41. Off-Road

3.6K 934 404
                                    

Cepet ya pergerakannya😭

🏡🏡

"Kata kamu yang bonceng lebih pegel-pegel ya, Lan?"

"Nanti aku pijitin," jawab Lano. Ia menyejajarkan wajahnya dengan Nala dan tersenyum sembari mengusap puncak kepala Nala. "Kalo off –road itu nggak boleh panik."

Nala mengangguk. Sebenarnya ia tidak panik. Sama sekali. Tapi pura-pura panik bisa bikin Lano stres karena double khawatir kan? "Nanti kalo aku nggak kuat karena pegel-pegel gimana?"

Lano jadi heran. Kemarin kan Nala yang meyakinkannya kalau cewek itu mau terima semua konsekuensi, kenapa sekarang jadi panik begini?

"Aku mau berhenti tiap meter ya, Lan," pinta Nala.

Astaga. Belum reda kekhawatiran Lano akan perjalanan nanti, Nala justru overthinking duluan.

"Nggak tiap meter juga, Nala. Tapi kalo kamu capek, bilang aja ya."

Nala setuju kali ini. Tidak tega juga bikin Lano kelimpungan. Soalnnya Deri dan Gina sudah siap dengan pakaiannya, tapi Lano belum pakai peralatan off-road satu pun.

"Ada lagi?" Sepertinya Lano ingin memastikan Nala selesai dengan pertanyaan-pertanyaan itu sebelum dirinya bersiap.

Jadi setelah mendapati Nala menggeleng, Lano segera siap-siap. Tidak lama karena sudah terbiasa melakukannya, Lano akhirnya meraih helm dan mengatakan kalau semua sudah beres.

Nala dan Gina berjalan lebih dulu ke pelataran, sembari menunggu para cowok mengeluarkan motor dari garasi.

"Helm-nya kekencangan nggak itu?"

Suara Lano terdengar dan cowok itu turun dari motor untuk menghadap Nala.

"Iya, Lan. Mau ganti helm proyek aja boleh?" Nala menanggapi kekhawatiran Lano dengan sukarela.

"Nala, jangan bercanda," kata Lano.

Justru Gina dan Deri tertawa. "Lo tumben panik amat, Lan. Biasanya juga lo yang sering bercanda. Nala nggak serius juga kali."

Lano berdecak. Mereka kan tidak tahu kalau Nala sampai kenapa-kenapa, tidak hanya hati Lano yang tidak tenang. Tapi ada dua manusia yang harus dihadapi juga!

"Tau tuh," cibir Nala. "Padahal aku santai aja."

Santai aja katanya? Bisa-bisanya Nala berlagak biasa saja di depan semua orang, tapi di hadapannya seolah keberatan ikut off-road. Makin pening kepalanya.

"Kayaknya sekarang aku yang butuh helm proyek," decak Lano pusing. Helm yang dipakai mendadak berasa satu ton beratnya menghantam kepala.

"Gue kasih tau tips duduknya di boncengan ya, La." Gina menawarkan.

Nala tentu saja menerima suka hati. Ia naik ke boncengan Lano setelah cowok itu bersiap.

"Yang pertama pastinya, nggak boleh panik," mulai Gina. "Gue percaya lo nggak panik sih. Terus duduknya nggak boleh jauh-jauh dari Lano. Majuan dikit."

Nala nurut dan menempel di punggung Lano.

"Paha lo agak neken pinggangnya Lano, nah gitu. Tapi jangan kuat-kuat. Diapit ringan aja. Itu bikin Lano lebih gampang ngatur keseimbangan, terus ngurangin pegel-pegel punggung lo nanti. Jangan lupa peluk aja si Lano biar jalannya stabil."

Suara Deri terdengar kali ini. "Ini rahasia, Lan. Bagian terakhir itu paling gue suka sih."

"Gue lagi nggak bisa diajak bercanda, Der."

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang