15. Alumni

3.4K 866 309
                                    

Nggak tau ini alumni apaan. Tolong kasih wangsit buat judul tiap part ya ampun😭

🏡🏡

Lano menghentikan laju motornya saat di persimpangan, menunggu kendaraan lain mengambil jalan lebih dulu. Ini sudah sampai area perumahan yang ia kenal betul arah rumah Nala. Setelah mendapat pesan dari Nala, Lano sama sekali tidak membalas. Justru bersiap menemui Nala secepat mungkin. Usai membersihkan diri bahkan ia mengendarai motor lumayan cepat. Daripada menjelaskan panjang lebar lewat pesan, Lano lebih memilih bertemu langsung.

Baginya ini bukan salah Nala. Cewek itu belum amat mengenalnya selain nama tentu saja. Jadi wajar kalau tidak memercayainya. Lano sangat mengerti. Hal itu yang membuatnya memutuskan untuk menemui. Tentang ada tidaknya cewek itu sekarang di rumah, urusan belakangan.

Satu kali berbelok ke arah kanan, Lano akhirnya sampai di seberang gerbang yang menyembunyikan rumah mewah di baliknya. Lano masih diam di atas motor. Saat sadar pintu utama terbuka dan ramai orang di sana, Lano segera menyembunyikan diri lebih dulu. Ia maju beberapa langkah sambil menjalankan motor dengan kakinya sendiri agar tidak bersuara. Meski ia yakin suara motornya tidak akan sampai ke orang-orang itu.

Sekilas tadi Lano lihat teman-temannya Nala, si Winda, Maya, sama Hika. Tapi ia tidak sempat lihat Nala. Kalau ada teman-teman yang main, kemungkinan besar Nala ada di rumah kan? Jadi Lano berusaha menunggu.

Lano ingin ini hanya antara ia dan Nala. Perihal ia menemui Nala ke rumah juga biarkan hanya berdua yang tahu. Lano tidak mau menunjukkan meski itu ke teman dekat Nala sekalipun. Makanya ia minggirnya ke arah yang berlawanan dengan jalan yang mungkin akan dilewati gerombolan cewek itu.

Namun ternyata perkiraan Lano salah. Ia sudah menyembunyikan wajah di balik helm, lalu menunduk tapi tetap saja ketahuan. Salah satu cewek yang ada di boncengan motor, tidak sengaja menoleh padanya dan kelihatan kaget.

"Eh, Lano bukan sih?"

"Iya kayaknya. Gue hafal motor gedenya itu."

Mendengarnya membuat Lano akhirnya mengangkat pandangan. Sudah ketahuan Maya duluan yang bikin semua menoleh padanya, ya sudah sekalian memperlihatkan diri. Ia membuka helm dan menatap tiga cewek di sana dengan dengusan sebal. "Ngapain liatin gue? Pulang sana."

"Astaga, Lan. Iya iya, yang mau ngapel. Emangnya tau kalo Nala ada di rumah atau nggak?"

Lano malah jadi merasa bodoh sendiri. "Emang Nala nggak ada?"

Winda tertawa. "Ketauan nggak prepare ngapelnya."

"Tapi Nala ada kok. Tuh, masih di pintu." Malah Hika membocorkan rahasia.

Lano mengangguk-angguk. Ia turun dari motor, menghampiri tiga cewek yang berhenti di gerbang. Tempatnya berdiri kini memang di luar jangkauan mata kalau dari arah gerbang ke dalam. Ia tidak berani juga melongok kalau masih ada teman-temannya Nala di sini.

"Ceileh, udah main ke rumah aja sih, Lan."

"Biarin napa, Win."

"Gue cuma bilang doang padahal, May."

Malah jadi berdebat. Akhirnya Lano kembali bertanya, "Beneran ada kan dia?"

"Ada, gue panggilin dulu." Maya yang memang bonceng di motor Hika menoleh ke belakang. "Nala, dicariin." Suaranya tidak terlalu keras tapi sepertinya masih terdengar Nala, soalnya tidak ada panggilan susulan.

"Thanks," kata Lano menatapi satu per satu cewek-cewek itu.

"Diusir kitanya, sis. Pulang yuk. Biarin mereka kencan," kata Maya sepertinya mengerti arti tatapan Lano yang tadi memindai mereka.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang