01. Hukuman

356 52 1
                                    

Tetaplah tersenyum, Faleesha. Meski semesta tak memberi alasan untuk bahagia.

-o0o-

Pukul 2 pagi, si gadis manis itu masih membuka matanya. Jari lentiknya tak henti menari diatas papan ketik keyboard. Faleesha Permata Cakrawala, selaras dengan namanya yang memiliki arti Tulip berharga di Cakrawala, dia gadis cantik penuh kesabaran.

Falee masih fokus pada makalah di hadapannya. Hanya tinggal menyelesaikan kesimpulan dan mengoreksi ulang. Jangan mengira dia mengerjakan makalahnya sendiri, itu adalah orderan. Untuk memenuhi kebutuhannya, Falee membuka jasa ketik, tulis tangan, dan tutor kilat.

"Akhirnya selesai juga," gumam Falee seraya menutup laptopnya. Tangannya meraih sebuah ponsel hadiah dari sekolah.

Melody
Fal
Bagi Fisika dong

Faleesha

Send a picture

Falee mengembuskan napas penat. Ia meletakkan ponsel, lalu melirik kearah jam dinding. Waktu tidurnya hanya tersisa 2 jam. Falee merebahkan tubuhnya, lalu memejamkan mata. Dia berharap diberi mimpi indah, meskipun kebahagiaannya hanya sebatas di mimpi, Falee menginginkannya.

Belum selesai raganya terbang ke alam mimpi, seseorang melempar tumpukan buku tepat mengenai kepalanya. Falee tersentak bangun. Rasa pening menjalar di kepalanya. Tak hanya satu atau dua buku, tapi empat buku paket sekaligus.

"Kakak?" panggil Falee seraya memijat pelipisnya guna mengurangi rasa pening di kepala.

Dilihatnya, seorang pria tengah berdiri dengan keadaan acak-acakan. Aroma alkohol menyeruak masuk kedalam indra penciuman Falee. Pria itu hanya mengenakan kemeja putih bekas sekolah tadi, dengan kancing yang terbuka.

"Kakak baru pulang?" tanya Falee. Namun, sang kakak hanya duduk di samping Falee. Tatapan mata sayup yang sebentar lagi menutup itu, mengisyaratkan dia ingin berbicara.

"Kerjain halaman yang udah dikasih tanda." Dia memerintah penuh penekanan.

"Tapi ini udah malem, Falee kerjain besok ya?" ujar Falee. Besok ada ulangan Kimia. Dia tidak ingin fokusnya terganggu karena tidak tidur semalaman. Akan tetapi, pria hadapan Falee malah mengikis jarak. Tangan kanannya mencengram kuat rahang Falee. "Lo mau ngelawan?" tanyanya penuh penekanan.

Falee menggeleng pelan. Suasana menjadi tegang mencekam. Setelah mengatakan kalimat itu, dia melepas cengkraman di rahang Falee, kemudian merebahkan dirinya dan tertidur.

Namanya Erlangga Cakrawala, Falee memanggilnya dengan nama Elang. Sulit sekali Falee membenci sosok ini. Dia terlalu menyayangi hingga tak tahu bagaimana cara membenci. Elang memang jahat, tapi sejahat apapun Elang pada Falee, gadis itu tak akan melupakan kebaikannya. Walau perbandingan kebaikan dan kejahatan adalah 1:1000.

Wangi alkohol menyeruak masuk kedalam indra penciuman Faleesha. Air matanya luruh seiring menatap Elang. Falee menarik selimut guna menutupi tubuh Elang. Tangannya mengusap sayang rambut Elang.

"Kadang Falee bingung, gimana caranya benci Kakak? Gimana caranya supaya Falee nggak peduli sama Kakak? Sejauh apapun Falee ingin mengubah keadaan, akhirnya tetap sama. Setiap kali Falee liat Kakak, Falee selalu ingat Kak Aga. Padahal, kalian jelas berbeda. Kakak bahagia terus ya. Falee sayang kakak," ujar Falee tulus dari hatinya. Elang memang jahat, tapi Falee tidak bisa menjadi jahat.

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang