Jangan harap pokoknya. Jangan berharap sama Lano. Soalnya dia tuh ....
🏡🏡
Nala seketika mengubah posisi berbaringnya menjadi telentang setelah Lano melepas pelukan di pinggang. Cowok itu masih berbaring miring menghadapnya, tepat di sampingnya.
Refleks, Nala meletakkan satu lengan ke dahi lalu memejamkan mata saat rasa hangat menjalari wajah. Napasnya masih memburu. Hal yang membuatnya heran, kenapa ciuman rasanya bisa sebegini mendebarkan?
Pemikiran Nala terhenti karena ia terkejut merasai sentuhan di bibir. Ia sadar jemari Lano mengusap lekuk bibirnya dengan pelan. Tidak bisa lagi menerima sentuhan sekecil apa pun di detik ini, Nala akhirnya menurunkan lengannya. Sebelumnya menutupi mata, kini menutupi bagian bibir.
Lano yang melihat gerak Nala seketika menahan senyum geli. Merasa tertarik dengan itu, ia menggunakan satu siku lengan kanannya untuk menumpu kepalanya sendiri, lalu mengamati wajah Nala di sampingnya.
Beberapa detik masih seperti itu, Lano sentuhkan satu tangannya ke dahi Nala, mengusap pelan karena ada titik-titik keringat di sana. Setelahnya ia beri kecupan singkat beberapa kali dan usapan di helai rambut Nala.
"Lano ....," geram Nala merasakan itu.
"Kenapa?" tanya Lano bingung. Tapi ia masih mengecupi dahi Nala dengan gemas.
"Bisa nggak, tadi lakuinnya pelan aja?" Nala malu mengatakan ini, tapi gimana lagi. Biar buat ke depannya lebih bisa ia antisipasi.
"Itu udah pelan tadi,"' jawab Lano.
Nala berdecak. Benar juga. Tadi itu Lano sudah pelan menciumnya. Bahkan tidak aneh-aneh. Tapi gerakan bibirnya, manuvernya, itu yang tidak bisa Nala tepis lagi bahwa cuma dengan itu pun Nala dibuatnya kacau begini.
"Mau duduk apa baringan terus?" tanya Lano, kini sudah berbaring telungkup.
Nala tidak menjawab.
"Maaf, masih kaget ya?" tanya Lano. Yakin kalau Nala tidak akan menjawab, akhirnya ia bangkit duduk bersila. Ia berusaha mengenyahkan tangan Nala yang masih menutup bibir. "Gue juga deg-degan."
"Boong," cibir Nala.
Lano segera mengangkat tangan Nala ke dadanya, menekan di sana tanpa mengatakan apa-apa.
Hal yang langsung membuat Nala membuka mata dan mengernyit. Ia bisa rasakan itu memang. Detakan kuat di dada Lano yang lebih cepat dari seharusnya.
"Mana kenceng banget, lagi," decak Lano, memperjelas apa yang memang Nala rasakan dari detakan itu.
Saat sadar rasa nyamannya tumbuh sama Nala pun Lano sudah mengempaskan semua ingatan tentang siapa saja yang pernah singgah di hatinya. Apalagi sudah sampai begini, ia bahkan lupa bagaimana ciuman pertamanya dulu.
Memang benar, rasa sakit yang ia dapat bisa mengenyahkan banyak hal. Sampai-sampai untuk mengingat satu momen membahagiakan di masa lalu aja Lano tidak bisa menyebutkan.
Dan sekarang sama Nala rasanya berbeda. Ini rasa sayang yang tidak menakutkan, terasa lengkap, dan saling memberi. Ia tidak sabar ingin melakukan banyak hal dengan Nala, memenuhi dirinya sendiri dengan seseorang yang tepat. Tentu saja membuat Nala juga mengerti bahwa ia bisa diandalkan dan berbeda dari apa yang Rava lakukan.
Iya, Lano tahu bahwa hubungan mereka bahkan baru dimulai hari ini. Lano tidak tahu kenapa sebegini yakin dengan Nala. Mungkin karena punya nasib yang sama jadi ia yakin Nala tidak akan melakukan hal serupa seperti mantan mereka.
"Nggak usah liatin kayak gitu," gumam Nala menyadari Lano menatapnya dengan intens, entah apa yang cowok itu pikirkan tentangnya.
"Sini, gue bantu duduk," tawar Lano.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Jugendliteratur"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...