27. Bahagia Baru

3.8K 888 397
                                    

Belum ada 24 jam Lano-nya dah ngebet nongol lagi.
Katanya seneng dia kalo dikasi komen buanyak di ceritanya awokwok (jgnmodusgitudeh!)

🏡🏡

"Lo tau gue shipper Nalano garis keras, bisa-bisanya lo nggak ngasih tau kalo kapal gue berlayar? Astaga, padahal gue awak kapal yang siap sedia menghalau badai di samudera, masa nggak tau jadwal berangkatnya kapan?"

"Ka ...."

"Iya, gue tau di sini ada nenek sihir dan kakek sihir makanya lo hati-hati banget cerita sama orang." Meski diucapkan menggebu oleh Hika, tapi cewek itu justru mencebik sebal dengan muka memerah. "Tapi ... gue ketinggalan kapal gue, dong."

Nala meringis, merasa tidak enak hati. Ia akhirnya mendekat ke Hika yang duduk lesu di kursinya Vira. Ekspresinya beneran sedih kayaknya. Padahal Nala tidak mengiyakan, juga tidak menolak. Ia diam, namun Hika justru mengerti maksudnya pasti 'iya'.

"Kaget banget gue." Hika geleng-geleng kepala, masih tidak menyangka. Beberapa hari ini Nala dan Lano terlihat biasa saja soalnya. Meski Lano memang menghentikan aksi godanya itu, justru sempat membuatnya curiga.

"Aku nggak bermaksud nggak mau cerita. Maaf ya, Ka," jelas Nala.

Hika mengangguk. "Tapi ya udahlah. Backstreet emang susah, La. Tapi sumpah, gue masih shock, nggak bermaksud nuduh lo. Cuma kaget . Lo tau gimana kan?"

Nala terkekeh. Ekspresi temannya itu mood banget.

"Bentar bentar ...." Winda masih bingung, lalu mengernyit. "Perasaan, Nala belum bilang iya, mana nggak ada tanda-tanda juga. Lo yakin, Ka?"

Hika mengedikkan bahu. "Lo harus upgrade tingkat kepekaan lo dikit jadi cewek, Win. Masa nggak ngerasa ada sejoli baru yang lagi falling in love?"

"Beneran?" Maya yang kini bertanya serius.

Nala belum berniat cerita sebenarnya. Ia memang akan menjadikan tiga temannya itu orang pertama yang tahu setelah nanti selesai ujian.

Biar Nala tidak perlu mengumumkan tapi ada teman-temannya yang memberi kesan bahwa keduanya sudah jadian. Awalnya untuk antisipasi, karena semakin banyak yang tahu, semakin susah mulut dikendalikan.

Tapi kalau ketiganya bisa menebak, ya sudah, Nala bisa apa?

"Gue nggak akan bilang ke siapa-siapa," janji Hika. "Nggak tau kalo dua itu."

"Enak aja." Winda tidak terima. "Sampe kapan emang maunya, La?"

"Penginnya sampe lulus nggak ada yang tau."

"Gue ngerti, pasti gegara ...." Hika menepuk kursi yang didudukinya dengan pukulan keras, sebal. "Penunggu bangku ini. Emang udah habits sih, La, dari dulu siapa aja yang deket sama si cowok pasti ni cewek repot sendiri. Yang pura-pura sakit lah, pura-pura mau mati, apa aja dilakuin."

"Nggak pura-pura mau mati juga!" Maya menepuk lengan Hika dengan kesalnya.

"Ya contohnya itu tadi loh." Winda ikut menimpali. "Hafal banget gue. Teler dia."

Nala mengerjap dengar itu. Ia ikut mendekat dan berbisik. "Minum?" tanyanya serius.

Ini baru juga. Nala beneran kaget tentang kebiasaan-kebiasaan baru di sekitarnya. Yang juga ia ketahui belakangan ini.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang