28. Mentari dan Bumi

104 22 0
                                    

Kayak Mentari dan Bumi. Jika Mentari pergi, maka saat itu hari terakhir untuk Bumi menetap di semesta.

-o0o-

Tidak ada kejutan spesial hari ini. Seperti biasa, Aksa hanya berangkat sekolah, ekstra, les, dan pulang. Begitu pun seterusnya.

Hari ini hujan tak menampakkan tanda-tanda akan turun. Hal itu cukup membuat murid kelas 11 jurusan seni mendesah kecewa. AC di kelas mati, kipas rasanya tak bisa mengisi kesejukan ruangan.

"Itu alasan mengapa Raja Mulawarman adalah Raja yang paling terkenal. Paham?" ujar Bu Indah hingga membuat mengangguk, begitu pun Aksa.

"Kalian mantuk-mantuk iku paham ta?" (kalian angguk-angguk itu faham ta?) tanya Bu Indah.

"Paham bu!" balas mereka serempak.

"Coba siapa yang bisa jawab ini. Siapakah Kudungga itu?" tanya bu Indah. Terjadi keheningan beberapa saat, hingga gadis perempuan mengangkat tangannya.

"Kepala suku yang mendirikan kerajaan kutai, Bu!" jawab Diva.

"Ya benar!" balas Bu Indah. Wanita itu berjalan menghampiri Aksa yang sedari tadi mencoret-coret buku tanpa arah.

"Sekarang Raden Lentera!" panggil bu Indah hingga membuat Aksa menegakkan tubuhnya. Tanpa disadari bu Indah sudah berada tepat disampingnya.

"Ibu tadi menjelaskan tentang akulturasi budaya. Sekarang kamu jelaskan apa itu akulturasi budaya!" pinta bu Indah.

Untungnya Aksa sempat belajar tadi malam. "Percampuran dua budaya tanpa menghilangkan ciri khas budaya tersebut," jawab Aksa sangat percaya diri.

"Contohnya apa?" tanyanya lagi.

"Wayang, per---"

"Kamu gak dengerin ibu ngomong tadi?! Ibu bilang wayang itu budaya asli Indonesia. Kok bisa kamu jawab wayang sebagai akulturasi budaya? Bocah zaman sekarang gak pernah dengerin guru menjelaskan!" potong bu Indah. Nadanya terdengar tidak suka dan menentang jawaban Aksa.

"Loh bu, ta---"

"Kamu ngapain dari tadi?! Coret-coret gak jelas. Sekarang gak paham kan?" marahnya pada Aksa.

"Boleh saya ulangi Bu?" minta Aksa yang masih berusaha mempertahankan posisinya dimata Bu Indah. Tidak bisa dibiarkan jika Aksa dinilai anak malas dimata Bu indah.

"Udah nggak usah! Yang lain coba kasih contoh!" Lagi-lagi Diva mengangkat tangannya. Bu Indah menatap Diva yang sudah bersiap menjawab.

"Salah satu contoh akulturasi budaya adalah hikayat. Contoh hikayatnya adalah kisah Ramayana," jawab Diva. Bu Indah memberikan tepuk tangan pada Diva.

"Gak ada yang jawab pertanyaan Ibu selain Diva. Kalian ini tidur ta? Kok Diva aja yang sekolah!" ujar bu Indah. Aksa tersenyum tidak suka. Materi yang ia pelajari semalam menyatakan wayang adalah contoh akulturasi budaya. Entah sumbernya yang salah, atau bu Indah tak bisa dibantah.

"Sabar Sa. Mari iki istirahat," (Sabar Sa. Habis ini istirahat) ujar Tino---teman sebangku Aksa.

Cukup menyenangkan sekolah di SMK 1 Nusa Bangsa. Orang-orang disini baik, jurusan yang Aksa ambil juga menyenangkan, Aksa juga menyukai semua pengajar kecuali bu Indah. Yang terpenting tak ada pembullyan.

Memikirkan itu Aksa melipat tangan kemudian meletakkan kepalanya. Dia menatap jendela berisikan langit cerah tanpa kelabu awan.

"Kalo aku ajak kamu kesini, mungkin kamu bahagia."

-o0o-

Disisi lain. Falee masih berusaha menyapu halaman sekolah. Falee tak sendiri, ada Jeff membantunya.

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang