19. Belum Selesai

3.2K 844 239
                                    

Santap Elano-nya, monggo🧋

Kalo rame, up lagi mumpung ada draft wkwk.

🏡🏡

Nala
Kedengerannya nggak sendirian ya Lan?

Lano yang sedari tadi memang memasang telinga sekaligus menatapi ponsel di meja, segera menghela napas. Matanya terarah ke Nala yang duduk membelakanginya juga.

Elano
Iya

Nala
Banyak org?

Lano menajamkan lagi pendengarannya, sampai langkah kaki itu berhenti sebentar. Tidak terlalu banyak langkah susulan, dan saat berhenti juga hampir bersamaan. Jadi mungkin tidak sebanyak yang ia pikirkan di awal.

Elano
Mungkin dua atau tiga orang La

Nala
Kamu hati-hati

Tanpa sadar Lano meringis membaca pesan dari Nala. Iya, disuruh hati-hati. Karena kalau ia menyakiti Rava pasti Nala marah besar. Pasti Nala ikut sakit.

Pemikiran itu tiba-tiba bikin Lano bad mood. Astaga, padahal ia tadi sudah bersiap-siap menghadapi Rava. Tapi mengetahui kalau cowok yang hampir ia hadapi ini sudah bikin Nala sakit sekaligus pernah disayangi juga, ada ketidakikhlasan di hatinya.

Lano memutuskan untuk menyambut 'tamunya'. Ia ingin ini semua cepat selesai tanpa berlama-lama. Selesai yang benar-benar selesai tanpa perlu lihat muka Rava lagi abis ini.

Namun saat Lano berdiri dan berbalik, tatapnya menyipit. Di pintu, ada tiga cowok yang balik menatapnya. Wajah ketiganya seolah mengintimidasi.

Sebentar, Lano tidak perlu menatap satu cowok yang ada di tengah itu lama-lama untuk menyadari siapa Rava si mantan Nala. Pemikirannya pernah tertuju pada satu kemungkinan bahwa itu Rava yang sama dengan aksi pemerasan halus di coffee shop-nya beberapa waktu lalu. Dan ternyata benar.

Waktu itu dini hari, Rava dengan seorang cewek membuat keributan di coffee shop miliknya, lalu paginya ia dengar sendiri kata tiga teman Nala bahwa pacarnya Nala baru nyusul ke Jakarta.

Astaga, jadi ini cowok berengseknya sempurna banget.

Lano tekan rasa puasnya melihat kenyataan itu. Ini akan lebih mudah meski Rava memang membawa teman saat ini. Dari ekspresi Rava yang seperti dipaksakan tenang itu sudah pasti teman yang dibawanya bukanlah seorang lawan yang sebanding.

"Oh, ini Lano." Satu cowok di sisi kiri Rava berjalan mendekat, lalu berdiri tepat di hadapan Lano. "Banci ya? Bisanya ngerebut cewek orang?"

Ini pembukaan yang tidak mengenakkan bagi Lano, tapi ia masih bisa menahannya. "Dibayar pake apa lo sama Rava sampe mau nemenin ke sini?" ia tertawa pelan. "Saran gue jangan mau diboongin, pasti dia bayar lo kredit entar."

"Rav?" Cowok di depan Lano menoleh ke Rava seolah meminta persetujuan.

Lano sudah antisipasi, tapi sepertinya ini belum dimulai. Karena Rava menggeleng dan sekarang berjalan ke arahnya.

Diamati baik-baik, Lano sadar kalau wajah Rava memang tidak kelihatan ada sifat nakal sedikit pun. Tapi Lano hafal tipe orang yang manipulatif dan menyembunyikan di balik muka kalemnya itu. Ia sudah berpengalaman dengan beberapa orang di sekitarnya.

"Kenalin." Lano mengulurkan tangan ke arah Rava. "Gue Lano. Seneng ketemu lo lagi."

Rava mengernyit, seolah ragu dengan kalimat yang baru didengarnya. "Lagi?" ulangnya.

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang