Karena udah 2 hari gak update, Nalano kali ini datang dengan part yang panjang nih.
🏡🏡
Langit masih gelap. Tapi Lano belum juga berhenti menjejakkan kakinya di atas skateboard. Sampai kembali di tepian ramp, ia letakkan skateboard lalu kakinya menyusul di atasnya membuatnya meluncur ke bawah tanpa halangan.
Gerakan meluncur yang cukup cepat membuatnya naik ke tepian ramp lainnya, menekan roda depan hingga membiarkan bagian belakang menggantung, lalu tertahan beberapa saat. Bukan mundur, Lano justru memutar total arah backside skateboard hingga gerakan kickturn yang tercipta membuat tubuhnya meluncur sempurna ke depan di atas papan seluncur.
Tidak hanya sampai di sana, mungkin Lano kelewat semangat atau justru saking ingin melampiaskan apa pun, sehingga saat sampai di medan yang datar, satu kakinya menekan kuat salah satu ekor papan. Sedang ujung lainnya tergantung bebas hingga skateboard sama sekali tidak menempel di tanah seolah mengikuti gerakan Lano yang melompat.
Suara benda bertabrakan dengan lantai yang terdengar cukup keras namun singkat membuat Lano segera menyusulkan kaki kembali untuk mendarat di atas papan, kembali meluncur tanpa ada halangan.
Sudah, cukup sampai itu Lano menghentikan. Ia atur napasnya yang memburu sembari mendongak ke atas langit. Dua tangannya diletakkan di pinggang sebelum tubuhnya akhirnya ikut meluruh seolah lelah.
Awalnya hanya kedua lutut, namun pada akhirnya membiarkan tubuhnya telentang di atas lantai. Ia mengerjap beberapa kali meski langit benar-benar gelap. Hanya lampu seadanya namun masih bisa untuk sekadar penerangan tempat itu.
Saat tau arah pemikirannya sendiri, ia lalu berpikir. Kadang ia bertanya-tanya, apa yang kurang di hidupnya sebenarnya? Perihal merelakan kepergian orang tuanya, sungguh, ia sudah ikhlas. Ruang kosong yang itu telah ia isi dengan rasa menerima. Karena memang orang tuanya tidak akan pergi dari hatinya, bahkan tidak tergantikan siapa pun.
Tapi rasanya masih saja ada yang kurang. Entah apa ia tidak tau, yang kini rasanya makin hari ruang kosongnya satu itu seolah melebar.
Apa orang lain juga begitu? Terka Lano dalam hati. Hidupnya sudah cukup sempurna dibanding beberapa tahun silam, namun ada saja yang terasa belum terpenuhi dengan baik. Ia sempat menebak bahwa itu tentang kehilangan seseorang.
Bukan hanya Nala, tapi semua yang Nala beri seolah hilang sekejap dan Lano tidak siap. Ia tau masih punya kesempatan, karena Nala tidak serta-merta memilih memutuskan hubungan. Tapi ... mungkin rasa hilang ini masih kecil.
Bagaimana kalau Nala benar-benar memilih meninggalkannya? Lano akan gimana nantinya? Kenapa juga bisa sekuat itu ikatan perasaannya ke seseorang yang bahkan belum terlalu lama ia kenal?
Tapi Lano menghentikan pemikirannya. Kalau ia tidak mau kehilangan Nala, maka akan ia usahakan yang terbaik, memperlakukan Nala dengan cara sangat baik juga. Lano terus belajar bagaimana cara memperlakukan cewek dengan lebih baik. Lano masih berusaha menerka jalan pikiran perempuan, kadang dengan cara memperhatikan perilaku, atau bahkan ia sering bertanya ke kakak perempuannya.
Frisya sering kali memarahinya dengan sudut pandang seorang perempuan, karena amat tau Lano sudah mendapat wejangan yang sama dari Ren dari sudut pandang seorang laki-laki. Dan Lano merasa lebih dari cukup untuk itu.
Lano segera meraih ponsel di saku. Pesannya ke Nala masih belum dibalas juga. Sudah hari ketiga dan Nala belum mau balas satu pun. Ia jadi teringat kata-kata Frisya. Cewek baik-baik tidak akan berbuat seperti itu kecuali sebelumnya diperlakukan tidak baik. Dan Lano mengakui kalau sebelumnya ia salah, membuat Nala berpikir bahwa ia tidak memercayai cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
ספרות נוער"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...