38. Kerja Sama

3.9K 881 389
                                    

Kerja apa yang nggak beda?

Yap, betul.  Kerja sama😌

Nggak  ketawa? Fix, kamu normal.

Nggak komen, fix kurang kerja sama🙈

🧟‍♂️🧟‍♂️

Salah woy. Harusnya ini.

🏡🏡

"Lano sama Nala udah sampe."

Dua nama yang disebut itu lantas menoleh ke asal suara. Terlihat pasangan suami istri dan seorang anak lelaki dalam gendongan salah satunya, baru membuka pintu dan masuk rumah.

"Ini Abang sama kakak iparku," jelas Lano saat sudah berdiri dan menghampiri Ren yang menggendong Erza. Bocah kecil itu menyandarkan kepala dengan lemas di bahu Ren membuatnya mengernyit. "Masih belum sembuh, Bang?"

Ren mengusap kepala anak dalam gendongannya. "Udah sembuh, Lan. Ngantuk kayaknya."

Lano berpindah ke samping Ren agar mendapatkan perhatian Erza. Ia tertawa lihat pipi gembul Erza yang terkulai di bahu Ren. "Mau ikut Om nggak? Ada cewek loh, Za. Waktu itu pernah kasih balon."

"Bayon, Om?" Mata Erza seolah berbinar mendengarnya, kepalanya bahkan terangkat sempurna.

"Iya, inget nggak?"

"Bayon," gumam Erza lagi. Tidak mungkin mengingat kayaknya, cuma tertarik dengan satu kata tadi saja.

Setelah Erza mau berpindah ke gendongan Lano, Ren segera mengulurkan jabatan tangan ke Nala. "Ren. Abangnya Lano."

Nala tersenyum. "Nala, Bang.". Lalu ia berpindah ke istri Ren. Kata Lano sih namanya Mawar. Tapi saat ia mengulurkan tangan, justru wanita itu bergumam lain.

"Rosa."

Nala mengernyit. Kok beda ya? Untung ia belum sempat menyebut nama Mawar. Kalau sudah, ia pasti malu banget. Lano pasti mengerjai soalnya Rosa dan Mawar itu kan sama. Dasar, Lano. Untung Nala sabar. Ia tidak mau nyari masalah. Masih terselamatkan malunya juga karena belum sempat salah sebut nama.

"Nala udah pernah ketemu Erza ya?" pertanyaan Ren tertuju ke Nala saat mereka sudah duduk.

"Iya. Waktu itu Erza lagi jalan-jalan sama Lano di lapangan. Terus ketemu."

Ren mengangguk. "Gimana ujiannya? Lancar?"

"Iya, Bang. Lancar."

"Kalo Nala udah jelas lancar. Nggak keliatan nervous sama sekali." Lano yang menjawab kali ini, sambil menggendong Erza yang justru jadi semangat banget saat digendong Lano, malah minta duduk di samping Nala. "Ini Erza kenapa? Mau duduk deket cewek cantik?"

"Erza mau ikut Tante Nala mungkin." Rosa berdiri dan menghampiri anaknya. Meski wajah bocah itu masih pucat dan tatapnya masih sayu seusai reda dari sakitnya, tapi perkembangan Erza kali ini membuatnya lega. "Erza mau apa?" tanyanya lembut.

Erza mengulurkan tangan kecilnya untuk menunjuk Nala, lalu detik selanjutnya membalikkan tubuhnya di gendongan Lano. Kakinya juga digerakkan tidak karuan.

"Saltingnya brutal banget," decak Lano saat sadar tubuh Erza di gendongannya bergerak-gerak. "Cowok tuh harus cool, Za," bisiknya. "Saltingnya disimpen sendiri, jangan diliatin."

"Kamu inih, Lan." Rosa menepuk bahu Lano pelan karena ajaran sesat itu. Ia menatap anaknya lagi. "Mau digendong Tante Nala?"

Erza mengangguk satu kali, membuat Rosa mengarahkan pandangan ke Nala. "Nggak apa-apa, La?"

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang