05. Fitnah

144 31 2
                                    

Bukannya aku tak bisa berkata jujur. Tapi ada batasan dimana aku harus diam dan pura-pura bodoh---Faleesha.

-o0o-

"Seneng udah bikin kening Erlangga berdarah?" tanya Amira dingin.

Falee menatap Erlangga disana. Sang kakak hanya menatap datar kearahnya. Dahi Erlangga telah dibalut plester kecil supaya darahnya berhenti.

"Falee cu---"

"Hukuman apa yang cocok buat anak nakal kayak kamu?" tanya Amira. Sedangkan Erlangga hanya diam ditempat.

"Bukan Falee yang bikin kakak kayak gitu, Tan!" ujar Falee. Nadanya meninggi. Dia takut saat Amira mengungkapkan akan memberi Falee hukuman. Falee sangat takut.

"Kamu berani bentak saya?!" bentak Amira. Dia menggerak kan kursi rodanya maju mendekat ke Falee.

"Tante bisa tanya kakak," lirih Falee. Gadis itu menatap kearah kakaknya penuh harapan. Dia berharap malaikat baik sedang mengendalikan kakaknya supaya dia bisa bebas dari hukuman atas kesalahan yang tak pernah dia lakukan.

Namun, harapan itu musnah. Elang menggeleng pelan. "Dia yang bikin dahi Elang berdarah." Kalimat itu membuat mata Falee berkaca-kaca.

Amira menarik kasar tangan Falee kebawah hingga tubuh Falee sejajar dengannya. 

Plak!!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Falee. Rasa panas dan perih menjalar disana, membuat air matanya luruh.

Elang menarik tangan Falee, mendorong adiknya ke gudang kumuh.

Tak banyak oksigen yang tersedia ditempat tertutup ini. Apalagi debu mendominasi ruangan. Falee mencoba mengetuk pintu, berharap sosok manusia tanpa sayap datang membukakan pintu untuknya.

"Bukain ...," ujarnya lemah karena kesulitan bernapas.

"Kakak!"

"Tante!" teriak Falee sekuat tenaga.

"Kakak! To---" Belum selesai Falee mengucapkan kalimatnya, suara yang mengintimidasi datang memotongnya.

"Diem!" bentak Elang dari balik pintu.

Falee bersandar di pintu. Dia menekuk lututnya seraya menangis dalam diam. Begitupun Elang diluar sana. Dia duduk bersandar di depan pintu gudang.

"Bukan Falee yang bikin kakak berdarah," lirih Falee. Namun, bisa terdengar jelas di telinga Elang.

"Kenapa kakak bilang kalo Falee penyebabnya?" ujarnya lagi. Sedangkan Elang masih diam dibalik pintu.

"Kenapa kakak jahat?" Kini, suara Falee cukup bergetar karena menahan isak tangis.

"Siapa yang bilang kalo gue baik," jawab Elang.

"Falee sakit kak," balas Falee melemah.

"Lo sakit? Gue lebih sakit Fal! Saat gue bangun dari tidur, gue gak inget siapapun. Gue kehilangan semua kenangan. Gue gak inget wajah orang-orang yang gue sayang. SEMUANYA HILANG! SEMUANYA BERUBAH!"

"Ibu lo hancurin keluarga gue, itu lebih sakit Fal! Jangan merasa sok tersakiti disini! SEMUA BENCANA YANG MENIMPA KELUARGA GUE, SEMUANYA KARENA LO FAL!"

"PAPA MENINGGAL KARENA IBU LO!"

"MAMA LUMPUH JUGA KARENA ALENA!"

"DAN GUE AMNESIA JUGA KARENA DIA!"

"KENAPA ALENA HARUS REBUT PAPA?"

"KENAPA LO HARUS LAHIR?!"

"GUE BENCI LO FAL!"

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang