26. Ingatan Elang

109 24 1
                                    

Boleh kasih tahu kesan kalian saat membaca cerita ini?

Sesungguhnya tak ada penjahat yang bangga atas kejahatannya. Hanya saja hati kecilnya sedang terpengaruh oleh kerasnya dunia.

-o0o-

Ingatkan pada bintang bahwa jangan ikut meredup meski salah seorang penghuninya bersedih. Tapi nyatanya langit menolak permintaan itu, sampai sekarang kelabu awan mengizinkan suasana hangat mengitari bumi.

Falee duduk didepan laptop, dia tengah mengerjakan pesanan makalah teman kelasnya. Peraturan baru diumumkan mulai besok pagi, sedangkan Falee tak memiliki tabungan lebih untuk mempertahankan kedudukannya sebagai murid SMA Cakrawala.

Kata Devan, Aksa memberikan sejumlah uang untuk biaya sekolah Falee. Namun, Falee ragu menerima itu. Meskipun Aksa mengatakan uang itu dari Lina, Falee masih enggan menerimanya. Keluarga Aksa terlalu baik hingga Falee merasa tidak enak.

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Malam ini Falee merasa aneh. Kipas anginnya sudah dimatikan dari tadi, tapi hawa dingin menusuk kulitnya.

Sebelum kejadian tak diinginkan terjadi, Falee menutup laptopnya lalu pergi ke dapur. Sialnya, oatmeal habis, dan tak ada makanan lagi di dapur.

Falee menghelat napas panjang. Dia harus makan, karena dari tadi dia belum makan sama sekali. Falee tak ingin merepotkan orang lain untuk yang kesekian kalinya.

Ia membuka kulkas yang berisi banyak insulin. Sebelum Aksa meninggalkan Falee, dia memberikan banyak insulin hingga memenuhi kulkas.

Perlahan tapi pasti. Meskipun rasa sakit dan takut masih ada ketika jarum suntik masuk kedalam kulitnya, tapi ia harus menahan rasa sakit itu.

Dan sekarang waktunya dia keluar rumah untuk membeli oatmeal.

Beberapa waktu berlalu, Falee tengah berjalan pulang sambil membawa plastik belanja berisi oatmeal. Jalanan cukup sepi, hanya ada suara jangkrik dan embusan angin. Falee cukup terkejut ketika melihat kehadiran Elang di lapangan umum.

"Kakak?" panggil Falee yang membuat Elang menoleh.

Falee meletakkan kantong belanjaannya di samping tempat duduk Elang. Ia kemudian mengambil bola basket dan berolahraga dibawah kelabu awan yang hendak menurunkan hujan.

Falee tak handal dalam permainan basket. Tapi dia mengetahui beberapa teknik dasar bermain bola basket. Falee berdiri di depan ring yang berjarak 3 meter. Dia mengangkat bolanya hingga sejajar dengan kepala, lalu menembakkan ke ring. Teknik itu berhasil mencetak poin.

Falee berbalik arah, dia melihat Elang yang sedang menatapnya dengan sorot mata sulit diartikan. Tanpa permisi Falee melemparkan cukup keras bola basket kearah Elang. Elang cukup cekatan menangkap bola tersebut. Falee tersenyum bangga sedangkan Elang bingung mengapa tangannya terasa lengket dengan bola, padahal dia tak pernah bermain basket.

"Kenapa?" Kejadian kemarin malam dimana Falee mengatakan bahwa ia adalah Acha dan Elang adalah Aga, Elang mencoba berpikir keras hingga menyebabkan nyeri di kepalanya hadir. Kala itu Elang segera pergi meninggalkan rumah Falee dan kembali ke rumahnya. Apakah ingatan Elang kembali? Dia masih ragu.

"Kakak gak mau main?" ajak Falee antusias. Elang beranjak dari duduk dengan mendribble bola. Tangannya cukup lihai untuk mengendalikan bola.

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang