Kenapa orang selalu mencari celah kejahatan saat melihat kebaikan?
-o0o-
Hari-hari Falee menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dua hari yang lalu ia meninggalkan rumah sakit, sepenggal rasa bahagia hadir mewarnai harinya.
Jika dijelaskan dengan sebuah kalimat. Rumah sakit adalah penjara, dan rasa sakitnya adalah siksa dunia. Tak hanya fisik yang terluka, namun hati kecilnya ikut merasa lelah.
Tak hanya kondisi Falee yang membaik, Elang juga mulai membaik. Kini, dia berangkat kesekolah bersama supir Mira.
Falee berjalan diantara kerumunan murid SMA Saturnus bersama Aksa. Banyak pasang mata tertuju pada mereka. Ada dua kemungkinan, yang pertama Falee memang sering menjadi pusat perhatian karena pita kuningnya. Kemungkinan kedua, Aksa yang mulai terkenal karena pemilik pita biru pertama yang menolong Falee.
Siapa yang bisa menolak pesona Aksa? Diamnya saja memesona, apalagi saat seutas senyum hadir menghiasi wajahnya.
"Aksa!" panggil seorang pria berjas navy. Pria itu berlari menghampiri Aksa dengan buru-buru.
"Lo Aksa kan?" tanyanya Dirga memastikan.
"Iya," jawab Aksa dengan raut bertanya, apa alasan Dirga menghampirinya.
"Gue Dirga ketua OSIS disini. Boleh minta waktunya sebentar? Ada rapat antara anak OSIS sama perwakilan pita biru dan pita hijau," cerca Dirga.
"Kenapa harus gue?" tanya Aksa bingung. Dia bahkan baru saja masuk SMA ini, tapi sudah menjadi perwakilan.
"Lo, Danes, sama Clara donatur terbesar. Jadi kalian bertiga diminta ikut rapat," jawab Dirga berusaha menjelaskan sebaik mungkin.
Aksa melirik Falee sebentar. Telinganya masih berfungsi dengan baik untuk mendengar perkataan Dirga. Hanya perwakilan pita biru dan pita hijau?
"Pita kuning enggak?" tanya Aksa, karena ia mengetahui hanya ada 6 nama pemilik pita kuning disini.
Dirga tersenyum remeh, kemudian menggeleng pelan. "Lo masih belum paham sistem kasta sekolah ini?" tanya Dirga yang menaikkan alisnya.
Tidak ada yang salah dari ucapan Dirga. Apa yang perlu diharapkan di SMA Saturnus? Jawaban satu-satunya adalah uang. Sebut saja semua orang disini adalah mafia. Sosok penjahat berkedok peraturan sistem kasta.
"Aku bisa ke kelas sendiri kok. Kamu duluan aja," ujar Falee pada Aksa. Dia menyadari raut khawatir dari wajah Aksa jika meninggalkan Falee.
"Inget kata-kata aku?" tanya Aksa dengan raut wajah ragu.
"Dorong bales jegal, senggol bales bacok, pukul bales tendang. Itu kan?" tanya Falee seraya terkekeh geli. Ungkapan yang beberapa hari lalu diberikan Aksa dengan harapan Falee bisa menerapkannya. Tapi tahu sendiri kan sifat Falee? Sekalipun tangan kecilnya tak mampu menyakiti orang lain dengan sengaja.
"Aku tinggal dulu ya," ujar Aksa. Dia memberikan kartu ATM miliknya, kemudian berlari bersama Dirga meninggalkan Falee yang hendak menolak pemberiannya.
Menurut Falee, Aksa terlalu berlebihan. Tapi bagi Aksa, semua yang dia miliki terasa tidak akan cukup untuk membahagiakan Falee. Karena kunci kebahagiaan Falee adalah melihat orang yang dicintainya bahagia.
Falee diam sambil tersenyum memandang punggung Aksa yang semakin menjauh. Mengenal Aksa adalah sebuah keberuntungan. Pria berperawakan tinggi dengan berat badan ideal. Rambutnya hitam rapi, pemilik manik obsidian indah, serta jemari lentik untuk seukuran pria.
Dimana cela buruk Aksa? Bahkan suaranya memiliki alunan khas yang menawan. Sikap sopan yang melekat padanya menambah sejuta pesona rupawan.
Dukkk!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Terakhir Untuk Faleesha
Teen Fiction"Terima kasih telah menjadi manusia baik, meski dunia tak sebaik yang diharapkan." Kecelakaan di bulan Februari menjadi awal mula kehancuran hidup Faleesha. Peristiwa itu merebut kebahagiaan sekaligus jiwa Kakaknya yang paling berharga. Gadis manis...