"LU khawatir ya sama si Brandy? Cie." Eric menggoda Jeno, kemudian menoleh ke arah istri Taeil yang baru saja mengantarkan ayam penyet ke mejanya, "Makasih, Umi."
"Heh!" Doyoung melotot, "Umi umi terus!"
"Galak."
"Udah! Makan yang banyak biar cepet gede!"
"Gratis?" tanya Eric.
"Gak!" balas Doyoung. Jeno menyemburkan tawanya. Biasanya ialah yang menggoda tukang-tukang jualan, tetapi sekarang ia sedang tidak dalam mood yang sangat baik.
"Romantis ya bantuin suaminya nggawe*." kata Jeno.
"Bisa aja lu, tong."
"Keren nih kalo gua bikin lagu buat pasangan romantis ini ya." Jeno tiba-tiba mendapat ide, "Pura-puranya dari Abah Tanu."
"Keren, nyet." kata Eric sambil menyantap ayam peyetnya.
"Ngapain? Udah kayak artis aja dibikinin lagu kisah cinta." kata Doyoung.
"Gua mulai sekarang dah sambil makan." Jeno mengeluarkan notebook hitam down with my demonsnya dan mulai menulis lirik di sana. Begini liriknya :
Cerita kita tak semanis dongeng
Atau bagai drama sinetron cengeng
Kau bukan artis, ku bukan pujangga
Namun kisah ini sangat berhargaHingga rambutmu memutih
Hingga perutku membuncit
Hati ini takkan pernah tuaKita memang bukan pasangan sempurna
Bukankah Tuhan mengirimmu untuk melengkapiku?
Aku tidak perlu punya segalanya
Selama kau ada di sini hidup kan baik-baik saja"Dah segini dulu. Lanjut nanti. Keren yak? Hidup Kan Baik-Baik Saja judulnya." Jeno melemparkan notebooknya pelan kepada Eric, meminta pendapat. Eric langsung membacanya dan tertawa, "Lu baik banget, setan. Lagi banyak pikiran malah mau bikin seneng orang laen. Keren keren."
"Ye, badak. Sok tau." Jeno mengambil kembali notebooknya dengan tangan kiri karena tangan kanan tentunya penuh dengan bumbu-bumbu ayam penyet.
"Lu belom jawab pertanyaan gua tadi. Lu khawatir kan sama si Brandy? Aw malu banget Brandy, mas. Ayo kawin!"
"Males lah. Gak bikin napsu si Brandy mah."
"Tapi bikin khawatir." Eric menaik turunkan alisnya.
"Kaga."
"Kalo gitu ngapain lu ngajak gua ngerokok sambil makan penyetannya si Abah bukan ke sekolah? Mumet kan lu?"
"Geli bego ngakuinnya."
Eric tertawa keras. Jeno juga tertawa karena merasa dirinya aneh.
"Pening ya, pak?"
"Iya." jawab Jeno, "Kurang tidur."
"Bajingan tengik!" Eric tertawa keras, "Minum berbotol-botol kuat, kurang tidur puyeng."
Jeno tertawa lagi, "Pler lah ngetawain gua mulu."
"Tenang aja, bos. Si Brandy ga kenapa-kenapa juga."
"Iya. Kayak lebay ya gua? Abisnya dulu kan pernah si Kepin pulang-pulang drunk terus nyokapnya langsung bilang 'maen ama si Ronald mulu sih lu'."
"Kagaaaaakkk lebay. Itu mah derita ketua gang."
"Gang apaan sih? Gangbang?" Jeno tersenyum miring, "Kayak bego gua bete-bete segala. Pernah gak sih lu begitu? Ngeliat orang bad mood kasian, ngeliat diri sendiri bad mood kayak begoooooo."
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019