Panjaaaaaang ini, double update pulaa, yuklah cus☕
🏡🏡
"Sorry, tadi gue kelewatan."
Lano mengatakan sebaris kalimat itu setelah lama keterdiaman mereka di dalam mobil. Ia tebak, Nala pasti masih kepikiran keadaan Rava tadi. Jujur saja ia iri. Gimana ya rasanya dikhawatirin sama Nala? Rava memang bajingan beruntung. Cuma modal diam udah bisa bikin Nala khawatir.
"Yang apa kelewatan? Bercandaan di parkiran tadi?"
Loh, malah Nala berpikir bercandaannya? Yang mana juga? Lano jadi makin berpikir pasti Nala lagi kurang fokus saat ini.
"Gue pukul Rava. Kelewatan."
"Kata kamu sehari dua hari sembuh," kata Nala, jadi ikut bingung arah pembicaraan Lano itu ke mana.
"Iya juga." Lano meringis, tidak mau bicara apa lagi. Nala itu tidak tertebak. Atau ia yang belum terlalu mengenal? "Udah laper banget belum, La? Kalo makanan berat bisa masuk?"
Nala menoleh ke Lano. Pasti cowok itu belum makan sejak sore tadi. Kasihan juga. Jadi ia mengangguk. "Bisa. Ayo, makan di mana?"
Lano menatap sisi kirinya di mana ada sebuah kedai kopi. "Bentar, mampir dulu beli minum ya. Gue haus."
Nala mengangguk. "Aku tunggu sini aja, Lan."
Setelah berhasil memarkirkan mobil, Lano melepas sabuk pengaman sebelum menoleh ke Nala. "Lo mau nitip apa? Bisa minum kopi nggak?"
Nala berpikir sebentar. "Frappucino aja."
"Cuma itu?"
"Iya."
"Oke, tunggu ya. Nggak lama." Lano segera turun dari mobil dan mengunci pintu dari arah luar agar keberadaan Nala aman.
Memang benar tidak perlu menghabiskan waktu lama di sana karena dalam beberapa menit semua pesanannya sudah ia dapatkan. Sekejap ia mengecek jam di pergelangan tangan sembari berjalan melewati pintu.
Sudah pukul 8 malam. Semoga nanti tidak cukup malam mengantar Nala sampai rumah. Soalnya ternyata rumah Nala lumayan jauh dari restoran tadi. Jalanan juga macet. Lano kurang bisa menggunakan estimasi waktu dengan tepat sepertinya.
Setelah memastikan jalanan aman, Lano berjalan ke arah pintu kemudi. Satu tangannya membawa tote bag, satu tangannya lagi membuka pintu. Baru juga sebagian pintu terbuka, hal yang terpampang di depannya membuat ia membeku.
Tidak hanya itu, pergerakan Lano bahkan benar-benar berhenti. Di depannya kini ia lihat Nala pasti baru melepas hoodie. Rambutnya sedikit berantakan. Dan cara cewek itu merapikan serta menyugar rambut menjadi jawaban alasan Lano bergeming.
Menyebalkan, kenapa bisa semenawan ini sih?
"Mau ditabrak apa gimana, Lan, diem gitu?"
Lano berhasil mengerjap satu kali, yang langsung disusul kerjapan cepat berikutnya untuk menetralkan detak jantung. Ini cewek sudah masuk radius paling bahaya, harusnya dihindari tapi Lano malah ingin sebaliknya.
Seolah tersadar karena klakson susulan terdengar lagi, Lano segera menaikkan satu kaki masuk ke mobil. Sayangnya ia masih salting banget, malah malu-maluin diri sendiri. Kepalanya sekarang terantuk atap mobil dan berakibat tote bag-nya jatuh!
Astaga, Lano nggak punya muka setelah ini pasti.
"Hati-hati, Lano," kata Nala yang langsung meraih tote bag, takut isi di dalamnya tumpah. "Sandwich-nya keluar satu," kekehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Jugendliteratur"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...