REBEL Lions sudah sampai di hotel. Mark membayar taksi sesuai dengan argo, Jeno berjalan terlebih dahulu sambil membawa kopernya dan Jisung serta gitar listrik yang ia selempangkan di punggung. Jisung mengucak matanya yang masih terpejam sambil membawa biola. Sebenarnya alat-alat musik sudah disediakan oleh bar tempat mereka akan tampil, tetapi Rebel Lions sudah terlalu terbiasa menggunakan alat musiknya sendiri.
"Untung gua cuma bawa koper. Gak bawa drum." Mark terkekeh setelah selesai membayar taksi.
"Udah gila lu mau bawa drum." kata Jeno. Ia menunjukkan bukti pemesanan hotel kepada sang resepsionis yang kemudian menanyakan fotokopi KTP Jeno.
"KTP saya belom jadi." kata Jeno, "Le, KTP lu mana?"
"KTP lu udah jadi, sat. Lu aja yang males ngambil." Mark mengeluarkan dompet dari saku dan mencari-cari KTPnya.
"KTP lu KTP Indonesia?"
"Iya lah. Gua orang Indonesia." Mark menyerahkan KTPnya yang baru saja ditemukan pada sang resepsionis.
"Bule gitu." sahut Jisung. Mark tidak menjawab. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan perkara check in ini dan merebahkan diri di kasur yang empuk.
🐦
Jeno dan Jisung sekarang berada di kamar Mark bersama sang pemilik kamar. Mereka menyewa dua kamar karena satu kamar tak akan mampu menampung tiga laki-laki bertubuh bongsor itu. Yah, Mark memang tidak begitu bongsor, tetapi ia tidak ingin terjepit di antara kedua temannya.
"Jadi, kita bawain lagu apa lagi? Kurang dua lagu nih." tanya Jeno.
"Jangan gua lagi yang nyanyi. Cape anying suara gua lagi pecah." kata Jisung.
"Celengan Rindu aja dah biar si bule yang nyanyi. Satunya lagi gua yang nyanyi. Lagu apa ya?" tanya Jeno lagi.
"Melangkah Tanpamu aja."
Jisung tertawa, "Mampus dah lu teriak-teriak."
"Emang semua lagu kita mah rata-rata ada teriaknya kan." kata Mark.
"Padahal si bule kalo lagi tidur di kelas terus anak cewe pada berisik dia selalu bilang jangan teriak-teriak, woi! Ini kelas bukan hutan!, tapi lagu-lagu dia malah teriak semua isinya." kata Jeno.
"Bangke. Padahal lu yang ngatur lagu kita." Mark terkekeh.
"Dah. Hayuk dah latihan." kata Jisung yang sudah ingin cepat-cepat tidur sebelum mereka tampil di Our Bar nanti malam.
🐦
Itu jam istirahat pertama ketika Felix datang ke meja piket di mana Haechan dan Jaemin sedang ditahan.
"Ki, bangke." Felix hanya menyebut nama Jaemin karena posisi duduk Jaemin berada di tengah sedangkan Haechan di pojok, jadi Felix si ceroboh mungkin tidak melihat.
Jaemin mengernyitkan dahinya melihat Felix yang tampak kacau, "Kenapa lu? Heh! Sini duduk! Jangan bediri aja."
Felix duduk di sebelah Jaemin. Haechan mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Felix, "Tumben muka lu serius biasanya muka bolot."
"Tadi gua lupa ngancingin baju jir terus gua digodain sama Certo dkk."
"Gimana godainnya?!" tanya Jaemin.
"Pada bilang ke si Yoga, Yog, tuh bini lu tuh. Siul-siulin atuh. Terus gua diketawain."
"Mau marah, tapi gimana? Lunya salah juga, Lix. Lu yang bener aja make baju. Udah tau si Certo dkk mah begitu. Dia kan sampe punya grup bokep, gila."
"Iya?" tanya Jaemin pada Haechan.
"Iya, jir. Gua pernah dikasih tau sama bule. Dia diundang gitu ke grupnya. Si Ronald juga, tapi mereka gak masuk. Pokoknya dkk dia semua diundang lah anying kan banyak bener tuh dari kelas sepuluh sampe dua belas ada. Bahkan di sekolah laen ada."
"Najis." kata Jaemin dan Felix bersamaan.
"Makanya hati-hati aja. Katanya ada anak sekolah kita yang dibahas di situ juga cuma gak tahu siapa. Gua lagi nyelidikin. Takutnya mah lu, Ki. Udah tau si Certo begitu."
"Gua hajar kalo sampe gua atau kita mah." kata Jaemin.
"Suruh si bule join dulu aja, Rel." Felix memberi usul.
"Undangannya udah dibatalin jadi udah gak bisa join dah si bule. Gua udah tanya-tanyain Yoga dkk juga kan cuma pada bilang gak join. Gak tau dah bohong apa bener."
"Gua takut si Vano ikut-ikutan." kata Jaemin yang sangat sayang pada anak itu.
"Gak sih. Kayaknya dia pada mah nakalnya ga sampe mesum begitu dah. Paling nakal-nakal gitu aja."
"Tanya langsung ke Certonya aja." Felix memberi usul lagi.
"Gila. Gua aja selek sama si Certo. Baek sih anaknya cuma menggelikan aja kelakuannya." Haechan bergidik.
"Emang. Mana gua mulu lagi korbannya. Pokoknya abis ini kita mulai penyelidikan aja dah. Gua gak mau ya si Certo memperlakukan orang-orang semau dia." kata Jaemin penuh amarah.
🐦
Siapa ya korbannya Certo?
🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
hizkia | nomin
Fanfictiontw // harsh words, sexual harassment ーʏᴀɴɢ satu depresi dan yang lainnya anak indie. ©jaeminuman, 2019