22. Dua Alasan

3.4K 883 407
                                    

Hihi, double update walaupun kemaleman.

Sabilah liat keisengan para tokoh ceritanya gantistatus di ig @dsmumus
(Kalo lama dikonfirmnya, senggol aja di-dm bilang dari wattpad gitu)
Kiw kiw kiw🤣

🏡🏡

Tiga orang berbeda usia yang melangkah melewati gerbang sekolah jelas mendapat perhatian khusus dari sekitarnya. Terutama para siswa yang sudah bisa menerka satu per satu siapa yang datang.

Di paling kanan, beberapa siswa cukup mengenal bahwa itu papanya Rava. Memang tidak semuanya tahu, tapi kabar itu datang secepat kilat meski dari arah kelas 12 sampai ke bawahnya.

Di paling kiri, juga tidak banyak yang tahu. Tapi selama mereka stalking instagram Nala saat kabar itu beredar kemarin, akhirnya mendapat satu kesimpulan bahwa lelaki itu adalah kakak dari Nala.

Di tengah, tidak ada yang tidak tahu kali ini. Seorang cowok yang jadi sumber gosip terbaru. Namanya Lano. Siswa-siswa itu mengenali dalam sekali lihat karena kerapnya foto yang beredar dan jadi pusat perhatian.

"Lano itu? Parah, kalo aku jadi Nala juga pilih selingkuh sama Lano."

Bukannya senang karena ada unsur pujian dari kalimat itu, Lano justru merasakan hatinya memanas. Ternyata tetap saja Nala yang dianggap mendua. Kalau bisa, Lano ingin mendatangi satu-satu dan membungkam  fitnah yang tertuju ke Nala.

"Nanti, Lan."

Suara Bagus yang cukup tenang di sampingnya membuat Lano tidak lagi niat berhenti. Tadinya ia sempat terbawa suasana dan ingin menghampiri cewek itu.

"Ayo," ajak Bagus lagi agar kembali melangkah.

Lano sadari, pembawaan Bagus memang sangat tenang dan seolah tidak peduli sekitar. Papanya Rava di kanannya beda lagi karena terlihat pucat pasi dengan wajah lelah. Namun pria itu menjalankan tugasnya dengan baik demi kebaikan anak, katanya.

Setelah melewati lorong dan koridor yang tidak lepas dari pandangan para siswa, akhirnya ketiganya sampai di sebuah ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah.

Bagus ambil perannya lebih dulu untuk menandakan kehadiran mereka ke pria yang bertanggung jawab atas sekolah itu dan disambut dengan baik.

"Saya Pak Mada, kepala sekolah. Ini guru BK di sekolah ini. Bu Elis."

Ketiganya menjabat tangan dua guru di sana setelah duduk di sofa yang berseberangan.

"Saya sudah cukup dengar kabar tentang Nala akhir-akhir ini." Bu Elis yang memulai, lalu membuka sebuah buku di mana ada data laporan dari siswa-siswa.

Bagus menerima dan mengamati catatan hasil pelaporan dari para siswa tentang Nala. Ia cukup bersyukur karena pihak sekolah kooperatif dan ada proses data collection tentang siswa yang mengetahui kabar itu. Sejauh mana mereka memandang permasalahan, dan sepengaruh apa efeknya terhadap mereka. Bagus bisa melihat semua di sana.

Jujur saja detik itu Bagus merasakan dadanya nyeri. Ada beberapa yang memandang Nala sebelah mata dan merendahkan. Ia tidak menyalahkan pandangan mereka karena Rava memang sudah membuat Nala terlihat demikian.

Tapi tetap saja melihat adiknya sendiri dihina sekejam itu membuat Bagus tidak bisa melanjutkan lagi kegiatan membacanya. Ia letakkan kembali di meja dengan tenang, meski siapa pun sadar rahangnya terlihat mengeras menahan emosi.

"Saya akan bertanggung jawab atas anak saya," kata papanya Rava setelah dirasa Bagus belum akan mengatakan inti dari permasalahan. "Apa pun keputusan pihak sekolah akan saya terima."

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang