"REBEL Lions mau ke Surabaya hari Rabu sampe Sabtu."
"Ngapain?" tanya Hyunjin.
"Tampil lah, cuy." jawab Guanlin.
"Kirain jalan-jalan."
"Revano mau jalan-jalan? Anak mageran gitu."
"Oh iya." Hyunjin tersenyum, "Asik nih gua bisa mepet orang cantik."
"Najis jamet."
"Ngaca, bego." Changbin menyahuti Guanlin.
"Gua jamet doang, si Certo jamet porno." Guanlin membela diri, "Masa dia simpen foto si Panjul yang celana basketnya keangkat pas dia manjat pagar. Anjing. Apa enaknya? Kayak homo si Certo ama Panjul. Huwek."
"Itu mah gak porno!" Hyunjin juga membela diri, "Itu foto aib dia, sial!"
"Halah! Lu simpen foto si Kia buat lu jadiin bacol!"
"Anjing! Suara lu keras, tolol!" Hyunjin menutup mulut Guanlin, "Itu ada si Felix. Mati gua kalo dicepuin."
"Si Felix mah bolot. Gak mungkin denger."
"Oh iya ya."
Nyatanya, berita itu sampai juga ke telinga Jaemin.
🐦
"Enak aja minta! Beli!" Ryujin tertawa-tawa bersama Jinyoung di depan pintu kelas XII IPS 3. Jinyoung merebut bungkus gorengan milik Ryujin dan langsung berlari. Ryujin tidak menyusul karena Jinyoung berlari ke toilet pria. Sebagai gantinya, ia masuk ke dalam kelas sambil berteriak-teriak, "Cer! Minta duit! Temen luー Heh! Lu ngapain?!"
Hyunjin terkejut ketika Ryujin memukul kepalanya dengan keras, "Anjing! Gua lagi duduk doang!"
"Ya duduknya gak usah di sebelah Hizkia! Pak acara pegang-pegang tangannya! Itu mah modus, anying! Anaknya aja udah gak mau lu pegang-pegang, ya Kia ya?"
"Tau. Gua udah muak sama dia. Bawa nih lah temen lu yang jauh, Jul." Jaemin menepis tangan Hyunjin yang hendak merangkulnya. Lelaki manis itu melotot marah, "Apa?!"
"Halah. Pake acara bilang muak padahal dulu mau ke gua." Hyunjin memegang dagu Jaemin, tetapi langsung ditepis dengan kasar, "Jangan salah paham, Jul. Tadi si Pelik nyebar hoax tentang gua ke Hizkia. Ya atuh gua mau jelasin."
"Apaan temen gua dikata nyebar hoax? Gua lebih percaya sama dia kali daripada sama lu. Mending lu hapus foto-foto gua, anjing."
"Udah punya laki sial, Cer. Mau gua aduin ke lakinya lu? Abis lu di tangan si Ronal."
"Udah tau gua, Jul. Makanya ini sekalian mau minta PJ." Hyunjin menoleh pada Jaemin, "Ya, Kia? PJ-nya ciuman di pipi gua sini."
"Najis!" Jaemin mendorong pipi Hyunjin dengan kasar, "Udah, Jul. Gak usah diaduin. Nanti si Ronal kena SP lagi, bisa gak lulus dia. Si penguntit ini mah gua aduin ke polisi aja."
Hyunjin tertawa, "Aduin ke polisi gimana sih? Hah?"
Ryujin segera menarik Hyunjin, "Udah sih, anjing. Lu mah bikin kacau. Gak usah ganggu Hizkia."
"Bagus, Jul. Bawa aja si monyet itu. Gua benci bener liat mukanya."
Jaemin benar-benar kesal. Sepertinya ia memang tidak boleh ditinggal oleh Haechan dan Felix karena pasti Hyunjin akan mengganggunya.
🐦
Jeno sedang berada di ruang band bersama Jisung. Mark tidak ada karena Haechan lebih penting daripada gitarnya.
"Kalo lagi jamnya istirahat mah ya sama Farrel lah. Masa sama gitar? Gitar mah pas lagi jam kerja." Begitu kata Mark.
"Serah lu dah." jawab Jeno, berakhir dengan dirinya yang berlatih berdua bersama Jisung.
"Kita tampil di mana sih, Nal?" tanya Jisung.
"Our Bar di Surabaya."
"Bawain berapa lagu?"
"Gak tahu. Pokoknya semaleman. Sekeburunya aja lah."
"Pelukku untuk Pelikmu pasti dibawain dong?"
"Iya dong. Sekalian promosi."
"Apa lagi?"
"Melangkah Tanpamu. Sisanya lu sama bule yang pilih dah."
"And I Need You."
"Kampret. Gua yang nyanyi semua kalo gitu mah." Jeno tertawa, "Lu gak mau nyanyi?"
"Mau tapi dikit aja. Suara gua lagi pecah cuy."
"Oh iya, anak baru puber sih lu."
"Gak usah ngeledek lu, Nal." Jisung meninju lengan kakaknya pelan, "Gua nyanyi Garis Terdepan dah."
"Galau lu, dek?" Jeno terkekeh.
"Iya, anying. Si Martin kapan maunya ama gua?"
"Gimana gimana?" Jeno menyingkirkan gitarnya ke samping, "Cerita dah."
"Gua galau bener, sue."
Jeno tertawa, "Udah kayak si Teteh Ten lu ngomongnya pake sue. Jangan jadi sad boy dah lu. Alay."
"Martin kan demen sama orang."
"Sama lu kali?"
"Bukan."
"Lah emang lu bukan orang?"
"Bukan gitu, bang! Ah, tahu lah! Pokoknya gua galau!" Jisung merebahkan dirinya di atas lantai sembari menutup wajah.
"Dia bukan gak suka sama lu, cuy. Dia butuh waktu. Anjing. Gua kepikiran bikin lagu nih. Lu mau gak duet sama Martin abis kita balik dari Surabaya?"
Perkataan Jeno sukses membuat Jisung bangkit dari tidurnya dan juga dari kesedihannya, "Hah? Tapi emang dia mau?"
"Halah. Gampang. Nanti gua minta tolong ke cewe gua dah." Jeno terdiam sejenak, "Eh, bukan cewe dia mah, setan."
"Anjing. Saking cantiknya sampe bikin lu jadi ngigau di siang hari." Jisung terkekeh.
"Pokoknya nanti gua minta tolong Hizkia bujukin Martin dah."
"Takut dia gak mau gila, Nal."
"Bacot. Lu mau apa gak?"
Jisung mengangguk dengan semangat, "Atuh mau. Mau gua mau! Makasih ya. Abang gua emang yang terbaik."
🐦
Ada keinginan bikin side story Revano Martin nih, cuy.
🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019