"SEGALA sesuatu yang pelik bisa diringankan dengan peluk..."
"Nadanya kurang pas kayaknya yak." sela Jeno. Mark tersenyum pada Jinsoul yang kebetulan lewat, kemudian meletakkan gitarnya.
"Van, baju lu diberesin dong gila! Jangan ditinggalin di kamar mandi!" Jinsoul menggedor pintu kamar adik bungsunya. Mark dan Jeno tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala.
"Iya, iya. Nantian aja pas mau tidur."
"Biasa lah si bocil." Jinsoul hendak menuruni tangga, "Ini kaga pada makan apa?"
"Udah, kak." jawab Mark.
"Ngopi?"
"Ga dulu dah. Lagi butuh tidur nih kita. Kaga tidur berapa hari kita, le?"
"Kan kita mah tidur di sekolahan."
"Oh iya juga ya."
"Jeh si brengski. Ya udah dah lanjutin aja ngamennya." Kali ini Jinsoul benar-benar turun meninggalkan mereka.
"Dadah." kata Jeno.
"Kurang pas gimana nadanya?" tanya Mark setelah Jinsoul pergi.
"Teriak-teriaknya kurang dah. Kan biasanya kita udah kayak monster teriak-teriak nakutin orang di panggung." Jeno meregangkan tubuhnya di atas sofa lantai lima rumahnya.
"Biasanya lu gampang bikin suara tarzan."
"Lagi banyak pikiran."
"Kenapa?"
"Yang kemaren lah. Certo Hizkia." Jeno menegakkan tubuhnya, "Sebenernya mah privasi dia pada aja, tapi kalo sampe mata gua digebuk pake makanan sambil teriakin nama si Cerler kan ya aneh juga. Takutnya ada pemaksaan."
Kehumorisan Mark membuatnya sedikit tertawa, "Tapi, dulu mah si Hizkianya juga iya-iya aja. Pas live in (sejenis KKN versi anak SMA) di Wonogiri lu inget ga mereka gimana?"
"Inget. Jangan dibahas lagi dah."
"Kenapa?"
"Sakit dada gua tolol." Jeno tertawa. Mark juga.
"Ngakak. Si Ronal punya perasaan."
"Aneh dah emang." jawab Jeno dengan pikiran yang masih mengawang-awang.
🐦
Sekarang jam dua belas. Jaemin belum juga tidur karena malas. Ya. Ia malas dan tidak suka tidur sebenarnya.
Sekarang tebak apa? Jeno yang tiba-tiba rindu sedang duduk di jendela kamarnya. Kamar Jeno? Bukan. Itu kamar Jaemin. Si raja dunia itu memanjat pohon hanya untuk bertemu kekasihnya yang malas mencari kunci pintu depan dan akhirnya bercanda menyuruh Jeno naik ke pohon.
"Aku bercanda." kata Jaemin sambil tertawa.
"Why not? Seru manjat pohon."
"Gelo." Jaemin mengacak-acak rambut kekasihnya yang sekarang menunjuk-nunjuk pipinya sendiri.
"Ya, ya, ya." Bibir Jaemin mendarat di pipi kanan Jeno dan bergeser sedikit ke bibir lelaki itu, "Ini kalo di sekolahan bisa masuk BK nih."
"BK apa? Burger King?" tanya Jeno yang seperti amnesia karena terlalu berbunga-bunga.
"Bukan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019