Damainya laut bukan berarti ombak beristirahat, dan gelapnya awan bukan berarti petir 'kan menjadi penguasa.
-o0o-
Para dokter masih bekerja keras di dalam ruang IGD. Berkali-kali para dokter menyuntikkan cairan di tubuh Falee guna menstabilkan kondisi Falee. Jeff berada di ruang tunggu dengan perasaan campur aduk. Saat menggendong Falee, tubuh gadis itu terasa rapuh dan dingin. Hujan sangat menyakitkan untuk Falee yang tergeletak pingsan di lapangan basket sambil menyebut nama Aga. Jeff sendiri tak tahu siapa Aga, tapi nama itu yang selalu disebut Falee.
Kebetulan sekali Jeff pulang les di perumahan tempat Falee tinggal. Ketika dia pulang, hujan turun sangat lebat. Dan saat melihat gadis tergeletak di lapangan basket, segeralah dia menggendong tubuh Falee kemudian membawanya ke rumah sakit.
Beberapa saat kemudian sang dokter bersama para perawatnya keluar dari ruang IGD. "Kondisi pasien jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi pasien belum sadar, jadi mohon ditunggu saja kesadarannya," ujar dokter spesialis endokrin.
Jeff beranjak dari duduk. "Teman saya kenapa ya Dok?" tanya Jeff.
"Gula darah pasien sangat rendah. Memang penyakit diabetes sangat sensitif dengan kadar gula, tidak menutup kemungkinan bila pasien mengalami drop karena kekurangan gula darah atau kelebihan gula darah. Tapi sekarang pasien sudah jauh lebih baik, setelah sadar pasien boleh pulang," cerca dokter. Sedangkan Jeff hanya bisa mengangguk sambil mengucap terima kasih. Setelah itu ia masuk kedalam ruangan.
"Jadi bener dia sakit diabetes?" gumamnya bertanya-tanya.
Dilihatnya seorang gadis rapuh berbaring lemah tak berdaya diatas ranjang rumah sakit. Tangan Jeff menyentuh dahi Falee supaya mengetahui suhu tubuhnya. Rasanya sudah tak terlalu dingin dibanding beberapa waktu lalu.
Melihat pergerakan dibibir Falee yang menahan sakit, Jeff langsung bersiap menatap Falee. Tatapannya terbaca sendu kala melihat Falee berusaha membuka mata sangat berat.
"Kok aku disini?" bisik Falee tak mampu mengeluarkan suara.
"Lo tadi pingsan di lapangan basket. Jadi gue bawa kesini," jawab Jeff.
"Kakak mana?" tanya Fale penuh harapan.
"Tadi gue gak lihat siapapun selain lo," jawab Jeff.
"Ternyata tadi cuman mimpi ya?" Falee menatap keatas, membiarkan cahaya lampu menyilaukan mata. Dia tersenyum tipis membayangkan mimpi itu terlihat sangat nyata.
Saat Falee dan Elang pulang, Falee melupakan kantong belanjanya. Dia kembali ke lapangan dan ambruk ditempat. Kala itu Elang sudah pulang, hanya ada lapangan kosong menyisakan rintik hujan.
"Eh kok nangis?" tanya Jeff panik karena melihat mata Falee mulai memproduksi buliran bening. Bagaimana caranya Falee menahan rasa sesak yang menyiksa ini? Bagaimana caranya dia melupakan mimpi yang selalu didambakan? Bagaimana caranya Falee bahagia? Tolong beri tahu Falee bagaimana caranya.
"Apanya yang sakit? Gue panggilin dokter ya?" tawar Jeff. Dia semakin dibuat bingung saat Falee menggeleng.
"Aku udah gak apa-apa Jeff," balas Falee menahan tangan Jeff yang hendak menekan tombol darurat.
Jeff mengembuskan napas panjang, kemudian duduk di kursi samping ranjang. Dia menggenggam tangan Falee yang sedingin es.
"Kata dokter kadar gula darah lo rendah," ujar Jeff seraya mengusap punggung tangan Falee dengan jempolnya.
"Jeff, makasih udah selamatin nyawa aku hari ini. Aku nggak tau harus balas kamu berupa apa," ujar Falee merasa tidak enak. Sialnya air mata ini tak henti-henti menetes. Falee bersifat emosional karena mimpinya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Terakhir Untuk Faleesha
Teen Fiction"Terima kasih telah menjadi manusia baik, meski dunia tak sebaik yang diharapkan." Kecelakaan di bulan Februari menjadi awal mula kehancuran hidup Faleesha. Peristiwa itu merebut kebahagiaan sekaligus jiwa Kakaknya yang paling berharga. Gadis manis...