36. Go Public

4K 882 482
                                    

Mau double update nih. Nanti di-up kalo dah setengah ribu komen yaw. Micii🤌

🏡🏡

Nala menumpukan dua sikunya di meja, memejamkan mata sembari mengusap wajahnya dengan pelan. Helaan napasnya terdengar lega luar biasa. Di hari terakhir ujian dilaksanakan, tidak ada kendala apa pun. Selama ini belum pernah ia dapat kelegaan melebihi yang ia rasakan sekarang.

Terlebih saat pengawas berpamitan keluar kelas, ia dengar sendiri bagaimana teman-temannya melunturkan ketegangan yang terjadi akhir-akhir ini mendekati ujian. Ia juga yakin beberapa saat lagi akan ada semacam perayaan kecil, minimal teriakan selebrasi dari teman-temannya.

Tapi sebelum itu benar-benar terjadi, saat semua orang di kelas masih hening karena meresapi kelegaan masing-masing, justru satu suara tidak terlalu keras terdengar.

"Yang, ayo pulang!"

Nala tersentak. Matanya membelalak dengar panggilan itu. Saat ia menoleh, justru mendapati Lano di tempat duduknya nyengir tanpa rasa bersalah. Dan setelah disadari juga, tidak hanya Nala yang menoleh ke Lano, tapi semua siswa di kelas itu. Semuanya tanpa kecuali!

Belum lagi sekarang Lano bersiul sembari berjalan ke arahnya. Bukan tidak bisa bersuara atau menjawab, tapi beneran Nala bingung mau apa di tengah tatapan teman-temannya yang mengikuti langkah Lano.

Yang dilakukan Nala justru melihat teman sekelas. Ini beneran di luar dugaan. Di baris pertama dan paling depan, temannya bahkan rela memutar kepala demi mengikuti tiap inci pergerakan Lano, ada juga yang sampai memutar tubuhnya saking penasarannya.

Lalu di bagian kedua dan seterusnya tidak jauh berbeda, hanya saja Nala sadar ada satu orang yang tatapnya tidak lagi terfokus ke Lano, namun ke pojok lain. Setelah Nala amati, itu adalah Albert yang spontan mengarahkan pandangan ke Vira saat dengar Lano memanggil Nala dengan sebutan tadi.

Nala membuka mulutnya ingin mengucapkan sesuatu ke Lano yang hampir sampai di hadapannya, tapi ia dapati lagi satu pergerakan siswa yang berbeda dengan lainnya. Jelas sekali itu Salsa yang segera kembali menatap ke arah depan, seolah tidak lagi heran dan tidak mau tau apa yang terjadi di deret paling belakang.

Ah, dua orang itu, plus Vira, plus Lano juga yang tanpa briefing kalau mau go public secepat ini membuatnya pusing banget.

"Ayo, pulang bareng aku," ajak Lano.

Nala mendongak, meski tubuh Lano merendah di sampingnya. Lano salah bicara mungkin ya?

"Nggak pake motor Rijal lagi kok." Lano terkekeh. Ia meraih kunci di meja Nala sebelum berjalan ke bagian paling belakang untuk mengambil tas Nala di loker.

"Lan, lo ... beneran pacaran sama Nala?" Akhirnya ada yang berani mengutarakan tanya.

Lano menutup kembali pintu loker dengan tas di tangannya lalu menghampiri Nala lagi. Ia meraih alat tulis Nala di meja, semuanya tanpa kecuali dan memasukkan ke tas Nala.

Sembari menutup resleting tas itu, Lano memberi tatapan ke temannya yang bertanya tadi tapi tidak menjawab. Sebenarnya ia ingin sebagiannya dilakukan oleh Nala. Tapi cewek itu mungkin bingung harus jawab apa.

"Tanya aja ke cewek gue." Lano mengedikkan bahunya, memilih jalan tengah jika memang Nala belum merespons.

"La, beneran pacaran sama Lano? Sejak kapan? Kok nggak keliatan?"

"Enggak!" Teriakan itu terdengar dari seseorang di deretan belakang juga. Vira. Yang kini sudah berdiri.

"Perasaan, yang ditanya tuh cewek gue. Dan cewek gue cuma satu. Kenapa yang jawab orang lain ya?" gumam Lano sambil tertawa kecil mendapati Vira justru yang menjawab pertanyaan itu.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang