50. Berproses

3.8K 894 277
                                    

Yang udah baca GlowApp 2, jangan ovt mentang-mentang Mas Bestie bilang Nalano putus. Soalnya dia punya dendam kesumat sama pasangan ini 😌

🏡🏡

"Huuuuu, Lista bego!"

"Nangis aja lo nangis!"

"Bully Nala aja semangat lo. Giliran ketauan belangnya Vira, malu kan? Belain lampir bangsat kebanggan lo sana!"

"Eh, tapi beneran Vira sebar sendiri buat fitnah?"

"Nggak tau fitnah apa nggak. Tapi Vira yang sebar gituan artinya udah nggak waras dia!"

"Minta maaf ke Nala cepet lo!"

"Iya cepet woy. Nangis mulu lo temen viraun."

"Cepet sana samperin Nala. Kalo nggak, gue—"

Nala menoleh ke segerombolan yang tadi sempat diam saat ia masuk. Tapi ternyata yang dilakukan teman sekelasnya justru memberondong Lista yang sudah menangis di tengah-tengah. Benar-benar tidak terlihat karena dikerumuni banyak siswa.

Tapi tangis sesenggukan Lista masih bisa Nala dengar di antara teriakan teman-temannya. Saat salah satu siswa bergeser dan terlihat Lista dengan mata sembap parah, berdiri, ia mengerjap.

"La ...," panggil Lista, lalu mulai melangkah.

Nala memutuskan mengambil tas di meja dan buru-buru pergi. Bukan ia tidak memaafkan. Tapi hatinya kacau hari ini. Mengingat Vira dan Lista yang memberondongnya dengan bentakan beberapa hari lalu masih tidak bisa ia lupakan.

Lista menendang kursinya.

Vira menamparnya.

Dua itu membekas bagi Nala dan ia masih merasa sakit.

Mungkin nanti Nala akan menerima jika Lista datang kembali untuk minta maaf. Tapi tidak untuk sekarang. Baginya kedua orang itu membuat sakit hatinya lebih parah dari apa yang Alda lakukan. Ia ingat Alda menggertaknya hanya satu kali saat ia masih siswa baru, saat itu di gudang. Setelah itu tidak ada lagi penyerangan.

Jadi ada batas-batas bagi Nala yang bisa ia maafkan dengan cepat.

Langkah Nala sampai di pintu kelas, seketika terhenti saat berhadapan dengan dua orang. Rijal dan Arif sepertinya baru berangkat.

"Eh, La. Si bos mana?" tanya Rijal sambil melihati ke dalam kelas.

Mendengar itu membuat ekspresi Nala berubah muram.

"Bego, ngapain tanya itu." Arif memukul punggung Rijal hingga bunyi bug meski tidak keras pukulannya.

Rijal garuk-garuk kepala, merasa bersalah. Nala pasti sedang ikut pusing sama pemberitaan yang simpang siur.

"La, lo mau balik?" tanya Arif.

Nala mengangguk. Niatnya memang begitu. Untuk apa ke sekolah kalau akhirnya begini?

"Mau ngobrol sama gue bentar nggak?" Arif tersenyum tipis, sedikit canggung karena kejadian beberapa hari lalu.

Awalnya Nala hampir menolak. Ia tidak mau menambah kepeningan hari ini dengan Arif yang entah mau ngomong apa. Tapi lalu berpikir, mungkin dari dua teman Lano ini, ia bisa mendapat banyak sisi pandang berbeda.

"Boleh. Jangan di tempat rame ya, Rif," jawab Nala.

"Warung depan sekolah aja, Rif. Gue belom makan," usul Rijal semangat sambil mengusap perutnya sendiri.

"Lo nggak diajak," desis Arif.

Nala segera menanggapi. "Kamu ikut nggak apa-apa kok, Jal."

Rijal tersenyum bangga seolah menang dari Arif. "Gue diajak tau, Rif. Lagian Nala pasti takut sama muka garang lo. Butuh muka imut gue buat penyeimbang."

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang