35. Pacaran yuk?

113 18 0
                                    

Jangan lupa putar lagunya biar vibesnya lebih kerasa. Selamat membaca!!

Asal tidak merebut kebahagiaan orang lain, kita pasti diberi kesempatan berbahagia---Raden Lentera Aksa.

-o0o-

Dalam kediaman Aksa petikan gitar membuat suasana kian menjadi tenang. Rasanya hangat dan nyaman duduk di ruang makan ditemani secangkir teh dan Faleesha. Senyuman manis si pemilik wajah rupawan diberikan pada Aksa yang tengah lihai bermain gitar.

"Bentuk cinta itu ... ya kamu!" Lagu Bentuk Cinta selesai dinyanyikan. Faleesha bertepuk tangan meriah. Ia menyukai bagaimana cara Aksa bernyanyi.

"Aku suka!" puji Falee antusias.

Suara merdu di iringi permainan gitar membuat Aksa terlihat seribu kali lebih tampan. Sembari bernyanyi, wajahnya tak henti mengukir senyuman. Aksa biasanya saja sudah membuat Falee salah tingkah, apalagi Aksa yang seperti ini. Rasanya Falee ingin terbang.

"Ada satu lagu yang bernarasi tentang kamu, Fal," ujar Aksa. Hal itu membuat Falee penasaran, hingga ia menyahut, "Lagu apa?" balas Falee.

Jemari lentik Aksa mulai mengatur tempat singgahnya pada senar gitar. Aksa juga mengambil napas untuk memulai nyanyian.

"Kamu adalah bukti ...," hangatnya suara Aksa membuat Falee tersenyum. Deep voice yang sempurna membuat hati pendengarnya meleleh.

"Dari cantiknya paras dan hati ...,"

"Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi ...,"

"Tentang terang dan gelapnya hidup ini ...," Sejenak Aksa mengangkat kepalanya lalu tersenyum pada Falee. Tadi Falee sempat bingung mengapa rembulan tak nampak malam ini, ternyata sinarnya pindah menghiasi wajah Aksa. Sebut saja Falee budak cinta, yang sedang mabuk senyuman Aksa.

"Kaulah bentuk terindah ...,"

"Dari baiknya Tuhan padaku ...,"

"Waktu tak mengusaikan cantikmu ..."

"Kau wanita terhebat bagiku ...,"

"Tolong kamu camkan itu ...,"

Lagu Bukti milik Virgoun selesai dinyanyikan Aksa. Bibir mereka saling bungkam, seakan mata mengambil alih fungsi untuk berbicara. Bisakah Aksa menghentikan waktu? Dia ingin terus seperti ini. Menatap setiap lekuk wajah Falee tanpa pengecualian. Menyalurkan rasa cinta tanpa harus berbicara.

Faleesha adalah bukti bahwa Tuhan mencintainya, semesta menyayanginya, takdir berpihak kepadanya. Banyak orang mengatakan bahwa Falee beruntung memiliki Aksa, namun bagi Aksa dia adalah pria paling beruntung karena mengenal Faleesha.

"Kamu bener-bener definisi anugerah indah dari Tuhan, Fal," ujar Aksa penuh makna.

"Dari semua hal yang aku punya, ada tiga hal paling penting dan istimewa. Yang pertama Tuhan, yang kedua keluarga, dan yang ketiga Faleesha." Mendengar namanya disebut Faleesha tak bisa menahan senyumnya.

"Dulu aku pikir dunia benar-benar jahat. Tapi ternyata Tuhan sedang menyiapkan rencana paling indah. Kamu tau kenapa aku tetap hidup meski semua orang berlomba-lomba menghancurkan?" tanya Falee. Wajah itu masih sama, selalu tersenyum walau dunianya hancur.

"Karena kamu kuat?" tebak Aksa.

"Karena Tuhan kasih aku dua kekuatan di dunia. Yang pertama Kakak dan yang kedua Aksa." Aksa meletakkan gitarnya. Menyisir rambut kebelakang guna menutupi kegugupan. Tak banyak kata indah yang bisa keluar dari bibir Falee. Hanya ada sebuah untaian fakta untuk pria yang paling disayanginya.

"Kalo salah satu dari kalian pergi, rasanya duniaku beneran hancur." Kalimat itu bukan sebatas kata-kata puitis, melainkan sepenggal kalimat yang selalu ingin ia ucapkan. Aksa merasa menjadi manusia paling jahat karena pernah meninggalkan Faleesha.

"Kemarin-kemarin aku mikir sempit. Aku bohong kalo punya pacar namanya Ashel, padahal dia udah jadi mantan. Kalo kamu mau tau, aku trauma sama pacar. Aku dulu sayang banget sama Ashel, eh si dugong selingkuh sama Rion. Dari sana aku langsung mutusin pindah sekolah, terus ketemu kamu deh!" Hanya itu yang bisa Aksa sampaikan. Sedangkan sebuah pernyataan lain tentang traumanya terhadap penyakit jantung hanya berhenti sampai di tenggorokan.

"Fal! Pacaran yuk!" ajak Aksa antusias.

"Tidak menerima jawaban selain 'Yuk'!" Falee tertawa lepas. Gadis mana yang akan menolak Aksa? Tidak mungkin pesona itu gagal menjaring para gadis, tak terkecuali Faleesha.

"Yuk!" Sejenak keduanya tertawa. Melupakan banyak beban yang berada dalam benak masing-masing. Meski bencana akan datang hari esok, biarlah mereka berbahagia walau hanya sementara. Tak banyak hal romantis seperti untaian bunga atau puisi senja, hanya ada setunggal gitar dan secangkir teh menemani malam mereka. Namun itu akan menjadi hal paling berkesan selamanya.

"Kalo pacaran biasanya ngapain?" tanya Falee. Sebagai gadis yang pertama kali berpacaran, ia bingung apa yang harus dilakukan.

"Ciuman!" jawab Aksa seraya tersenyum jahil. Kepalanya pun mendekat kearah Falee. Refleks Falee menutupi bibirnya. Sungguh bukan ini yang diharapkan Falee.

"Bercanda, Sayang!" imbuh Aksa terkekeh pelan. Bukan pertama kali Aksa memanggil Falee dengan embel-embel sayang. Tapi tetap saja membuat Falee salting tujuh keliling.

"Langkah pertama kita harus bahagia. Kita bener-bener harus bahagia," tutur Aksa mengangkat alisnya.

"Gimana caranya?" tanya Falee tersenyum tipis.

"Gimana pun caranya," jawab Aksa penuh keyakinan. Siapa yang tak mengharapkan kebahagiaan? Semua orang pasti memiliki tujuan berbahagia.

"Kalo semesta gak mengizinkan?" tanya Falee. Aksa beranjak dari duduk, ia mendekat selangkah kepada Falee kemudian menarik kepala gadis itu keperutnya tanpa permisi. Mata Aksa terpejam. Untuk yang kesekian kalinya rasa hangat itu masih sama. Falee memejamkan mata kemudian membalas pelukan Aksa. Kapan lagi ia mendapat kekuatan sekadar dari pelukan?

Pelukan itu berlangsung selama tiga menit. Dibawah lampu kristal mewah, Aksa membuka mata.

"Kamu tau, Fal? Rasa sakit adalah sebuah ujian untuk para manusia yang masih sabar menunggu saat berbahagia. Ada kalanya kita memberontak rasa sakit itu dan meminta lebih dari sekadar kebahagiaan sementara."

Sekarang Falee paham mengapa air matanya selalu jatuh meski ia berusaha tersenyum. Dia terlalu menikmati rasa sakit tanpa memandang keluar jendela bahwa disana ada celah berbahagia.

Ada sebuah angan indah yang selama ini hanya Falee bayangkan. Harapan itu bisa menjadi nyata, tapi Falee takut menggapainya. Sebuah tembok tak kasat mata menjadi penghalang, bila tak dihancurkan maka air mata akan menjadi kisah abadi.

"Asal tidak merebut kebahagiaan orang lain, kita pasti diberi kesempatan berbahagia."

-o0o-

Pukul 3 pagi bau anyir mendominasi di rumah Erlangga Cakrawala. Seperti biasa, dahi Elang mengeluarkan darah karena psikisnya terganggu. Membenturkan dahi ke dinding adalah hal lumrah baginya.

Elang tak sendiri, ada Mira yang datang ke rumahnya. Bukan untuk memberikan sejuta kasih sayang, tapi mendatangkan bencana besar untuk dunia Elang.

"Chris, semuanya sudah siap kan?"

-
-
-

Haiii!! Masih setia nunggu cerita ini?

Kesayangannya Aksa

Kesayangannya Aksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang