23. Cerita tentang Lano

3.5K 829 486
                                    

Tipis-tipis dulu lah bestie, tapi komennya tebelin ya🤣

🏡🏡

"Nala ...."

Baru juga Nala turun dari mobil dan melewati gerbang sekolah, ia mendengar panggilan itu. Ternyata Vira. Terlihat sedikit berlari untuk menyusul langkahnya.

"Udah sembuh, La?"

Nala mengernyit. Kayaknya kemarin Bagus mengizinkan ia tidak masuk sekolah dengan alasan acara keluarga, bukannya sakit.

"Kemarin bukannya lo nggak masuk karena sakit?"

Daripada repot menjelaskan dan berakibat ada pertanyaan susulan, Nala akhirnya mengiyakan saja. "Udah nggak apa-apa kok, Vir."

"Syukurlah." Vira tersenyum. "Lano juga nggak masuk sekolah kemarin."

Nala sontak menoleh ke Vira. "Oh ya?"

Vira mengangguk. Saat langkahnya terhenti, mau tidak mau Nala juga berhenti. Vira menatap Nala lebih dulu yang jelas dibalas kernyitan di dahi.

Kedua mata Vira terlihat sembap. Sembap parah banget malahan. "Kamu baik-baik aja, Vir?" tanya Nala.

"Ada sedikit masalah." Vira menjawab dengan suara pelan. Senyumnya sendu dan wajahnya memang pucat. "Gue hubungi Lano tapi nggak bisa-bisa dari kemarin. Dimatiin terus. Mungkin lo tau kenapa?"

Nala mengedikkan bahu. "Kenapa nggak tanya orangnya langsung?"

"Gue berharap bisa hubungi dia. Gue butuh dia banget." Vira menghela napas pelan. Sangat terlihat tidak baik-baik saja.

"Maaf, sebelumnya. Aku cuma mau tanya. Kamu bilang konsekuensinya susah kalo cinta sama orang yang gampang suka cewek lain kan? Kenapa nggak kamu coba lupain dia, Vir? Aku kasihan liat kamu." Nala jujur tentang ini. Kalau memang keduanya pernah menjalani hubungan serius dan putus, kenapa Vira tidak mencoba lupa dan malah menyiksa dirinya sendiri?

Nala juga merasakan soalnya. Saat tahu kesalahan Rava tidak bisa ditoleransi, ia langsung saja nekat melupa.

Tapi tetap, tiap orang beda-beda. Mungkin Vira tidak sepertinya.

"Gue pengin banget kayak gitu." Vira tertawa pelan. Suaranya memang lembut dan membuat Nala makin iba karena kesedihannya mampu menular. "Tapi terlalu banyak kenangan gue sama dia. Yang nggak akan bisa dilupain cewek mana pun. Kalo lo jadi gue mungkin bakal ngelakuin hal yang sama."

"Walaupun kalian putus karena mungkin dia yang nyakitin kamu?" Nala bertanya pelan, menebak. Karena berdasarkan cara Vira menjelaskan, terlihat seolah di sini Lano yang salah dalam hubungan keduanya.

"Iya, La." Vira kembali melangkah, bersandingan Nala. "Gue tau dia pasti balik ke gue. Dulu dia juga pernah kayak gini, tapi ujungnya selalu cari gue lagi. Gue ngertiin kok kalo dia masih pengin nikmatin masa remajanya."

"Itu alasan kamu nggak mau lupain dia?"

"Iya. Karena dia pasti balik ke gue." Suara Vira terdengar ditekankan. "Gue sama dia kenal dari SMP. Dia bilang, gue berjasa banget buat hidup dia." Cewek itu terlihat termenung.

"Berjasa?" Nala mengulangi, karena tidak tahu maksud ucapan Vira.

Vira mengangguk. Ia tersenyum ke Nala. "Karena gue nggak punya tempat cerita dan lo satu-satunya yang mau dengerin gue tanpa dibocorin ke siapa pun, gue mau cerita."

"Iya, aku mau dengerin kok, Vir." Nala membalas dengan senyum juga.

"Dulu keluarga Lano cukup ... jatuh." Vira menggunakan jarinya untuk mengutip pada kata jatuh. "Sejak papanya hilang terus dikabarkan meninggal dan semua perusahaan berpindah jadi milik rekan bisnis papanya. Dia beneran nggak punya apa-apa abis itu. Kejadiannya waktu Lano kelas 6 kata dia."

ELANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang