46. Beribu Maaf

3.9K 904 341
                                    

Di instagram banyak yang vote update jam 7-an ya, jadi gantistatus kabulin nih jam 7-an (tapi versi We I Be We I Be coba cek Tokop*d*a)

Selamat membaca semoga kamu ketawa-tawa baca part ini 😉

🏡🏡

Belum sempat Lano turun dari mobil, ponsel di dashboard bergetar menunjukkan ada panggilan masuk. Melihat nama yang terpampang di sana membuat Lano mengerang kesal. Kacau, hari ini apa pun yang terjadi padanya hanya kekacauan.

Lano tidak berniat menjawab panggilan Vira. Mendapati Nala terisak sepanjang jalan tadi tanpa bisa ia tenangkan membuat rasa bersalahnya makin menjadi. Ia tidak mau menambah pening kepalanya dengan ucapan tidak jelas Vira kalau sampai menjawab panggilan.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Lano segera membuka pintu untuk turun. Pesan yang muncul di notifikasi membuatnya makin lemas. Tubuhnya tersandar di mobil dengan helaan napasnya yang kentara sekali sangat lelah.

Vira
Lo berani bentak trs ancam gue tadi, Lan?

Itu bukan sebuah tuduhan. Lano salah, ia akui. Saat keluar kelas tadi untuk mengantar Arif, ia berpapasan dengan Vira tapi cewek itu dengan percaya dirinya menginginkan mereka kembali bersama. Membuatnya muak. Dan karena sudah sampai batasnya, ia memberi peringatan yang mungkin melukai perasaan Vira.

"Gue udah punya Nala dan gue muak sama cara lo yang kayak gini, Vir. Lo harusnya pikirin harga diri lo. Kalo lo tetep aja, gue bilang ke bokap lo dan lo tau sendiri apa yang mungkin beliau lakuin, saat tau anak satu-satunya ngemis perhatian kayak gini."

Dan kemarahan yang masih terbawa mau tidak mau memengaruhi emosinya saat bicara dengan Nala. Ia capek dan tau bahwa Nala juga merasakannya. Membuat nada bicaranya meninggi dan Nala menangis karenanya.

Ini kebodohan besar bagi Lano. Sesalnya merimbun saat menyadari bahwa satu kali nada tingginya terlontar, akan ada kesalahan lain yang diakibatkan. Berawal dari membentak Vira membuatnya kembali melakukannya ke Nala.

Lano salah, sangat, dan ia mengakuinya. Demi apa pun ia berusaha keras untuk tidak memarahi Nala dengan cara seperti itu lagi. Ia sudah tau konsekuensi parah yang terjadi tadi. Membuat Nala sesenggukan karena tingkahnya tidak akan ia maafkan seumur hidupnya.

Menghela napas beberapa kali, Lano membalas pesan Vira. Ia tidak hanya mengancam. Tapi memang benar akan mengadukannya ke papanya Vira.

Lano
Gue minta maaf. Tp ttp akan gue bilang ke bokap lo.

Lano memasukkan ponsel ke saku dan berjalan lewat pintu masuk di dalam garasi. Dikunci. Ah, sial. Ia lupa kalau jarang membawa kunci. Tapi baru juga ia akan berbalik ke pintu utama, suara pintu terbuka terdengar. Membuatnya sempat membeku di tempat.

Ia sangat tau itu Frisya yang membukakan. Tapi apa jadinya kalau tau ia pulang dalam keadaan begini?

"Lan?" suara Frisya terdengar karena Lano hanya diam membelakangi.

Lagi-lagi ini harus dihadapi. Akhirnya Lano berbalik tanpa menoleh ke kakaknya dan berjalan cepat memasuki rumah. Sebenarnya ia mau langsung masuk kamar, tapi pertanyaan Frisya membuatnya berhenti.

"Aku obatin dulu sini."

Frisya yang seperti ini justru membuat Lano ingin menangis. Harusnya ia dicerca dan dimarahi karena ia sedang ingin mendapatkan itu atas kesalahannya. Meski semua cacian tidak mungkin menghilangkan rasa bersalahnya telah membuat Nala menangis sampai separah tadi.

"Kamu duduk aja, Lan. Aku ambil kotak obat dulu."

Mendapati Frisya melenggang ke ruangan lain, Lano akhirnya melangkah gontai ke sofa. Bersandar pada kepala sofa, ia rasakan denyut nyeri mulai menjadi.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang