37. Terangnya Semesta

112 21 0
                                    

Pergi ke celah dimana kamu bisa keluar dari kegelapan. Warnai kanvas kehidupan sebelum pencipta menghapus seluruhnya.

-o0o-

"Acha! Aga! Ayo makan dulu!" teriak Alena dibawah pohon beringin tempat main Faleesha dan Garuda.

"BUNDA! KAKAK AMBIL TOPI ACHA!" teriak Faleesha sambil terus berlari mengejar Garuda. Kedua bocah itu tak lelah mengelilingi halaman rumah--tidak besar tapi cukup untuk tempat bermain.

"Aga! Jangan jahil!" Mendengar teriakan itu Garuda mengehentikan langkahnya. Dengan tersenyum tanpa dosa, dia mengembalikan topi hitam di kepala Faleesha.

"Kakak jahat!" marahnya kemudian berlari kearah Alena. Topi itu adalah benda kesayangannya. Toni sendiri yang memberikan sebagai bentuk hadiah karena Faleesha menang lomba menggambar.

Topi itu bukan bernilai mahal atau termasuk jajaran barang mewah. Hanya saja keistimewaan hadir saat Falee yang mengenakan. Kata Toni, Falee akan berkali lipat lebih cantik saat memakai topi itu.

"Kakak jahil ya!" tegur Alena kemudian menoel hidung mancung Garuda. Siapa kakak yang tak pernah menjahili adiknya? Jika ada, maka itu termasuk keajaiban dunia.

"Sini makan dulu," ajak Alena mempersilahkan kedua anaknya duduk lesehan diatas tikar. Rasanya sejuk dan rindang bersantai ditengah pedesaan yang masih terjaga keasriannya.

"Acha gak laper, Bun," tolak Falee. Dia enggan menginjakkan kaki di tikar itu.

"Tadi siapa yang bilang gak laper?" Tiba-tiba saja suara berat muncul dari dalam rumah. Terlihat Toni keluar rumah dengan membawa mobil-mobilan kayu milik Falee dan Garuda.

Falee mengangkat tangan tanpa ragu. Aura yang dipancarkan Toni cukup cerah dan ramah. Ia tak pernah menampilkan sikap intimidasi pada keluarganya. Itulah yang membuat Falee dan Garuda merasa menjadi manusia paling beruntung di dunia.

Toni meletakkan mobil mainan itu, lalu mengangkat Falee supaya duduk di bahunya.

"AYAH!" pekik Falee terkejut. Detik kemudian keterkejutan itu menjadi rasa bahagia, karena Falee merasa menjadi orang dewasa disini. Ternyata begini menjadi besar, bisa melihat banyak hal dari atas. Bahkan Garuda--Kakak yang selalu terlihat lebih tinggi darinya kini menciut berbeda jauh seperti biasanya.

"Kakak jelek kayak curut!" ejeknya yang disambung gelak tawa bahagia Faleesha.

"Gak boleh gitu sama Kakak, Cha," tegur Toni. Garuda yang merasa dibela kini tersenyum puas.

"Kakak sih nakal, masa kakak ambil topi Acha. Kan kalo gak ada topi ini Acha nggak bisa cantik!" balas Falee. Mendengar itu Toni dan Alena bertukar tawa. Anak gadisnya sangat polos dan cerewet.

Toni menurun 'kan Faleesha dari gendongannya. Sambil memasang wajah tak bersahabat, bocah itu duduk di atas tikar sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Acha itu anak Ayah yang paling cantik, pakai topi atau nggak pake topi, Acha tetap cantik kok. Siapa yang bilang kalo Acha jelek? Sini Ayah marahi," tutur Toni. Kali ini dia ikut duduk dalam tikar, lalu memangku gadis kecilnya.

"Acha itu cantik, lebih cantik lagi kalo banyak makan," imbuh Alena. Mantra itu cukup manjur, kini Falee mulai membuka mulutnya, memakan suapan nasi goreng manis kesukaannya. Falee yang merasa dipuji hanya tersenyum malu sambil mengunyah nasi. Kini terbukti benar ucapan Garuda beberapa hari lalu, bahwa adiknya sangat centil mengalahkan artis papan atas.

Pelangi Terakhir Untuk FaleeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang