Komen dulu siapa tau lucu xixixi
🏡🦱
"Ke mana?"
Nala tersentak. Baru ia akan menutup pintu dan berjalan di pelataran, suara Bagus terdengar mendekatinya dari samping rumah. Mungkin baru turun dari kamarnya yang di atas.
"Mau makan malam," jawab Nala. Tangannya menggenggam erat tali tasnya. Mau jujur tapi takut, kalau bohong jauh lebih takut.
"Sendiri?" Bagus sudah sampai di depan Nala.
"Sama ...." Nala menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Walaupun Bagus memang pernah bertemu Rava beberapa kali, tapi tetap saja ia malu kalau ketahuan makan berdua.
"Sama?" ulang Bagus dengan nada bertanya.
Nala mengembuskan napas pelan, lalu mendongak menatap kakaknya. "Sama Rava."
"Dia ke sini," gumam Bagus, bukan sebuah pertanyaan.
"Boleh kan, Mas?" tanya Nala pelan.
"Aku anter."
Nala mau menolak, tapi sangat sadar kakaknya yang satu itu tidak akan bisa dibantah. Buktinya sekarang Bagus sudah membukakan pintu mobil untuknya. Nala akhirnya naik dan rencana makan malam diam-diamnya gagal.
"Mas Bagus emang mau ke mana?" tanya Nala saat mobil sudah mulai berjalan.
"Makan juga."
"Sama Mbak Anin?"
Bagus mengangguk.
"Nanti telat, kasihan Mbak Anin kalo nunggu. Aku lanjut naik taksi aja."
"Janjiannya jam 8."
Nala melirik jam di pergelangan tangan, lalu membelalak. "Ini belum setengah 7," herannya. Perjalanan ke rumah Anin bahkan hanya 15 menit. Kakaknya itu mau ngapel atau ngapain bisa-bisanya terlalu dini dari waktu janjiannya.
"Harus tepat waktu."
Ini namanya bukan tepat waktu juga. Masa ada tepat waktu yang satu setengah jam sudah ada di lokasi. Kakaknya ini ngebet banget kayaknya. Tapi Nala tidak mau protes, cuma heran bagaimana bisa ada laki-laki yang segitu niat dan penuh persiapan menemui pasangannya.
"Bener di resto ini?" tanya Bagus saat mereka sudah sampai di pelataran sebuah rumah makan cukup besar.
"Iya." Nala melepas sabuk pengaman. "Makasih, Mas."
"Jangan sampe jam 10."
Nala tersenyum. "Iya," jawabnya patuh.
"Nanti kabarin kalau mau pulang, aku jemput."
Nala tidak bisa berjanji. Siapa tahu Rava yang mengantarnya sampai rumah kan? "Liat nanti."
"Hati-hati."
Nala mengangguk dan turun dari mobil. Ia tersenyum kecil sembari mengeluarkan ponsel. Rava bilang akan ada di sana setengah 7. Ini sudah mepet tapi Nala baru sampai. Semoga Rava belum menunggu terlalu lama.
Sebelum ke sini, Nala memang sudah reservasi lebih dulu sesuai ide Rava biar tidak susah cari tempat. Nala masuk melewati pintu dan penerangan lampu besar di tiap sudut membuat restoran itu terlihat sangat mewah. Ia tidak pernah ke sana memang, karena Rava yang mengusulkan tempat itu.
Setelah bertanya di mana letak tempat duduknya, Nala akhirnya berjalan ke salah satu ruangan dengan daun rambat yang menghiasi. Hanya ada dua meja dengan masing-masing dua tempat duduk.
Tempat yang Rava usulkan itu memang tepat. Sayangnya Nala belum melihat Rava sampai di sana. Mungkin macet dan Rava belum terlalu paham estimasi waktunya sampai ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANO
Fiksi Remaja"Jangan cinta sama gue." "Kenapa" "Gue rumit." Elano adalah remaja penuh masalah rumit di masa lalu. Walau begitu ia terlanjur menyayangi Nala yang telah ia ajak ke dunianya yang sulit. Ada banyak kisah masa lalu yang belum selesai, justru muncul di...