Ada saat dimana alam menenggelamkan kamu ke dasar samudera, dan ada saat dimana alam mengangkat kamu setinggi angkasa. Semua itu tentang waktu.
-o0o-
Tanpa aba-aba Aksa menarik Falee kedalam dekapannya. Dia mengusap surai rambut Falee sebagai sumber kekuatan.
"Dunia emang jahat. Tapi alam akan selalu berpihak pada keadilan." Kalimat dari bibir Aksa mampu menenangkan hati Falee.
Aksa merenggangkan pelukannya. Dia menatap Falee kemudian mengusap air mata yang masih mengalir deras membasahi wajah Falee.
"Ada saat dimana alam menenggelamkan kamu ke dasar samudera, dan ada saat dimana alam mengangkat kamu setinggi angkasa. Semua itu tentang waktu, Fal," ujar Aksa. Ibu jarinya tak henti mengusap air mata yang mengalir di pipi Falee.
"Sekali lagi, makasih Sa." Aksa tersenyum kemudian mengangguk. Dia mengusap puncak kepala Falee hingga membuat rambut Falee berantakan.
Senyuman itu, seutas lengkungan bibir yang menawan. Sungguh indah disajikan oleh sang pemilik hati mulia. Hal itu mengganggu pikiran Falee. Bolehkah Falee mencinta Aksa?
"Cek cek 1 2 3 ...."
"Selamat pagi. Informasi kepada seluruh murid SMA Saturnus silahkan pulang lebih awal, karena para guru beserta para staff akan mengadakan rapat. Dimohon pengertiannya supaya segera meninggalkan sekolah demi menjaga ketenangan berjalannya rapat. Terima kasih."
Refleks Falee dan Aksa menatap sumber suara di atas mereka. Aksa mengambil ponselnya dari saku, dia mencari seseorang untuk dimintai tolong. Hingga muncul nama Kalandra Mahadevan.
"Pan, lo dimana?"
"Di kelas. Lo udah keluar dari BK?"
"Udah. Gue boleh minta tolong gak?"
"Apaan?"
"Ambilin tas gue sama Falee,"
"Gampang itu mah,"
"Ketemuan dimana?"
"Parkiran sekolah,"
"Thanks, Pan."
Semua murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Sebelum mengajak Falee pergi, Aksa menutup resleting jaket yang dikenakan Falee sampai keatas. Aksa yakin, Falee cukup tertekan karena noda-noda itu.
Dia menangkup pipi Falee, tak peduli tatapan aneh dari murid lain diberikan pada mereka.
"Jangan kepikiran kejadian hari ini, ya? Nanti kamu sakit." Tanpa bertanya, Aksa sudah mengetahui kondisi Falee. Bibir pucatnya cukup mendefinisikan bahwa gadis ini tidak baik-baik saja.
-o0o-
Mobil Danes terparkir rapi di area indomaret. Tak ada kata sunyi disini. Berkali-kali Devan, Danes, dan Rajen melempar candaan untuk menghibur Falee. Sedangkan Aksa masuk kedalam Indomaret untuk membeli makanan.
Falee yang semulanya canggung menjadi nyaman berada di dekat mereka. Awalnya Falee mengira bahwa Danes orangnya angkuh. Nyatanya, dia tak selalu menjadi angkuh. Hanya disaat-saat tertentu saja, contohnya saat Danes tidak bisa mengontrol sifat Alfa nya.
Devan berada di kursi kemudi, Danes berada di samping Devan, Rajen ada di kursi tengah, sedangkan Falee berada di belakang sendiri.
"Gak jelas banget, Njir! Belum jadian udah minta tas gucci!" celetuk Devan kala menceritakan gebetan barunya.
"Makannya, cari pacar jangan di clubbing, pasti yang gitu-gitu," timpal Danes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Terakhir Untuk Faleesha
أدب المراهقين"Terima kasih telah menjadi manusia baik, meski dunia tak sebaik yang diharapkan." Kecelakaan di bulan Februari menjadi awal mula kehancuran hidup Faleesha. Peristiwa itu merebut kebahagiaan sekaligus jiwa Kakaknya yang paling berharga. Gadis manis...