Apa iya si ada yang kangen Nalano?
🏡🏡
Ternyata apa yang Nala pikirkan tadi salah. Karena saat Lano merendahkan tubuh dan makin menunduk, bibir Lano bukan mendarat di atas bibirnya. Tapi di dagunya. Nala sontak mematung. Ia masih terdiam saat perlahan sandaran kursinya makin melengkung ke belakang sebab Lano menekan pelan sandarannya.
Nala tersentak tiba-tiba seolah sadar ia tidak lagi duduk tegak, melainkan sudah setengah berbaring dengan kecupan Lano yang tidak berhenti di dagunya. Hal yang membuat kini ia rasakan hidung mancung Lano menyentuh pipinya, bahkan beberapa kali bergesekan dengan sudut bibirnya.
Menyerah, Nala akhirnya berusaha tenang meski gigitan kecil yang Lano beri di tengah ciuman di dagu itu membuat sekujur tubuhnya seolah dialiri perasaan yang aneh. Bahkan ia sadar napasnya mulai memberat merasai usapan tangan Lano di sekitar lehernya.
Nala menggerakkan kepalanya sedikit, menandakan kalau gelenyar itu makin hebat rasanya. Tapi justru Lano terus mengejar. Ia tidak tau kenapa Lano tidak mau berhenti sampai mencecap terus menerus seperti ini.
Belum lagi usapan tidak hentinya di sekitar leher membuat Nala hanya sanggup diam, kecuali tangannya yang kini meraih pinggang Lano untuk menahan agar tubuhnya tidak terbaring seluruhnya.
Sampai kemudian Nala rasakan kecupan itu semakin menjalar ke rahangnya, pipinya, lalu hampir sampai di bibir, ia bergerak lebih dulu untuk menahan. Dua tangannya terangkat dan menekan dada Lano.
Sedari tadi Nala memang mendongak, bahkan saat Lano tidak henti menciumnya, hingga sekarang ia dengan mudah menatap cowok itu karena wajah mereka sudah sejajar. Ia kira Lano akan bertanya lebih lanjut, ternyata justru makin mendekat lagi.
"Lano ...." sergah Nala, dan ia berdehem untuk mengusir gugup luar biasa. Baru kali ini menatap terang-terangan wajah Lano sedekat ini.
"Hm?" Lano menggesekkan hidung mereka, membuat Nala akhirnya memejamkan mata daripada jantungnya makin tidak aman.
Demi apa pun, Lano itu cowok tertampan yang pernah ia temui di dunia nyata selama ini.
"Mau nanya apa?" tanya Lano, tapi tidak berniat menjauh.
Nala membuka mata lagi, berusaha tidak menatap kedua mata Lano walau itu mustahil. Sedekat jarak mereka, fokus pandangnya tidak akan bisa teralih. Sejauh apa pun ia berusaha menangkap sesuatu di kanan kirinya tetap gagal. Dari sudut matanya, ia tetap menangkap wajah Lano yang ada di hadapan.
"Kamu waktu liat Vira naked, gimana?"
Seperti tersadar, Lano terkekeh. Ia sedikit menjauh, membuat sandaran kursi Nala tidak lagi melengkung separah tadi. Dan Nala bisa bernapas lega meski kini Lano masih ada di depannya, yang penting tidak terlalu dekat sampai hangat napas cowok itu saja terasa di wajahnya.
"Gue udah duga." Lano kembali duduk di tepi tempat tidur, lalu menurunkan lagi kursi Nala dan dihadapkan padanya agar wajah mereka setara. "Dijelasin dikit, penasaran. Nggak dijelasin, pasti penarasan juga. Cewek emang gitu."
"Salah siapa kamu cerita itu, kalo nggak juga nggak akan aku tanya."
"Oh ya?" ejek Lano mengejek, seolah itu cuma alasan cewek.
"Kalo nggak mau jawab juga nggak apa-apa, terserah kamu."
Mulai ini tingkah yang cewek banget. Tapi Lano tidak mau membuat Nala sebal, jadi ia jujur walaupun tau pada akhirnya Nala tetap cemburu. "Ya nggak gimana-gimana, La. Dulu kan gue culun."
"Boong."
Tuh kan. "Dulu gue emang culun. Tanya sama Lista atau Alda. Kenalan sama cewek aja gemeter."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Teen Fiction"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...