25 | steak

5K 998 84
                                    

MARK dan Jeno tertawa ketika seorang laki-laki manis sudah terpikat dengan Jisung bahkan sebelum mereka menyanyikan lagu. Jeritannya lumayan melengking ketika Jisung tersenyum padanya.

"Siapa nama lu?" tanya Jisung.

"Dewa Layanda."

"Panggilannya?" Kini giliran Jeno yang bertanya.

"Dew aja, kakak."

"Mirip si Martin, anjing." bisik Jisung pada Mark dan Jeno.

"Takis lah, sat."

"Gak mau, setan." Jisung menolak mentah-mentah, kemudian tersenyum pada laki-laki manis di hadapannya, "Ke sini sendirian?"

"Iya. Katanya Rebel Lions mau live music di sini. Aku kan penggemar Rebel Lions."

"Makasih yak!" Jisung dan Jeno mengajak Daehwi berhighfive. Mark menyalami anak itu. Sungguh penggemar yang beruntung.

"Gc nyanyi." kata Daehwi.

"Buset! Belom, bambang!" Jeno terkekeh, "Masih maghrib. Belom giliran kita."

"Kita mah malem sampe subuh geh* beraksinya." sambung Mark.

"Kayak dakjal." Jeno tersenyum kecil.

"Kayak bahasa twitter." Daehwi terkekeh.

"Twitter? Apaan tuh?" tanya Jeno yang memiliki pengikut lebih dari dua puluh ribu di Twitter. Alasan ia memilih untuk pura-pura tidak tahu adalah karena tidak ingin diminta follow back oleh Daehwi. Bukannya pelit, tetapi pusing. Nanti pengikut-pengikutnya yang lain akan iri hati dan Jeno akan menjadi seperti iblis jika hal itu sampai terjadi.

"Gak tahu Twitter? Padahal baru mau minta follow. Aku baru bikin Twitter." Benar, bukan? Untung Jeno sudah bersikap waspada.

"Gak tahu. Apaan tuh Twitter, Le?" Jeno bertanya pada Mark.

"Gak tahu." Mark yang pasrah dan lebih suka mengikuti alur itu terkekeh.

"Twitter apaan, Van?" Kini Jeno bertanya pada adiknya.

"Kurang tahu!" jawab Jisung yang berniat bersekongkol dengan kakaknya untuk membuat Daehwi tampak seperti makhluk masa depan yang sedang berbicara dengan manusia-manusia kuno.

"Kalo Instagram punya?"

"Punya." jawab Jeno.

"Apa usernamenya?"

"@ dewalayanda" jawab Mark.

"Hei! Itu namaku!" Daehwi sedikit terkejut.

"Kan bukan cuma lu doang yang boleh make." Jisung menyalakan rokoknya.

"Lu bisa nyium asep rokok ga? Kalo ga, pergi dah sono." Jeno mengusir Daehwi karena ia juga ingin merokok.

"Ya udah pergi dulu dah aku."

"Dadah!" Jeno melambaikan tangannya, lalu memanggil salah satu bartender, "Mas!"

"Iya, mas?"

"Martini dry gelasan ya." Jeno menoleh ke arah Daehwi yang belum jauh, "Dew, doyan lu?"

"Apa?"

"Martini."

"Boleh."

"Boleh tuh katanya, mas." Jeno kembali mengajak bicara si bartender.

"Berapa?"

"Dua ya, le?" Kini Jeno bertanya pada manusia Indonesia setengah bule yang duduk di sebelahnya.

hizkia | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang