Ketemu lagi🥷
Jangan lupa ramein ya🤌
🏡🏡
"Di kamar boleh, Bang?"
"Apa?!" Frisya melotot. Kegiatannya memberesi meja terhenti dan segera menghampiri Lano. "Ngapain ke kamar segala, ha?"
"Biar enak buat ngobrol aja, Kak Fris."
"Emang kalo di ruang tengah, ruang tamu, beranda, itu nggak enak?"
Lano garuk-garuk tengkuk. "Maksudku ...."
"Boleh kok, Lan." Leo yang berbicara lebih dulu, langsung mendapat pelototan dari Frisya. "Tapi pintunya dibuka ya," lalu kembali menatap Frisya. "Nggak apa-apa, Fris. Mereka juga butuh privasi buat ngobrol."
Merasa sudah dapat persetujuan, Lano tersenyum puas dan segera izin melenggang dari ruang makan. Ia masih menggenggam tangan Nala saat sudah di dalam kamar dan mendorong pintu sampai hampir tertutup.
"Pintunya disuruh dibuka tadi, Lan." Nala mengingatkan. "Kamu lupa?"
Lano tersenyum lebar. Satu kelingkingnya terangkat dan menyelipkan di antara pintu. "Nih, kelingking gue masih lolos. Artinya pintu nggak ketutup."
"Nggak gitu juga." Sumpah, Nala heran banget sama pikiran Lano. Iya sih tidak tertutup, tapi rapat banget begitu apa bedanya?
"Udah, sini aja sama gue. Masih kangen juga, tadi lo malah minta langsung pulang dari kafe."
Nala tidak mengikuti langkah Lano yang melepas jaket serta menyampirkannya di sudut ruangan, justru tatapannya fokus ke sudut lainnya. Ada PC dengan kursi belajar yang bagus banget, lalu lampu redup dengan banyak hiasan action figure di meja.
"Tempat belajar kamu bagus banget," puji Nala.
Lano yang melihat ketertarikan di mata Nala akhirnya mengajak cewek itu ke sudut ruangan. "Gue lebih banyak habisin waktu di sini, makanya gue dekor kamar ini yang paling lengkap. Di rumah Abang nggak jauh beda juga, cuma nggak ada action figure."
"Suka banget sama action figure?" tanya Nala, menerima satu tokoh yang ia tidak tau itu siapa, saat Lano memberikan itu padanya.
"Iya, suka aja liatnya. Apalagi yang limited edition, ada kebanggaan sendiri." Lano tertawa pelan. Ia menyandarkan bahu kanannya ke dinding sembari memperhatikan Nala yang fokus melihati sesuatu di tangannya. "Tapi gue sadar, liat lo lebih nyenengin, La."
Nala menaikkan alis heran. Lano dengan segala ucapan itu sudah bisa ia terima. Lihat saja, dengan cara Lano berdiri sandaran di tembok dan memiringkan kepala saat menatapnya sudah cukup membuatnya yakin kalau cowok itu memang pintar banget memikat hati para cewek.
Mereka masih diam sebelum ponsel Nala kembali bergetar. Ia segera merogohnya dan melihat sederet nomor yang tidak ia simpan, mengiriminya pesan. Tanpa basa-basi, ia segera memasukkannya kembali ke tas.
"Siapa?" Kini Lano terlihat lebih waspada. Ia bahkan berdiri tegak.
"Papanya Rava," jawab Nala santai, kembali meletakkan action figure ke meja.
"Ngapain?"
"Ngasih tau kalau udah ganti utangnya Rava. Terus ... izin apa boleh beliau usul cabut tuntutannya."
"Lo bolehin?"
Nala mengedikkan bahu. "Utang lunas, Rava-nya juga udah minta maaf. Apa lagi yang perlu diurusin? Lagian kemarin laporannya cuma aduan. Bisa dibebasin atas kesepakatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Dla nastolatków"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...