30. Bukti

3.9K 931 588
                                    

Sebenernya masih nunggu komen setengah ribu, tapi karena masih jauh ya udah xixixi.

Soalnya Lano mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan nih😍

Part ini cukup padat narasinya, jangan kelewat ya karena penjelasannya udah cukup detail tentang Vira dan Lano di masa lalu.

Btw, setengah ribunya yuk (duhmoduslagisih)

🏡🏡

"Ngapain lo sampe kirim jemputan buat gue sama Alda biar ke sini?"

Lano belum menjawab pertanyaan Lista yang baru saja turun dari mobil. Ia berjalan ke sisi kanan mobil dan mengucapkan terima kasih ke sopir sebelum memperhatikan kendaraan itu meninggalkan pelataran kafenya.

"Ayo, masuk dulu," ajak Lano dan mundur satu langkah agar memberi jalan Alda serta Lista biar melangkah lebih dulu.

Ia menyusul kemudian di belakang langkah dua cewek itu. "Ada tangga di kanan, kita naik ke lantai dua," katanya.

Alda dan Lista tidak menoleh ke belakang sama sekali meski Lano bicara padanya. Hanya melangkah mengikuti arahan dan sampailah di anak tangga teratas.

Lano mengambil alih lebih dulu, ia melewati Alda dan Lista untuk menuju ke salah satu ruang yang beberapa sisinya terbuat dari kaca. Setelah membuka pintu, lagi-lagi Lano mempersilakan keduanya untuk masuk.

"Gue nggak bakal sekap lo berdua juga." Lano tertawa pelan saat beberapa detik berlalu tapi keduany masih enggan masuk. "Ini kaca, itu di sana juga kaca, keliatan semua dari luar. Banyak orang juga tuh," tunjuknya ke banyak meja yang terisi di bagian luar ruang kaca.

Setelah mendapat kalimat meyakinkan dari Lano, akhirnya dua cewek itu masuk dan duduk di salah satu sofa. Di dalam sedikit lebih dingin karena terdapat AC yang menyala di sudut ruangan.

Tapi sepertinya Lano tau kebiasaan dua temannya. Jadi ia matikan AC dan membuka lebar jendela di sisi yang berbatasan tepat dengan jalanan, sampai silau cahaya sore itu menembus ke dalam ruangan.

"Kalo mau ngerokok nggak apa-apa," kata Lano.

Alda dan Lista berpandangan, lalu menoleh ke sisi dinding. Padahal jelas-jelas tertulis larangan merokok khusus di ruangan itu. Tapi Lano melakukan hal agar membuat keduanya bebas melakukan apa saja, termasuk mengatur sirkulasi udara agar bisa untuk merokok.

"Lo?" tanya Alda sembari mengulurkan satu batang rokok setelah dirinya sendiri menyulut dengan korek api.

Lano duduk di hadapan keduanya lalu menggeleng pelan. "Kalian aja," tolaknya.

"Oh, biasa yang elektrik?" tanya Alda lagi, lalu mengembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Enggak. Gue udah nggak," jawab Lano.

Beberapa saat mereka diam, lalu ketukan pintu yang memang belum Lano tutup tadi membuatnya menoleh. Dua orang membawakan sajian dan diletakkan di meja. Setelah hanya tinggal tiga orang di ruangan dan pintu sudah ditutup, Lano menyeruput kopinya dan bersandar di sofa.

"Gue minta maaf," kata Lano memulai pembicaraan. "Soal yang sore tadi."

Lista mendengus. Ia belum menyulut rokoknya dan kini ikut membalas tatapan Lano yang tenang. Baru pertama ia lihat Lano tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Karena seingatnya dulu saat masih SMP, Lano itu pendiam dan murung.

Lalu saat kembali sekelas lagi di masa SMA, cowok itu jadi tengil dan selalu membuat heboh sekolah dengan tingkah-tingkahnya.

"Udah percaya kalo cewek yang lo suka itu manipulatif dan sok polos?"

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang