat kecil dan jauh, tapi indah.

"Pelangi selalu datang setelah badai hujan. Bagiku, hujan bukan sesuatu yang indah. Tapi, pelangi tidak akan datang tanpa hujan. Kita perlu merasakan fenomena hujan sebelum menikmati pelangi," ujar Aksa. Sesekali dia mencuri pandang, menatap Falee yang tersenyum menikmati pelangi.

"Sama seperti kehidupan." Kalimat itu membuat Falee menoleh. Dia menatap Aksa penuh tanda tanya.

"Kenapa?" tanya Falee. Karena tak ingin melewatkan kesempatan kehadiran pelangi, gadis itu memalingkan wajah untuk menatap pelangi. Telinganya masih berfungsi baik guna mendengar penuturan Aksa.

"Kebahagiaan dan air mata selalu datang berganti. Kamu nggak akan pernah ngerasain arti bahagia sebelum merasa kesedihan. Semua itu tentang waktu. Sederas apapun hujan, dia pasti berhenti, memberikan ruang untuk pelangi menyapa bumi." Penuturan itu membuat Falee diam. Pelangi di langit perlahan menghilang.

Gadis itu menoleh pada Aksa. Tatapannya memancarkan wajah lelah dengan pancaran sendu.

"Tapi, pelangi tidak selalu datang setelah hujan," balas Falee.

Aksa tersenyum tipis. "Pelangi selalu datang, Falee. Cuman kita yang nggak tau dimana tempat pelangi datang." Sejenak Falee terdiam.

Sepersekian detik, Aksa menepuk pundak Falee. Tangannya menunjuk kearah belakang. Falee mengikuti arah pandang Aksa. Dilihatnya sebuah pelangi dari sisi lain.

"Kamu nggak akan sadar titik pelangi kalo nggak cari tau," ujar Aksa.

Kini, Falee paham semua maksud ucapan Aksa. Tentang pelangi, hujan, kebahagiaan, dan air mata. Falee pikir, kejadian itu hanyalah dua fenomena yang bertolak belakang, nyatanya berhubungan.

Drttt drttt!

Pandangan Falee beralih pada ponsel di saku celana Aksa. Sebuah panggilan dari Danes langsung membuat sang pemilik ponsel mengangkat panggilan.

"Lo dimana?"

"Dimana-mana hatiku senang,"

"Gak lucu anying. Serius nanya,"

"Kenapa emang?"

"Kita mau nyusul lo. Buruan share loc,"

"Gue aja deh yang samperin lo. Emang, lo dimana?"

Suara khas itu membuat Falee menoleh. Suara Aksa terdengar lucu saat menggunakan logat Jakarta. Falee tersenyum geli karena itu.

"Anjay, mas ganteng udah bisa bilang lo-gue nich,"

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang