Cerita baru nih. Komen dulu bolela🤭
🏡🏡
"Ada Pak Huda!"
Di saat empat cowok di sana lari menghindari kehadiran salah satu guru yang disebut 'Pak Huda' tadi, ia justru mengernyit dan tertawa pelan.
"Lan, gila lo ya. Ada Pak Huda!"
"Terus?" Tatap Lano terarah ke kanannya. Dari ujung jalan sempit perbatasan dua gedung sekolah itu ia lihat pria paruh baya berjalan ke arah mereka.
"Lo mau disuruh berdiri sepanjang upacara minggu depan?"
"Minggu depan? Masih lama. Guru-guru pasti udah lupa mau hukum gue."
"Iya lupa, saking banyaknya hukuman lo tiap hari."
Lano hanya nyengir tidak merasa bersalah. Ia melempar puntung rokok ke tanah dan berdiri dari ranting yang ia duduki. "Lo pergi aja kalo takut," suruhnya.
"Cari masalah sih lo." Lalu lari meninggalkannya.
Lano masih berdiri, menunggu guru Matematika yang sudah cukup berumur itu sampai di hadapannya.
"Sudah habis rokoknya?"
Lano menunduk dan mengangguk satu kali. "Udah, Pak."
Helaan napas Pak Huda terdengar berat, lalu geleng-geleng kepala lihat seragam sekolah Lano. "Bajunya."
"Oh, iya. Maaf, Pak. Saya benerin dulu." Lano sigap memasukkan kemejanya ke celana dengan asal.
"Sini ikut saya." Pak Huda merangkul bahu Lano meski tingginya jelas tidak sepadan dengan badan Lano yang jauh melebihi dirinya.
"Jam kosong, Pak. Tugas udah saya kerjain. Jadi saya ke sini."
Pak Huda mengangguk. "Sudah tahu kalau nggak boleh merokok di lingkungan sekolah?"
Lano berjalan mengikuti langkah Pak Huda. "Tau, Pak. Tapi ini masih lingkungan sekolah emangnya?"
"Lingkungan sekolah itu bukan sekadar di lapangan, di kelas, kantin, atau gedung sekolah lain. Kamu yang masih bawa identitas sekolah kita di baju kamu ini juga masuk dalam kriteria lingkungan sekolah."
Lano mengangguk mengerti. "Maaf, Pak. Saya baru tau. Besok saya ngerokoknya jauh dari sini dan nggak pake seragam sekolah."
"Nanti saya juga cari teman-teman kamu yang kabur tadi."
Lano jadi merasa heran kenapa teman-temannya pada takut padahal Pak Huda pengertian begini.
"Tapi saya tetap harus bawa kamu ke ruang BK."
"Iya, Pak." Lano nurut.
Sampai di depan ruang BK, Lano disuruh masuk sedangkan Pak Huda kembali melenggang ke arah kantor. Bukan sekali dua kali ia ke sana. Tapi masalahnya memang beda-beda. Lano bukan tipe cowok yang dibilangin satu kali terus diulangin lagi kesalahannya. Justru malah bikin masalah baru dengan alasan belum tahu.
Lano masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk. Namun suara langkah kaki membuatnya menoleh. Di dalam ruangan memang ada satu ruang lagi dengan pintu tertutup. Seorang cewek keluar dari sana masih pakai ransel.
"Lo ngerokok juga?" tanya Lano saat cewek itu menunduk padanya dan menyunggingkan senyum tipis tanda menyapa.
"Ngerokok?" cewek itu mengernyitkan dahi bingung.
Belum juga Lano menjawab, seorang guru BK yang sudah sangat Lano hafal karena sering memanggilnya ke sana, keluar dari ruang tadi dan menyusul ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Teen Fiction"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...