Terlalu peduli orang lain sampai lupa peduli diri sendiri itu gak baik.
-o0o-
Pukul 2 pagi. Hujan masih bersedia turun membasahi bumi. Iringan alat medis tak mengusik Aksa yang tengah tertidur lelap diatas sofa. Hingga dia merasakan sebuah tangan berkeringat mencengkram kuat lengannya. Refleks matanya terbuka lebar, tubuhnya ikut bergerak kaku terkejut. Ternyata sosok Falee duduk dilantai tengah membangunkan Aksa dengan sisa kekuatan.
"Kenapa Fal?" Kini berganti Aksa menjadi panik. Dia berjongkok sejajar dengan Falee. Ternyata tubuh gadis ini sudah sedingin es.
"Fal?" Aksa bertambah panik kala melihat wajah Falee yang sangat pucat. Segeralah dia menggendong tubuh Falee untuk membawanya ke IGD.
Para dokter dan perawat yang bertugas segera menangani Falee. Suhu tubuh Falee sangat tidak normal, bibir pucat itu juga menjelaskan betapa lemahnya Faleesha. Beruntungnya ruang IGD sangat sepi, tidak banyak orang mengantri seperti biasa.
"Sebelumnya, pasien punya penyakit apa?" tanya sang dokter memeriksa denyut nadi Falee.
"Diabetes tipe satu, Dok," jawab Aksa. Sang dokter menghentikan aktivitasnya. Dia diam sejenak menganalisis kondisi Falee.
"Sebelumnya pasien makan apa?" tanyanya lagi. Kini Aksa yang diam berusaha memutar waktu.
Dia ingat, terakhir kali Falee makan salmon buatan Ibu. Tapi, bukankah salmon memiliki kandungan gula rendah?
"Ikan salmon, Dok," jawab Aksa.
Dokter umum itu mengerutkan keningnya. "Seharusnya ikan salmon tidak berbahaya," balas dokter.
Suster mulai memasang selang infus di tangan Falee, dan kala itu dia menyadari tangan Falee kotor.
Dia mengusap tangan Falee dengan sarung tangannya yang bersih. "Ini coklat kan, Dok?" tanya suster. Bola mata Aksa terasa ingin keluar kala menyadari itu.
"Lebih baik pasien dipindahkan diruang rawat," titah dokter. Coklat adalah hal buruk untuk Falee. Nyawanya bisa melayang jika tidak segera diberi tindakan.
"Baik, Dok. Tolong berikan penanganan terbaik. Biaya administrasi akan segera saya bayar," ujar Aksa tanpa banyak berpikir.
Rasanya sangat lelah memikirkan Faleesha. Begitu banyak masalah yang menimpa hingga sulit mengetahui mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
"Silahkan isi formulirnya," ujar suster yang menyodorkan selembar kertas untuk perawatan Falee. Tentunya Aksa memilih kamar serta dokter terbaik.
Setelah mengisi formulir, para dokter dan suster meninggalkan tempat. Aksa diminta menunggu petugas lain datang untuk memindahkan Faleesha.
Diwaktu itu, dunia seperti menolak hari-hari bahagia. Mengapa kepingan tawa cepat terganti dengan peristiwa suram? Bukankah itu terlalu jahat?
Aksa mengusap surai hitam Falee. "Terlalu peduli orang lain sampai lupa peduli diri sendiri itu gak baik, Fal." ujar Aksa terdengar lelah.
-o0o-
"Normal dikit kek Jen," julid Devan pada Rajen yang tengah menikmati makanannya. Rajen memang sering memakan makanan yang unik dan tidak menarik. Contohnya hari ini, dia memakan nasi dicampur potongan mangga dengan bumbu asam manis.
"Terserah gue dong, julid mulu jadi orang," jawab Rajen, menatap sinis kearah Devan.
Pagi ini empat siswa SMA Saturnus bolos ke rumah sakit. Awalnya Aksa hanya menghubungi Danes untuk membawakan beberapa baju ganti dan kebutuhan. Tapi, tiba-tiba saja Danes datang ditemani Devan dan Rajen tanpa mengenakan seragam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Terakhir Untuk Faleesha
أدب المراهقين"Terima kasih telah menjadi manusia baik, meski dunia tak sebaik yang diharapkan." Kecelakaan di bulan Februari menjadi awal mula kehancuran hidup Faleesha. Peristiwa itu merebut kebahagiaan sekaligus jiwa Kakaknya yang paling berharga. Gadis manis...