19 | kamu

6.3K 1.3K 164
                                    

"WOI. Si Ronald berantem ama Ale!" teriak Ryujin dari depan pintu kelas.

"Sumpah lu?!" Guanlin dan Changbin segera berlari keluar kelas.

"Dia di mana?" tanya Jaemin.

"Di BK."

Jaemin langsung mengikuti Guanlin dan Changbin ke ruang BK. Di sana ia melihat Jeno yang sedang duduk berhadapan dengan Pak Ale dan kepala sekolah. Jisung dan Mark ada di sisi kiri dan kanannya. Begitu melihat Jaemin, Mark langsung bangkit berdiri.

"Duduk aja." kata Jaemin.

"Kia aja."

Artis endorse itu menurut.

"Kenapa kamu datang ke ruangan saya sambil pukul-pukul pintu?"

"Lagi nukang." jawab Jeno asal.

"Emangnya kuli bangunan?" gumam Jisung. Untung saja ia berhasil menenangkan kakaknya sehingga tidak mengamuk. Memang benar yang dikatakan Guanlin, harus Jisung sendiri yang turun tangan untuk menghentikan kakaknya.

"Kenapa kamu datang ke ruangan saya sambil pukul pintu?" Pak Ale mengulang pertanyaannya.

"Kenapa Anda datang ke kelas Revano lalu memukul Revano?" Jeno balas bertanya.

"Saya gak pukul Revano."

"Siyi gik pikil Rivini." gumam Jeno, "Maaf, pak. Revano memang bukan anak kecil yang akan menangis jika dipukul, tapi mari kita lihat dari sisi lain. Apa fungsinya lembaga pendidikan jika gurunya mengajarkan untuk memukul? Emangnya ini sekolah tinju?"

Jaemin mengelus bahu Jeno agar ia tidak meledak-ledak. Tatapan Pak Ale terarah pada tangan Jeno yang memegang tangan Jaemin di bahunya.

"Hizkia ngapain di sini? Gak ada hubungannya sama kamu."

"Dia ada hubungan sama saya, pak." Jeno menatap Pak Ale sengit, "Jadi gimana? Kalo kepsek tau salah satu gurunya suka mukul pasti dikeluarin."

"Kamu juga bisa aja dikeluarin karena berani melawan guru."

"Gak becus! Gak ada minta maafnya!" Jeno bangkit berdiri. Jisung juga. Jaemin juga karena tangannya ditarik oleh Jeno, "Saya pamit. Percuma saya ngoceh di sini."

🕊️

"Kamu... kenapa?" tanya Jaemin yang duduk di sebelah Jeno. Sang lawan bicara hanya terkekeh mendengar Jaemin yang terlihat ragu mengucapkan kata "kamu".

"Pak Ale pukul Revano. Saya yang hanya manusia biasa marah."

"Kok bisa dipukul?"

"Dia protes peraturan sekolah yang gak bolehin siswi pake rok pendek. Tadi temennya ada yang make rok selutut lewat dikit doang katanya mau digunting roknya, terus ade saya langsung ngebelain udah bagai R.A. Kartini membela hak para wanita."

"Ih. Revano bener dong. Masa roknya mau digunting gitu aja?" Jaemin memajukan bibirnya.

"Dia udah dipandang jelek jadi semua yang dia lakuin ya salah. Dia kan sering telat, sering tidur di kelas, bandel. Kan Pak Johnny juga pernah bilang ke saya kalo Revano sekarang jadi trending topic di ruang guru, gantiin jabatan saya."

"Hahaha. Terus kamu bilang apa?"

"Ya gak apa-apa, pak. Kalo saya terus yang jadi trending topic nanti jadinya otoriter."

Jaemin tertawa manis. Ayolah. Mana pernah ia tertawa tidak manis?

"Pake acara ketawa. Jangan. Nanti saya pingsan. Kau gak bakal kuat gotongnya, Kia."

Laki-laki manis itu memajukan bibirnya, lagi.

"Jangan sedih juga." Jeno merangkul Jaemin, "Oh. Saya punya sedikit puisi. Dikit aja ya. Kalo banyak-banyak kan saya harus mikir."

"Iya. Gak apa-apaaa. Mauuuu."

"Minta kertas."

"Gak ada."

"Payah. Cantik-cantik gak punya kertas."

"Hihihi."

"Hei, minta kertasnya boleh?" tanya Jeno pada adik kelas yang sedang berjalan ke perpustakaan sembari membawa buku tulis.

"Boleh, kak..." Anak itu menyobek bagian tengah bukunya dan memberikannya pada Jeno tanpa berani menatap karena seluruh anak di sekolah mengenal laki-laki manis di sebelah Jeno sebagai orang yang galak karena jarang tersenyum.

"Makasih."

"Iya, kak."

Jeno tidak menjawab lagi. Ia mulai menulis dengan tutup pena yang ia letakkan di mulutnya.

"Jorok suka makanin tutup pulpen!" Jaemin terkekeh.

"Yang penting dimauin Hizkia."

Jaemin tersenyum.

"Nih. Simpan. Nanti kalau sudah nikah harus masih ada." Jeno menyerahkan kertas itu pada Jaemin yang segera membacanya, "Kertasnya kegedean jadi saya tulis gede-gede."

KAMU

YA, KAMU
JANGANLAH PATAH ATAU SAKIT HATIMU
NANTI SAYA PUN JUGA BEGITU

🦄

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang