3. Maaf Lagi?

6K 963 182
                                    

Agak malem ya bund🤪

🏡🏡

"Ngapain bolos?"

Belum juga Lano bisa bernapas lega, suara itu menyambutnya saat sampai di depan pintu. Demi menghindari tatapan kakaknya, Lano malah melongok ke dalam rumah. "Bang Leo ada, Kak?"

"Ngapain cari suamiku segala? Mau cari pembelaan?"

Lano meringis. Rencana kedua gagal. Memang ya, kakak perempuan tuh jelinya bikin takut.

"Sabar, Kak Fris. Belum masuk rumah," kata Lano.

"Tadi Bu Endah hubungin. Katanya kamu ngerokok tadi pagi, terus bolos tiba-tiba. Emang sakit?"

Lano mengerjap. Frisya memang gitu. Nanya keadaan dibalut dengan kekejaman ibu tiri. Padahal cukup tanya apa Lano sakit atau tidak.

"Bu Endah mah gitu," gerutu Lano. "Coba kalo Kak Frisya bukan murid kesayangannya Bu Endah dulu, pasti nggak dilaporin kayak gini."

"Astaga, jawab aja kamu sakit apa, Lan? Malah nyalahin orang."

"Nggak sakit, Kak." Lano menjawab apa adanya. Memang tidak sakit, masa mau bohong?

"Kenapa bolos?"

Lano garuk-garuk kepala. "Nggak tau. Tiba-tiba kakiku gatel pengin keluar kelas."

"Lano, jawab yang bener," geram Frisya sebal. Tapi nadanya memang tidak segalak biasanya. Pada akhirnya ia minggir dan membiarkan adiknya masuk rumah. "Duduk situ."

Lano nurut dan duduk selonjoran di lantai.

"Di kursi, Lano," geram Frisya. "Nggak usah memelas gitu. Aku nggak kasian."

Lano cemberut. "Cantiknya ilang, Kak. Kalo marah-marah terus."

"Aku ngomong gini aja dikira marah, gimana kalo aku marah beneran?"

"Hujan badai, angin ribut, halilintar," celetuk Lano. "Kalah semua-muanya."

Frisya masih berdiri di depan Lano dan tidak merasa lucu sedikit aja dengan celetukan adiknya. "Sakit apa?"

"Nggak sakit, Kak," balas Lano lagi. "Khilaf. Salahin kakiku kenapa jalan sendiri."

"Salahin kepala kamu isinya cewek terus."

"Cewek tuh penyemangat hidup." Lano nyengir. Detik itu juga langsung diam waktu dapat pelototan.

"Playboy."

"Bukan playboy, tapi memperluas relasi."

"Memperluas relasi nggak juga harus ajak jalan cewek ganti-ganti tiap minggu."

"Tiap hari harusnya ya, Kak Fris?"

"Lano, kamu adiknya siapa sih?" Frisya tidak habis pikir dengan tingkah adiknya. Ia mengibaskan tangan seolah menganggap permasalahan tentang relasi itu berakhir. "Terus siapa yang ngajarin ngerokok? Di rumahku sama di rumah Bang Ren kamu nggak pernah ngerokok, Lan."

"Dikasih sama Arif, Kak." Rif, maafin gue. Batin Lano karena pakai nama temannya. Tapi memang benar ia dikasih Arif. Ia tidak pernah beli sendiri rokoknya.

"Terus kamu terima dan kamu coba? Biar apa kayak gitu? Keren?"

"Nanti aku berhenti, Kak. Kayak Bang Ren kalo kuliah berhenti ngerokok."

"Bang Ren bisa, apa kamu bisa berhenti? Nggak semua orang bisa stop, Lan. Jangan disama-samain. Mending nggak sama sekali. Bang Ren bilang juga nyesel pernah ngerokok. Masa kamu nggak dengerin Abang kamu sih?"

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang