Aku tak pernah mengatakan bahwa aku mencintainya. Tapi, mentari pun tahu alasanku tersenyum pagi ini---Faleesha.
-o0o-
Pada hujan aku bersenandung. Membayangkan seutas senyum manis hadir menyinari dunia. Mata ini hanya bisa menatap bahagia kepada rembulan. Namun tangan ini tak mampu meraihnya.
Pada angin ku meminta. Bawa sepenggal kata yang selalu membuatku bisu. Bawa rasa yang selalu terpendam. Bawa kiasan aksara hanya untuknya. Dia, sang manusia berhati malaikat.
"Apaan nih?!" ujar Rajen seraya meraih secarik kertas dari meja Devan.
"Apaan sih lo?!" balas Devan berusaha menarik paksa kertas itu.
"Balikin bujang! Gue doain jomblo seumur hidup lo!" ancam Devan.
"Ngeri banget doanya," balas Rajen masih tak memberikan kertas itu.
Hingga Danes datang mengambil alih kertas itu dari genggaman Rajen. Segeralah Rajen menahan tubuh Devan supaya tak merebut kertasnya.
"Lo nulis surat cinta buat siapa nih?" goda Danes seraya terkekeh pelan.
"Kita unfriend nih!" ancam Devan.
"GUE BENERAN!" teriak Devan.
Danes yang sudah puas membaca dari awal hingga akhir, memilih mengembalikan kertas itu pada pemilik aslinya.
"Lancang banget sih jadi orang!" Devan memukul pelan kepala Rajen kesal. Sedangkan Rajen hanya tertawa puas tanpa rasa bersalah.
"Galau nih ceritanya?" tanya Danes.
"Iya nih Bang. Epan lagi galau gara-gara crushnya lebih deket sama cowok lain!" adu Rajen pada Danes.
"Berisik!" balas Devan.
"Perasaan crush lo banyak, Pan," ujar Danes.
"Crush Epan emang banyak! Tapi dari setahun lalu cewek ini tuh susah banget di dapetin. Dia gonta-ganti pacar biar move on, ternyata gak bisa," cerca Rajen.
"Lo jangan buka kartu!" timpal Devan.
"Kenapa gak kasih tau gue?" balas Danes. Dia mulai tertarik oleh topik ini.
"Gue gak pengen banyak orang tau," jawab Devan.
Bisa dikatakan Danes sedikit kecewa perihal ini. Devan, Rajen, dan Danes sudah 4 tahun berteman dari SMP, tapi Devan ragu untuk berbagi cerita dengan Danes.
"Katanya temen. Kenapa gak cerita?" tanya Danes.
"Masih tentang dia, Nes. Cewek yang udah satu tahun dia perjuangin," gantian Rajen membantu Devan menjelaskan.
"Masih tentang dia ternyata," balas Danes yang mulai paham arah percakapan.
"Dia siapa sih?" tiba-tiba Aksa datang dan bergabung dalam pembahasan ini. Dia menyunggingkan senyumnya tanda bahagia.
"Senyam-senyum. Kek orang stress lo!" ujar Rajen.
"Tumben jam segini baru dateng? Semenjak di hukum kayaknya lo rajin banget, masuknya gak pernah mepet bel," tanya Danes.
"Nganterin Falee ke kelas. Kasian dia gak punya temen," jawab Aksa.
"Dia masih gak punya temen?" tanya Devan.
"Gak punya lah. Circle 11 IPA 1 rata-rata pita biru semua. Mana mau temenan sama pita kuning," balas Danes.
"Bisa gak sih jangan permasalahin pita?" kesal Aksa.
"Bisa, kalo dia gak sekolah di sini." Jawaban Danes seratus persen benar, tapi menyebalkan.
Tring!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Terakhir Untuk Faleesha
Teen Fiction"Terima kasih telah menjadi manusia baik, meski dunia tak sebaik yang diharapkan." Kecelakaan di bulan Februari menjadi awal mula kehancuran hidup Faleesha. Peristiwa itu merebut kebahagiaan sekaligus jiwa Kakaknya yang paling berharga. Gadis manis...