16. Gelas Ketujuh

3.6K 897 386
                                    

Selamat membaca, para pembaca yang budiman dan budiwoman😊

🏡🏡

Nala tidak menyangka obrolan yang sedang berlangsung sekarang. Ia kira Lano cuma mampir nggak sampai satu jam. Tapi sekarang bahkan sudah pukul 6, yang artinya Lano sudah ngoceh 2 jam!

Bayangkan, saking bosannya bahkan Nala sudah bolak balik ruang tamu, ruang tengah, kamar, toilet, dapur. Sampai bingung mau apa lagi. Tapi waktu balik ke depan, Lano masih cerita!

Dari cara bicara Lano bahkan terlihat menggebu seolah tidak pernah cerita masa kecilnya. Dari orok, masuk SD, SMP, sampai sekarang SMA. Nala heran sekali bagaimana mungkin ibunya juga seantusias itu menanggapi.

Nala kenal ibunya dengan baik. Kalau terlihat bosan mendengarkan pasti tidak akan seperti itu. Dan karena ibunya menanggapi seolah Lano anak kandungnya sendiri itulah yang membuat Lano cerita terus tanpa henti.

"Gelas ketujuh ya, Elano Zafran," desis Nala sambil meletakkan gelas berisi jus apel dengan sedikit bantingan. Desisannya dibumbui pakai senyum menyindir, biar saja Lano sadar kalau kehadirannya di sana sudah setengah diusir sama Nala.

Padahal beberapa jam lalu Lano baru mengiyakan usul Nala agar mereka tidak terlalu dekat. Malahan sekarang Lano bertingkah sebaliknya.

Lano yang mendengar itu segera menahan Nala saat akan menjauhinya. Ia meraih lengan Nala dan menariknya mendekat, sebelum berbisik dengan pelan tepat di telinga cewek itu. "Gue genepin 13 gelas entar ya, Arunala."

Nala melepas cekalan tangan Lano dan kini memilih duduk tepat di samping cowok itu agar bisa membalas ucapan menyebalkan tadi. "Di mana-mana kalo genepin itu 10 , 15, 20. Tapi nggak apa-apa, nanti gelas ke-13 aku isi air kolam."

Lano tidak balik menatap Nala karena memang desisan mereka dari tadi cuma dari mulut siapa ke telinga siapa, jadi sama sekali tidak didengar siapa pun.

"Setuju." Lano mengangguk sambil meraih gelas di meja, meneguk minuman satu kali dan meletakkan kembali.

"Deal?" tanya Nala lagi, seolah meyakinkan kalau idenya disetujui kali ini.

"Deal."Lano menatap Nala. Ekspresinya sangat serius, bahkan ucapannya meski pelan tapi penuh penekanan. "Tapi bikin dua ya. Satunya buat lo. Biar sama-sama kita jadi duyung."

"Kamu lebih cocok jadi buaya."

"Kalo lo lebih cocok jadi pacar gue."

"Nggak lucu."

"Buaya emang nggak ngelucu tapi ngerayu, La."

Nala kehabisan akal buat menjawab. Ini anak pasti kapasitas otaknya berapa persen isinya kiat-kiat ngegaet cewek, sisanya baru buat pelajaran. Lancar banget gombalannya.

Sadar kalau Nala kesal, Lano terkekeh dan ekspresinya dalam sekejap terlihat menikmati kekesalan cewek itu.

Tanpa bergeser, Lano mencondongkan kepala agar kembali berbisik di telinga Nala. "Bercanda, La. Jangan dimasukin hati. Masukin paru-paru aja nggak apa-apa biar gue bisa jadi separuh napas lo."

Astaga. "Bu, Lano katanya mau pulang."

Sengaja Nala keraskan suaranya biar Lano sadar banget!

"Loh, kok sudah mau pulang? Tadi belum selesai ceritanya waktu Lano pindah ke Bandung."

Giliran Nala yang membelalak dengar itu. Ini orang dua kok bisa nyambung banget kalau cerita?

"Iya, kalo gitu Lano belum pulang dulu deh," kata Lano.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang